BAB 8. APAKAH AKU MENCINTAIMU??

1774 Words
Dalam perjalanan menuju hotel tempat rapat yang sudah dijanjikan Rey dan Kanaya sama-sama diam , sibuk dengan pikiran masing-masing . Sesekali terdengar helaan nafas dari keduanya . ‘ Suasana apa ini ?! ‘ umpat Kanaya sebal . “ Pak joko , bungkusan yang tadi mana ? “ tanya Rey memecah keheningan . “ Oh ini tuan “ ucap pak joko sambil memberikan bungkusan yang di maksud Rey . “ Makasih pak ! “ Rey mengambil bungkusan itu lalu menyerahkannya pada Kanaya yang hanya menatap bungkusan itu bingung . “ Pake , biar baju lo sedikit lebih formal ! “ perintah Rey sok tegas . “ Idih , lo juga yang nyuruh gue pake baju ini ! Dasar plin-plan ! “ umpat Kanaya sambil membuka bungkusan itu . “ Oh my god ! “ seru Kanaya membuat Rey menoleh kearahnya . “ Ini bagus banget... tapi lo gak lagi nyuap gue kan ?! “ tanya Kanaya dengan mimik muka berubah 180° dalam 3 detik . “Menyuap ? “ Rey mengernyitkan keningnya bingung . “ Ya , nyuap . Siapa tau pertemuan lo kali ini adalah pertemuan dengan bandar narkoba , dan lo nyuap gue buat tutup mulut . Iya kan ?! “ tuding Kanaya asal . Rey makin melongo mendengar perkataan Kanaya . Ia hanya geleng-geleng kepala sambil terkekeh pelan. Mendengar tudingan Kanaya yang menggelikan menurutnya. “ Tuh kan , lo ketawa ! Berarti bener , lo mau ketemu bandar narkoba ?! “ tanya Kanaya yang panik . Ia takut , jika nanti ia masuk ke dunia gelap maka siapa yang akan membantu bunda panti membiayai anak-anak panti yang lainnya? Lalu bagaimana jika mereka tidak beruntung dan berakhir di penjara ? “ Ya bener . Tapi bukan mau ketemu , udah ketemu malah “ ucap Rey santai sambil menatap Kanaya . “ U.... uudah.. kee.. temu ?! “ Kanaya makin panik mendengar jawaban Rey . “ Ya , bukan bandarnya tapi narkobanya “ jawab Rey singkat . “ Nar...narkobanya ? Kapan ? “ Tanya Kanaya lagi . “ Tadi pagi sampe sekarang “ “ Dimana ? “ “ Dimobil , di salon... mungkin “ jawab Rey enteng . “ Mobil ? Salon ? Kok gue gak liat ? Siapa yang ngasih lo narkobanya ?! Jangan buat gue takut “ cerca Kanaya “ Kamu... “ Rey mengucapkannya dengan pandangan sendu . “ Hah ?! “ “ Kamu.. narkobanya Nana. Segala hal yang ada di diri kamu buat aku kecanduan . Kamu narkoba , narkoba bagi diriku ! “ ungkap Rey tulus sembari memasangkan blazer hitam yang tadi dibelinya di tubuh Kanaya . Kanaya merasa pipinya panas seketika , mendengar perkataan tulus Rey dan mengingat tentang prilaku Rey yang akhir-akhir ini berubah menjadi lebih manis terhadap dirinya . Ia memalingkan wajahnya kearah jendela mobil , tak sanggup bertatapan langsung dengan wajah Rey yang memang begitu tampan . Suasana didalam mobil kembali lengang , tak ada pembicaraan ataupun suatu pembahasan . Hanya suara hiruk-pikuk kendaraan dari luar mobil yang memang tidak terlalu terdengar . Rey juga sudah kembali sibuk dengan laptopnya , entah apa yang dia kerjakan . Sedangkan Kanaya lebih memilih untuk melihat isi galeri ponselnya . Ia menggeser kekanan sampai foto terakhir lalu menggeser kiri , kembali ke awal , begitu seterusnya , Karena pikirannya saat ini hanya dipenuhi oleh perubahaan sifat bos nya itu . Kanaya melirik sekilas ke arah Rey yang fokus pada laptopnya . Ia menghela nafas berat , lalu kembali menatap layar ponselnya . Rey yang mendengar helaan nafas disampingnya pun menoleh , tepat setelah Kanaya memalingkan wajahnya . “ Kamu kenapa ? Sakit ? “ Rey bertanya dengan nada lembut yang otomatis membuat Kanaya kembali menoleh kearahnya . ‘ Ya Tuhan.... apalagi ini...? Tatapan sendu dan sorot mata khawatir yang membuat wajah tampannya terlihat sangat menggemaskan..... Oh rasanya aku ingin menggigit pipi itu ! ‘ Kanaya bermonolog dalam hatinya . “ Nana , kamu baik-baik aja ? Wajahmu merah , kamu demam ? “ Rey meletakkan laptopnya asal lalu bergeser agar lebih dekat dengan Kanaya . Ia menarik tengkuk Kanaya dengan satu tangannya lalu mendaratkan bibirnya di kening Kanaya cukup lama . Kanaya hanya diam terpaku , tangan kakinya lemas seketika , tak sanggup mendorong tubuh kekar Rey . Kanaya menyentuh d**a sebelah kirinya , tempat sang jantung yang rasanya hendak keluar dari lindungan sang rusuk . Wajahnya makin memanas dan ia yakin bahwa warnanya sudah mirip kepiting rebus saat Rey belum juga menyudahi kecupannya . “ Aku nggak ngerasa bibirku terbakar , berarti bukan demam . Tapi , wajahmu kok makin merah ya ? “ Rey bertanya seolah ia tak mengerti apa yang terjadi . Kanaya segera sadar dari keterpakuannnya , dan langsung menatap Rey dengan tatapan tak terima . “ Wajah gue yang kebakar , bego ! “ seru Kanaya tanpa sadar dan itu berhasil membuat Rey makin melebarkan senyumannya . “ Eh.. maksud gue , ngapain lo main nyosor- nyosor seenaknya , lo gak tau apa kalo wajah gue ada virus HIV nya ?! “ tanyanya dengan rasa kesal dan sesal tingkat dewa . “ Gak tau tuh “ Rey mengangkat bahunya lalu kembali terkekeh mengingat kelucuan Kanaya. “ Ngapain lo ketawa-ketawa sendiri , heh ?! udah kayak orang gila aja ! “ tanya Kanaya sewot. “ Emang “ Rey menjawab enteng. “ Akhirnya lo ngaku kalo lo orang gila , pak joko langsung ke RSJ aja pak ! Nih ada orgil nyasar ! “ seru Kanaya. “ Kalo pun aku harus ke RSJ itu berarti apart kamu , dokternya juga kamu , obatnya kamu juga , karena aku tergila-gila hanya padamu ! “ Rey menjawab dengan mode-gombal-on . “ Tau ah , Bo , Do , A , Mat ! “ ucap Kanaya kesal dan penuh penekanan . Mungkin ia sudah tak tahan lagi menghadapi bosnya yang berhasil bertransformasi menjadi raja gombal . Pak joko yang sedari tadi melihat tingkah dua sejoli itu hanya geleng-geleng kepala. Sambil menahan tawanya. Pasalnya mereka juga sudah bukan lagi anak remaja yang sedang dimabuk cinta , mereka ini sudah dewasa tapi masih saja bertingkah seperti itu . “ Tuan , nona , kita sudah sampai “ ucap pak joko memberi tau . “ Oh sudah sampai , yasudah pak joko bisa langsung pulang , nanti saya kabari kalo sudah selesai ! “ kata Rey santai . Rey memang sudah menganggap pak joko seperti saudaranya , karena pak joko sudah menjadi sopir pribadinya sejak Reynand berumur 4 tahun hingga sekarang . “ Baik tuan “ Rey dan Kanaya memasuki pintu masuk hotel berbintang tempat mereka akan melakukan pertemuan kerja sama . “ Maaf , ada yang bisa kami bantu tuan ? “ tanya seorang resepsionis wanita . “ Reynand Pratama , saya sudah membuat janji temu dengan tuan Lansky “ Reynand menatap jengah resepsionis yang terlihat seperti sedang menggodanya . “ Baik tuan Pratama , tuan Lansky sudah menunggu anda . Silahkan ikuti saya , saya akan mengantar anda “ jawab resepsionis dengan senyum genitnya. Rey dan Kanaya pun mengikuti arah yang ditunjukan oleh si resepsionis . Awalnya si resepsionis berjalan di depan mereka namun lama kelamaan ia memperlambat langkahnya didepan Kanaya , hingga Kanaya mundur dan berjalan di belakang Rey . Rey melihat tingkah si resepsionis yang makin seperti jalang itu pun menghentikan langkahnya . “ Maaf nona , bisakah anda berjalan didepan bukan disamping saya ! Karena hanya istri sayalah yang berhak berada di samping saya ! “ ucap Rey dingin dan tegas , sambil menarik pinggang Kanaya yang ada dibelangkanya lalu memeluknya posesif . “ Ma... maaf tuan “ si resepsionis itupun melangkah maju dengan gugup . “ Jika anda bosan dengan pekerjaan ini , saya akan dengan senang hati membantu Anda membuat surat pengunduran diri dan mencarikan pekerjaan yang lebih cocok dengan anda ! “ kata Rey sinis . “ Pekerjaan yang lebih cocok ? Apa itu ? “ Kanaya bertanya dengan polosnya “ Mm... menurutmu apa sayang ? Dia pandai menggoda , walau caranya sedikit norak ! mungkin di club malam , menjadi penghangat ranjang lelaki hidung belang , bagaimana cocok bukan ?! “ tanya Rey penuh penegasan . “ Saya tidak berani tuan , saya mohon maaf “ Si resepsionis itupun menggeleng keras dan langsung mempercepat langkahnya ‘ suruh sapa lo ngegoda pak Rey si manusia es , beku kan lo ? ‘sindir Kanaya dalam hati Kanaya terkekeh pelan sambil mengimbangi langkah lebar Rey , mungkin karna senangnya ia melupakan bahwa masih ada tangan kekar yang melingkar dipinggang nya . Resepsionis itu terus menunjukkan arah , saat ini Rey dan Kanaya sedang melewati lorong dengan dinding kaca yang memperlihatkan langsung pemandangan disekitar nya. Kanaya menatap takjub sepanjang perjalanan , hamparan rumput luas dengan beberapa pohon rindang disamping kanan dan kiri dinding kaca . Suasana yang nyaman dan asri tersaji membuat siapapun yang melihat akan merasakan kedamaian . “ Tuan silahkan masuk , tuan Lansky sudah menunggu anda didalam “ Resepsionis itupun melangkah tanpa berani menatap Rey dan Kanaya . Mereka memasuki sebuah ruangan yang cukup luas dengan arsitektur Eropa kuno yang mendominasi ruangan tersebut . “ Wah... sekarang gue ngarasa kayak lagi di museum “ ucap Kanaya yang tak bisa menutupi rasa kagumnya . “ Ini belum seberapa Nana , nanti aku bakal ngajak kamu ke tempat yang lebih mengagumkan dari pada ini “ Rey melipat tangan didepan d**a dengan nada sombong khas nya . “ Emang gue mau sama lo ? “ tanya Kanaya sinis. “ Harus mau dong , kan aku suami kamu “ Rey menyolek dagu Kanaya . “ Mimpi ! “ Kanaya menepis tangan Rey dengan bersungut-sungut . “ Kalian sudah datang ? “ Suara penuh karisma dari laki-laki 60 an itu menghentikan ‘ adegan bertengkar ‘ Rey dan Kanaya . “ Selamat siang tuan Lansky “ sapa Rey dengan senyum tulus “ Tak usah terlalu formal Rey , kita akan membahas yang santai-santai saja “ Tuan Lansky tersenyum sambil memperhatikan Kanaya . “ Siapa gerangan wanita cantik yang berada disampingmu itu Rey ? Calon istrimu ? “ tanyanya penasaran . “ Ya... begitulah “ Rey menyengir lebar . “ Dasar kau anak nakal , aku yakin 100% bahwa kau memaksa gadis cantik ini bersamamu ? Benarkan gadis cantik ? “ tanya tuan Lansky , ia menatap Rey dan Kanaya bergantian . “ Ah , itu benar tuan Lansky ! Dia adalah orang pemaksa yang tak berperasaan ! “ ucap Kanaya yang merasa telah mendapat dukungan. “ Kau harus berusaha lebih keras Rey , dia bukan gadis yang mudah “ bisik tuan Lansky yang membuat Rey langsung mengangkat kedua jempolnya tanda ia setuju “ Kau datang Rey ? “ tanya seorang wanita yang masih terlihat sangat cantik diusianya yang telah lanjut usia. “ Nenek ? “ Rey langsung menghampiri wanita yang ia panggil nenek itu dan langsung memeluknya. “ Baik gadis cantik , siapa namamu ? “ tanya tuan Lansky pada Kanaya yang masih tercengang menatap sikap ‘ baru ‘ Rey “ Oh.. maaf tuan , nama saya Kanaya “ “ Kanaya , apa kau mencintai Rey ? “ tanya tuan Lansky tepat sasaran “ Eh , maaf ? “ Kanaya kebingungan menjawabnya , ia bahkan tak tau bahwa ia menyukai Rey atau tidak “ Apa kau mencintai Rey ? “ Tuan Lansky mengulang pertanyaannya . ‘ Apa benar aku mencintai Rey ? Apa rasa ini yang disebut cinta ? ‘ tanya Kanaya dalam hatinya . Sebab ini adalah rasa yang baru dalam hidupnya. Dan belum pernah sekalipun ia merasakan debarannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD