Bab 2. Dilema...

3330 Words
Reino mengatakan kepada Bunda untuk membawa Aisyah pindah ke apartemennya, Bunda Merry merasa keberatan dengan keputusan anaknya karena beliau tahu Reino tidak bersikap baik kepada istrinya itu. "Bunda tidak setuju. Bunda tidak mau kamu menyakiti istrimu bila pergi jauh dari rumah ini!" protes Bunda Merry. " Izinkan Reino Bun, bukankah pasangan yang sudah menikah itu harus mempunyai tempat tinggal sendiri? sekarang Reino sudah menikah. Sudah saatnya aku punya kehidupan sendiri!" "Bunda tahu itu, tapi masalahnya kamu tidak memperlakukan istrimu layaknya seorang istri. Itu yang membuat Bunda keberatan." Aisyah hanya diam dan menyimak, sebenarnya Aisyah juga tidak mau Pergi dari rumah ini, tapi mau bagaimana lagi Reino adalah suaminya. Sebagai istri dia wajib mematuhi suaminya. "Apa jaminannya kalau kamu tidak akan menyakiti istrimu?" tegas bunda. Reino tidak bisa menjawab pertanyaan Bunda, pria itu diam tanpa kata. Mana mungkin dia bisa memberi jaminan bahwa dia tidak akan menyakiti Ica? sedangkan tujuan Reino pindah adalah untuk menyiksa istrinya. "Bun, insya Allah Ica akan baik baik saja. Ica juga yakin mas Reino akan memperlakukan Ica dengan baik. Jadi Bunda tidak perlu khawatir, kami akan baik baik saja." Ica tiba tiba menjawab. "Ica, sebenarnya Bunda merasa berat melepas kalian, tapi tidak ada salahnya Bunda coba. Tapi jika Reino ketahuan melakukan kekerasan atau pun masih berhubungan dengan wanita laknat itu, Bunda tidak segan-segan langsung mencoret nama kamu dari daftar ahli waris dan melimpahkan harta Bunda kepada Istrimu." "Tidak bisa begitu dong Bun. Aku anak Bunda! aku anak laki laki satu satunya di sini! aku berhak atas warisan almarhum ayah." "Memangnya ayahmu sudah mewariskannya untukmu? selama bunda masih hidup, harta menjadi milik bunda sampai bunda mewariskan kepada kamu dan adikmu Angel." Lagi lagi Reino hanya bisa diam. Tapi tidak apa apa untuk sekarang dia mengalah saja dulu, toh kalau nanti sudah pindah Bundanya tidak akan tahu apa yang dia lakukan kepada istrinya. Selama dia tidak menyakiti fisik Aisyah semua aman aman saja. Reino selesai sarapan, dia meninggalkan ruang makan di susul oleh Aisyah. Wanita itu mengantar suaminya sampai ke pintu mobil. "Kamu siap siap, nanti malam kita pindah. Tidak perlu packing barang ku, karena di apartemen ada banyak!" "Iya mas..." Aisyah meraih tangan suaminya untuk menciumnya, tapi Reino buru buru mengibaskan tangannya. "Jangan merasa bahwa kamu istri saya. Kamu hanya pembantu saya!" Reino masuk ke dalam mobil meninggalkan Aisyah yang menahan sakit hati karena ucapannya. Setelah mobil berlalu, Aisyah kembali ke dalam rumah, tampak Angel yang sedang bersiap-siap akan pergi kuliah. "Mbak Ica, Angel pergi kuliah dulu ya. Assalamualaikum." Angel berlalu sembari melambaikan tangannya. "Waalaikum salam, hati hati Dek!" Alhamdulillah, walaupun suaminya bersikap jahat tapi ibu mertua dan adik iparnya menyayangi dia layaknya anak dan kakak sendiri. Aisyah sedang menaiki anak tangga menuju kamarnya, dia berjalan dengan lesu. Wanita itu tidak bisa membayangkan pernikahan macam apa yang nantinya akan dia jalani bersama suaminya Reino. Dengan perasaan gundah, Aisyah duduk di tepi tempat tidur, wanita itu tidak perlu packing karena baju bajunya masih dia simpan di dalam koper. Rencananya pagi ini dia akan menatanya di lemari pakaian tapi suaminya mengajak dia pindah ke apartemen. Jadilah dia tidak perlu mengeluarkan baju bajunya dari dalam koper. *** Reino mencoba menghubungi Helen melalui telepon selulernya. Berkali-kali dia mencoba menghubungi tapi tidak ada jawaban. Pria itu menjadi tidak fokus di kantor, sedari tiba di kantor dia hanya marah marah kepada bawahannya. Andai saja dia tidak mempunyai jadwal penting siang ini, sudah pasti saat ini dia berada di apartemen kekasihnya itu. Percayalah, andai saja Reino tahu apa yang sedang Helen lakukan sekarang, dia pasti jijik kepada wanita itu. Semalam Helen menghabiskan waktu di Club malam, dia mabuk sampai black out. Seperti biasa dia selalu pulang dengan seorang pria yang dia temui di sana. Reino tidak pernah tahu bahwa Helen masuk ke dalam agensi prostitusi online selebriti dengan tarif 50 juta shor time. Tapi karena pelayanan Helen memuaskan si Om tersebut meminta tambahan waktu dengan tambahan tarif 100 juta di luar komisi mucikari. Itu artinya dia hanya perlu membagi keuntungan 50jt saja, 60% mucikari dan 40% sang artis. Om yang puas dengan pelayanan sang artis, meninggalkan kamar hotel dengan perasaan gembira. Dia berjanji akan kembali menghubungi Helen, saat dirinya kembali dari Australia minggu depan. Saat si Om itu pergi, Helen mengambil ponsel dari dalam tasnya untuk melihat M-bangking miliknya. Handphone wanita itu di silent, sehingga dia tidak mendengar bila ada yang meneleponnya. Saat dia melihat layar, alangkah terkejutnya dia melihat panggilan dari Reino hingga mencapai 50 kali. Wanita itu buru buru menelepon Reino untuk memberitahukan kabarnya. Tentu saja dia berbohong, dia mengatakan kepada Reino bahwa semalam dia mendapatkan telepon untuk pemotretan mendadak. Dengan sedikit rayuan dan kata kata manis pria itu pun luluh. Suatu kebodohan seorang Reino yang nantinya akan dia sesali. Karena mendengar kekasihnya baik baik saja Reino pun lega, dia kembali melanjutkan pekerjaannya dan siap menemui klien penting tersebut dengan percaya diri, dia yakin akan memenangkan kontrak kerja sama itu. *** Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, tapi Reino belum juga pulang padahal dia akan membawa Aisyah pergi dari rumah Bundanya malam ini.Terlihat Ica yang sedang menunggu suaminya pulang di teras rumah yang sangat luas itu. Selama setengah jam dia duduk di teras, dia tidak menghiraukan ucapan mertuanya yang memintanya menunggu di dalam rumah saja. Wanita itu ingin menunggu kepulangan suaminya dan ingin menyambutnya. Hampir 40 menit menunggu akhirnya Reino pun pulang. Ica bangkit dari duduknya, dia berdiri tegap menyambut suaminya pulang. Saat Reino mendekat , Aisyah bermaksud mencium tangannya tapi segera ditepis oleh pria itu. Wajahnya masih sama seperti sebelumnya, penuh kebencian. Reino hanya memberikan tas kepada istrinya untuk di bawa ke kamar. Setelah sampai di kamar Reino meminta Aisyah untuk membuka sepatunya. Saat Aisyah sedang membuka sepatu, entah mengapa Reino melihat wajah itu dengan penuh kesal dan benci. Mungkin rasa bencinya berada di level 80%. Dia mendorong tubuh ramping itu hingga terjungkal ke belakang. " Astaghfirullah ...kenapa Mas?" tanya Aisyah lirih. Reino yang awalnya duduk di sofa merosot turun ke bawah mendekat ke Aisyah. Dia mencengkram dagu wanita itu hingga mata mereka bertatapan. "Saya benci wajah ini. Saya benci kamu! saya pastikan hidup kamu akan seperti di neraka hingga kamu tidak tahan dan meminta pisah." Reino melepaskan cengkraman tangannya dengan kasar. Air mata mengalir deras di mata bulat milik Aisyah. Wanita itu hanya bisa menangis, saat saat seperti ini dia teringat dengan almarhum kedua orang tuanya yang telah tiada. "Ya Allah, apakah hamba bukan wanita baik baik sehingga harus mendapatkan pria yang kasar seperti itu? selama ini hamba selalu menjaga kehormatan dan martabat hamba sebagai seorang wanita tapi mengapa hamba mendapatkan balasan yang seperti ini? apakah hamba tidak pantas bahagia." gumamnya penuh sesak di hati. Belum juga reda tangisnya, Reino memanggil Ica dengan berteriak dari dalam kamar mandi. Dengan tubuh yang gontai dia menghampiri suaminya yang memanggilnya seperti seorang pembantu. Tidak, bukan seorang pembantu. Dengan pembantu saja pria itu masih bersikap sopan, berbeda jauh dengan istrinya yang dia perlakukan seperti pembantu. "Ada apa? Mas perlu apa? tanya Aisyah dengan rasa takut. "Siapkan air mandi untuk saya. Saya ingin berendam!" "Iya Mas, Ica siapkan dulu." Ica masuk ke dalam lalu menghidupkan kran air. Reino yang melihatnya dari belakang tampak risih dengan hijab lebar yang dikenakan Aisyah. Reino menyibak hijab tersebut dan membuangnya ke lantai. Aisyah yang merasa terkejut berbalik badan menghadap suaminya, mereka kini saling berhadapan. Reino bisa melihat kecantikan wajah Aisyah saat tidak menggunakan hijabnya. Rambut istrinya berwarna coklat, senada dengan bola matanya, hidung yang mancung, alis yang rapih, bulu mata lentik dan rambut yang panjang bergelombang membuat nya seperti boneka hidup. Sangat cantik bak Barbie di dunia nyata. Dia terpana, matanya tidak berkedip sekian detik melihat wajah Aisyah yang sangat cantik. Kecantikannya jauh melebihi Helen. Reino kembali tersadar ketika Aisyah mengambil hijabnya dan memakainya kembali. Entah mempunya keberanian dari mana Aisyah murka. Dia tidak suka bila ada orang yang merendahkan agamanya. Menurutnya apa yang dilakukan suaminya adalah bentuk penistaan kepada perintah Allah. "Mas. Kamu boleh menghinaku, memukulku atau menginjak injak harga diriku tapi tidak agamaku. Jangan kamu anggap aku hanya bisa diam dan terima diperlakukan seperti ini! semut pun bila di injak dia akan mengigit Mas, begitu juga aku." "Lantas kamu mau apa, mau minta cerai? dengan senang hati!" "Aku masih tidak percaya, bahwa Mas lahir dari rahim seorang Bunda yang begitu baik." Aisyah berlalu meninggalkan suaminya, dia kembali ke kamar dan duduk di sofa tempat dia tidur semalam. Wanita itu menangis terisak, dia bahkan menutup mulutnya supaya tidak ada orang yang mendengar tangisannya. Dadanya terasa sesak. Seumur hidupnya ini kali pertama ada yang memperlakukan dia seperti itu. Aisyah bukan wanita biasa, dia termasuk anak yang pintar di sekolahnya. Bahkan dia bisa menamatkan pendidikan SMA di usia 16 tahun, kemudian dia kuliah di Universitas Al-Azhar Mesir jurusan Aqidah dan Filsafat. Aisyah lulus dengan IPK 3.89 pada usia 19 tahun. Banyak pemuda yang ingin meminangnya tapi wanita itu menolak dengan alasan belum siap. Bahkan ada satu pemuda yang begitu mencintainya, tapi karena dia harus kuliah di Amerika Mereka jadi terpisah. Aisyah sendiri tidak mengerti mengapa dia mau saat dijodohkan dengan Reino? padahal jelas jelas Reino beberapa kali memintanya untuk menolak perjodohan ini. Saat sedang menangis Reino menghampirinya, bukan untuk meminta maaf tapi justru mempertegas semuanya. Dia berdiri bersedekap dengan handuk yang melilit di pinggangnya. "Saya tidak suka drama. Sedari awal saya sudah meminta berkali kali kepadamu untuk tidak menerima perjodohan ini. Tapi nyatanya kamu tetap ingin menikah dengan saya, jadi saya minta sekarang kamu terima konsekuensinya." "Saya terima mas. Tapi saya tidak suka mas berbuat kelewat batas seperti tadi!" "Loh, bukannya kamu selalu bilang bahwa saya suami kamu? lalu kenapa kamu masih memakai hijab di depan suamimu sendiri? Itu artinya kamu masih menganggap saya orang lain!" "Ya aku tahu mas suamiku. Tapi apakah mas sudah menjadi suami seutuhnya untukku? mas menganggap aku sebagai pembantu dan bukan istri mas. Jadi aku harus melindungi aurat ku darimu!" "Jadi kamu mau menjadi istri seutuhnya? kamu mau aku menyentuhmu begitu." Reino mendekati Aisyah, dia mencondongkan wajahnya sangat dekat sampai bibirnya hampir menyentuh bibir tipis itu. Secepat kilat Aisyah memalingkan wajahnya ke arah berbeda untuk menghindari wajah suaminya. Dengan wajah pongah Reino mencengkram dagu istrinya, hingga mereka saling menatap seperti tadi. Aisyah bisa merasakan hembusan napas dari hidung suaminya. Dengan senyum licik Reino memandangi wajah blasteran itu, kemudian tanpa aba aba dia melumat bibir tipis istrinya. Dia menarik kasar lengan Aisyah, sampai wanita itu berdiri tanpa melepaskan lumatan bibirnya. Aisyah tidak mengerti apa yang sedang dilakukan suaminya saat ini? dia berusaha berontak dengan mendorong d**a Reino namun Reino menahan. Pria itu bisa merasakan bahwa ciuman ini yang pertama bagi istrinya. Reino terus melumat bibir itu bahkan dia mengigit bibir bawah Aisyah agar wanita itu membuka mulutnya. Salah satu tangannya merangkul pinggang Aisyah sedangkan tangan satunya memegang tengkuk. wanita itu terus meronta, mencoba melepaskan diri namun tenaga suaminya jauh lebih kuat sehingga bisa menahan tubuh istrinya yang sedang berusaha menjauh. Reino masih terus melumat bibir tipis itu, kemudian tangan yang tadi berada di tengkuk turun ke bawah meraba payudaranya, lalu meremasnya. Walaupun terhalang pakaian yang dikenakan Aisyah, tapi tetap saja dia bisa merasakan geli di area payudaranya. Mata Aisyah terbelalak, sekuat tenaga dia mendorong tubuh suaminya hingga ciuman mereka pun terputus. Wanita itu menjatuhkan dirinya di lantai, dia shock, marah, kesal dan sakit hati diperlakukan seperti ini. Dia tidak pernah membayangkan akan mengalami hal ini secara paksa, sebagai wanita muslimah Aisyah juga mempunyai gambaran tentang adegan romantis yang akan dia lakukan bersama pasangan halalnya. Bukan seperti ini, bukan dengan cara paksaan. Aisyah menangis sejadi-jadinya, sementara Reino merasa puas bisa menyakiti istrinya. Tapi entahlah Reino merasakan sesuatu saat mencium istrinya, rasanya berbeda dengan ciuman ciuman sebelumnya baik dengan para wanita di masa lalunya atau pun dengan Helen. Sesuatu yang tidak dia temukan saat mencium mereka, rasa nyaman dan nikmat yang hakiki. Tapi karena rasa benci yang teramat sangat dia tidak begitu memperdulikan hal itu. Dia hanya merasa puas sudah membuat Aisyah seperti sampah. Sungguh perbuatan yang tidak patut di contoh sebagai suami. Reino tidak bisa membedakan mana berlian dan imitasi. Dia justru bangga bisa bersama Helen yang tak ubahnya perhiasan imitasi. Reino masih berada di sana, dia menatap istrinya yang sedang bersimpuh di lantai dan menangis. "Itu kan yang kamu mau? menjadi istri seutuhnya. Atau masih belum puas, apa mau melanjutkannya di ranjang itu?" Reino menunjuk ke arah tempat tidur. "Kenapa Mas, kenapa harus seperti ini? aku bukan sampah! aku wanita terhormat." Aisyah berkata dengan wajah yang tertunduk, dia tidak ingin melihat wajah itu karena takut terbawa emosi. "Jadi kamu merasa seperti sampah? semoga kamu tahu di mana sampah itu harusnya berada! sekarang saya mau kamu bangun dan kita pergi dari sini sekarang juga!" Reino meninggalkan Aisyah yang masih duduk bersimpuh di lantai, pria itu pergi ke ruang ganti untuk berpakaian. 10 menit kemudian dia menghampiri istrinya dan meminta wanita itu untuk bersiap. Tidak lupa Reino juga meminta Aisyah membasuh wajahnya supaya Bunda tidak curiga dan bertanya-tanya ada apa dengan wajahnya. Setelah siap, keduanya turun ke lantai bawah berpamitan dengan Bunda. Masih terlihat bibir Aisyah yang bengkak karena perbuatan Reino. Aisyah membawa kopernya sedangkan Reino tidak membawa apa apa, hanya tas kerjanya saja yang dibawa. "Tok ...tok ...tok." Reino mengetuk pintu kamar Bunda sampai Bunda menyahut dan membukakan pintu kamarnya. Terlihat raut wajah Bunda yang nampak terkejut melihat anak dan menantunya ada di depan pintu kamar. Terlebih lagi menantunya membawa koper besar. "Kalian mau ke mana?" tanya Bunda. "Loh, Bunda lupa kalau malam ini Reino pindah ke apartemen?" "Kenapa harus malam malam begini Nak? tidak bisakah besok pagi saja? Bunda juga ingin ikut mengantar kalian." "Besok Reino banyak kerjaan sampai malam hari. Sekarang saja, lagi pula apartemen sudah di siap. Tadi pagi Reino meminta office girl di kantor membersihkan tempat itu. "Bun, Ica pamit ya. Doakan yang terbaik untuk kami berdua," sahut Aisyah. "Itu pasti, Nak." Bunda memeluk menantunya erat, dalam hatinya Bunda mendoakan semoga Reino bisa mencintai Ica dan memperlakukannya dengan baik. "Reino ingat. Jangan pernah sakiti istrimu! bila kamu kedapatan melakukannya, Bunda tidak segan-segan menarik dana di perusahaan kamu dan mencoret namamu dari daftar warisan." "Iya Bun. tidak perlu di ingatkan berkali kali." Aisyah juga berpamitan kepada adik iparnya yang kebetulan baru saja pulang sehabis mengerjakan tugas kuliah di rumah temannya. Bunda Merry dan Angel melepas kepergian keduanya di depan pintu rumah Mereka. Angel bahkan melambaikan tangan kepada kakak iparnya. "Bun, apa tidak apa apa kak Reino membawa Mbak Ica pergi? Bunda kan tahu kak Reino belum mencintai Mbak Ica." "Sebenarnya Bunda juga keberatan, tapi mau bagaimana lagi? mereka sudah menikah." "Dua hari lagi kita tengok saja ke apartemen mereka Bun, kita lihat bagaimana keadaan Mbak Ica selama di sana." "Iya Bunda juga berpikir kesitu. Ya sudah masuk yuk, sudah malam." Bunda dan Angel masuk ke dalam rumah, mereka kembali ke kamar nya masing-masing. Bunda tidak bisa terpejam, saat ini pikirannya hanya tertuju kepada menantunya saja. Beliau sudah berjanji akan menjaga anak sahabatnya itu dengan baik layaknya putrinya sendiri, beliau takut Reino menyakiti hati dan jasmani menantunya yang sangat baik itu. Sementara di tempat berbeda, pasangan suami-istri itu telah sampai di sebuah apartemen mewah di pusat kota, tampak hiruk pikuk kendaraan terlihat jelas dari balik jendela. Tapi walaupun apartemen itu berada di pusat kota penghuninya tidak akan mendengarkan kebisingan kendaraan karena setiap unitnya di pasang peredam suara. Reino membuka pintu apartemen dengan menggunakan password yang dia ketik dengan jarinya. Setelah itu pintu terbuka otomatis. Reino masuk tanpa mempersilahkan istrinya, Aisyah hanya mengikuti langkah suaminya dari belakang. "Assalamualaikum ...," ucap Aisyah lembut. Reino menoleh sekilas, kemudian dia berjalan menuju kamar. Di sini hanya ada satu kamar tidur, karena unit yang Reino pilih khusus untuk lajang, bukan keluarga. Apartemen ini hanya di gunakan saat pria itu membawa wanita yang dia temui di Club atau pun dengan Helen, lebih tepatnya tempat ini di peruntukkan untuk bercinta saja. Aisyah mengikuti langkah kaki suaminya, dia memasuki kamar tersebut dengan menggeret kopernya. "Di sini hanya ada satu kamar tidur saja, dan itu untuk saya tidur. Kamu tidur di sana!" Reino berkata dengan bertolak pinggang, lalu tangan satunya menunjuk ke arah sofa yang berada di sudut kamar. "Iya Mas." "Jangan pernah berharap tidur satu ranjang dengan saya. Dan satu lagi, jangan memakai penutup kepala saat di rumah karena kamu istri saya!" "Tapi kenapa, bukan kah Mas tidak menginginkan aku? lantas apa pengaruhnya dengan melepas hijab atau tidak?" "Mataku sakit melihatmu seperti nenek-nenek memakai penutup kepala." "Ini hijab, Mas." "Terserah. Yang penting saya tidak mau kamu memakai itu! dan satu lagi, jangan pake daster nenek nenek. Lebih baik kamu pakai piyama atau kaos panjang dan celana panjang." "Baik Mas..." "Ya sudah saya pergi dulu. Kamu diam di sini, dan jangan pernah mencoba keluar! tunggu saya sampai pulang." "Iya mas." Reino pergi meninggalkan Aisyah seorang diri, wanita itu menata pakaiannya di lemari yang tersedia di kamar itu. Saat membuka lemari, Aisyah dibuat terkejut dengan banyaknya alat kontrasepsi yang diletakkan suaminya di sana. Dengan tangan gemetar dia mengambil salah satu kondom tersebut. Aisyah tahu bahwa itu alat kontrasepsi, karena karyawan mini market menaruh benda tersebut tepat di samping kasir. "Astaghfirullah hal azim, kehidupan macam apa yang kamu jalani Mas? hidupmu penuh dengan zina. Ya Allah apakah aku harus hidup bersama pria seperti ini?" tanya Aisyah kepada Tuhan dengan lirih. Setelah selesai menata pakaian, wanita itu duduk menangis di sofa, dia benar benar dilema apakah harus melanjutkan pernikahan ini atau tidak? setelah perdebatan panjang dengan hatinya, Aisyah memilih memasrahkan semuanya kepada Allah. Dia mengambil wudhu dan menunaikan sholat istikharah. Reino berada di Club malam yang bernama Star Club yang masuk ke sini buka orang sembarangan, karena kebanyakan dari mereka adalah pengusaha dan publik figur. Untuk bisa masuk ke tempat ini harus mempunyai kartu member, dan untuk mendapatkan kartu tersebut member mengeluarkan dana sebesar 150 juta rupiah per 4 bulan. Harga yang sangat fantastis tapi sesuai dengan fasilitas yang disediakan. Para member bisa minum sepuasnya, bahkan disediakan tempat bercinta super mewah di lantai atas. Psk kelas atas banyak bertebaran di sini menjajakan diri kepada pria pria yang berada di dalam Club. Sesekali Reino pun memakai jasa mereka, hal itu dilakukan saat kekasihnya tidak bisa menemani dia. Reino sudah menghabiskan sebotol Vodka, kepalanya sudah sangat ringan. Biasanya saat saat seperti ini gairahnya memuncak, dia menarik salah satu Psk yang duduk disebelahnya dan membawanya pergi. Mereka menaiki lift menuju lantai 13. Reino berjalan sempoyongan dibantu oleh wanita di sebelahnya. Wanita itu membuka pintu kamar lalu merebahkan pria itu di atas tempat tidur. Dia mulai melucuti pakaian Reino dari atas sampai bawah, dia memegang inti tubuh Reino dan memijatnya. Seketika inti tubuh Reino langsung berdiri tegak mencari lawan main. Puas memegang dan memijatnya, Psk itu memasukan inti tubuh Reino ke dalam mulutnya lalu mengisapnya, mulutnya tampak penuh dan terlihat maju mundur. Reino yang sedang mabuk merasakan nikmat pada inti tubuhnya. Pria itu mengerang penuh kenikmatan dan mendorong kepala Wanita itu agar lebih mempercepat gerakannya. Setelah wanita itu puas, dia membuka pakaiannya dan naik ke atas tubuh Reino. Wanita itu memegang inti tubuh Reino lalu mengarahkan ke inti tubuhnya, awalnya dia menggesek gesekkan bagian tubuh yang paling sensitif itu pada inti tubuhnya lalu membenamkan inti tubuh Reino ke dalam, hingga terbenam sempurna. Wanita itu bergoyang, menari di atas perut Reino sampai mereka puas dan tertidur bersama sampai pagi. Menjelang pagi Reino bangun dengan terkejut, dia lupa bahwa di apartemen ada istrinya. Kemarin dia hanya meminta orang untuk membersihkan apartemen, tapi dia lupa tidak mengisi kulkas dengan makanan. Dengan kepala yang masih pusing, dan tubuh yang sempoyongan dia memakai kembali pakaiannya dan bergegas kembali ke apartemen. Tak lupa dia mentransfer sejumlah dana yang cukup besar untuk pelayanan wanita yang menemaninya semalam. Reino berlari menuju parkiran dan meluncur dari tempat itu. Di perjalanan dia mampir ke swalayan untuk berbelanja bahan makanan dan juga membelikan Aisyah sarapan. Dia tidak mau Aisyah mengadu kepada Bundanya. Sesampainya di apartemen, dia membuka pintu menggunakan kode lalu masuk ke dalam. Reino berhadapan dengan Aisyah Mujahidah. Dia takjub melihat istrinya tanpa hijab, rambutnya masih terlihat basah. Wanita itu terlihat sangat cantik, kecantikannya bersinar memancarkan aura positif. Seperti semalam, dia tidak mengedipkan matanya saat melihat wajah istrinya secara keseluruhan. Aisyah yang melihat suaminya bengong melayangkan pertanyaan. "Mas, baru pulang ...?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD