Perhatian Steve pada Syerli menjadi buyar ketika dia mendengar pengumuman bahwa
“Syerli mecayla ditugaskan menjadi peri bunga. Segera ambil perlengkapan dan tanda tangan kontrak.”
Syerli melangkah dengan mantab, dia merasa lebih hidup dari hidup yang sesungguhnya. Dia merasa bebas tanpa ada yang menyakitinya. Wajahnya penuh senyum dan kepuasan. Dia memang telah bersalah karena membunuh Nando, dia pun sudah mendapat balasannya. Selama di Lembah hijau wujudnya berubah menjadi berkumis dan brewokan. Mungkin Nando menyumpahinya sebelum dia meninggal.
Steve kini melihat sendiri perubahan yang dimaksud Deril. Tentang wujud di Lembah hijau dan wujud saat bertugas.
Deril membawa tumpukan buku dan meletakkannya dimeja kamar. Steve hanya menoleh dan tak berminat mengurusi temannya itu. Dia sedang menghitung hari, sudah berganti menjadi 7 angka dilengannya. Dan p****t besar itu masih saja disana. Para gadis semok sepertinya begitu dendam padanya.
Deril mengambil satu buku dan membawanya ke kasur tempat dimana Steve rebahan.
“Kamu pernah dengar soal hukum benang gak?”
“Hah? Benang ada hukumnya?”
“Iya. Di buku ini dijelaskan. Bahwa setiap benang mempunyai arti yang berbeda. Misalnya benang merah, diartikan sebagai jodoh. Padahal benang merah itu adalah tanda, bahwa kalian bisa bersama tapi belum tentu jodoh.”
“Eh gimana maksudnya?” Steve mulai penasaran.
“Jadi gini, nanti kalau kamu diturgaskan jadi peri benang. Kamu harus bisa mencari ujung dari setiap benang kusut yang mengitari jari manusia. Benang merah salah satu contoh saja. Maksudnya adalah kalau kamu mendapati 2 orang terhubung benang merah itu tandanya mereka saling ingin saling cinta bisa jadi nikah tapi kehidupannya ga bisa awet. Beda dengan benang biru, benang biru ini merupakan jodoh dari sononya. Sialnya, benang biru ini sangat jarang terlihat oleh kita. Kadang bisa terlihat tapi terputus ditengah jalan seperti menggantung. Nah ini adalah tugas paling berat buat peri benang. Makanya mereka biasanya kerja sama dengan peri cinta atau cupid. Kalo penasaran kamu baca aja bukunya nih. Aku males jelasin sama kamu, palingan ditinggal tidur.”
“Eng. Taruh sini dulu deh nanti ada waktu aku baca.”
“Aku juga sudah baca tentang filosofi air.”
“Apalagi tuh?”
“Air itu mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah.”
“Yaiyalah kalo dari rendah ketinggi itu namanya mendaki bukan mengalir.”
Deril tertawa puas melihat kekesalan diwajah temannya. Steve meninggalkan Deril sendirian dikamar. Saat keluar kamar tanpa sengaja dia menabrak seorang kakek tua. Meskipun tua dia terlihat begitu bersemangat. Dan tak memperdulikan Steve yang telah menabraknya.
“Bisa jadi dia sebenarnya gadis cantik seperti Deril pernah cerita.”
Kemudian Steve teringat sesuatu dan masuk lagi ke dalam kamar.
“Heh kamu beneran cowok kan?”
“Yaiyalah. Kenapa?”
“Jangan bohong. Kamu pernah bilang wujud disini bisa berubah tergantung kondisi saat hidup. Jangan – jangan kamu cewek. Iya kan?”
“Heh dasar gebluk. Mau liat bukti kalo aku cowok? Sini nih liat.” Kata Deril sambil memegangi resleting celananya. Steve segera kabur dan melupakan rasa ragunya soal Deril.
Pengumuman hari itu membuat Steve jadi penasaran, apa saja macam tugas yang akan diberikan. Pergilah dia ke perpustakaan. Disana dia melihat begitu banyak buku dengan sampul berwarna warni. Hal itu merupakan tugas peri buku, biar pembaca semakin betah diperpus untuk membaca buku.
Steve berjalan menuju rak dengan buku berwarna oranye. Dia mengarahkan telunjuknya pada tiap – tiap buku sambil berjalan. Kemudian dia berhenti di sebuah buku yang berjudul “Jodoh Lembah Hijau”.
“Wah kayanya bagus nih bukunya.” Ucapnya sambil mengambil buku itu dan duduk diantara pembaca lainnya.
Halaman demi halaman dia baca. Disana diceritakan bahwa ada 2 orang yang saling jatuh cinta di Lembah hijau. Mereka menanti hari pengumuman bersama dan mengajukan permintaan pada hari tersebut. Mereka meminta untuk diijinkan tinggal dan bersama selamanya. Ada beberapa syarat yang harus mereka penuhi. Dan mereka pun hidup selamanya di Lembah Hijau.
Steve penasaran, jika mereka hidup selamanya di Lembah hijau. Berarti sampai detik ini pun mereka masih disini. Rasa penasaran Steve tak bisa dibendung. Segera dia mengajukan peminjaman buku itu dan mencari Deril secepatnya. Dia berlari ke beberapa tempat yang menjadi tempat nongkrong Deril. Belum juga dia menemukan Deril, langit sudah berubah warna menjadi Oranye. Tapi dia hiraukan saja dan terus mencari Deril. Bukit bunga sudah dia hampiri, cafe permen juga sudah, bahkan pendopo juga sudah. Tapi dia tak juga menemukan Deril.
Dia duduk dan berpikir kemana kira – kira temannya itu. Tapi kemudian dia segera sembunyi ketika mendengar ada langkah kaki. Para Kurcaci berpatroli, menyisir setiap tempat untuk memastikan para penghuni Lembah hijau telah berada dikamarnya masing – masing. Karena langit oranye ini menandakan jika Buto akan lewat dari Rumah bawang menuju sungai Gembong. Lembah hijau berada ditengah – tengah kedua tempat itu. Buto sangat berbahaya, dia bisa saja mengambil penghuni lembah hijau. Maka jiwa tersebut tak bisa lagi reinkarnasi. Berahir sudah hidupnya. Seperti mati untuk kedua kalinya. Hilang dan tak akan kembali. Bahkan ingatan tentangnya juga akan terhapus. Tak ada lagi yang mengingatnya, yang di lembah hijau bahkan di dunia nyata.
Para kurcaci berjalan melewati tempat persembunyian Steve. Steve merasa lega karena mereka berlalu. Namun Steve belum tahu, bahwa hal yang lebih menakutkan akan terjadi selanjutnya. Steve berjalan lagi, kali ini dia langsung menuju kamar. Namun belum juga menemukan jalan setapak menuju kamar, dia sudah dikejutkan dengan suara langkah yang begitu berat. Jelas sekali langkah itu milik sesuatu yang sangat besar. Steve merasa takut hingga kakinya terasa lemas. Langkah itu semakin dekat padanya. Steve jatuh terduduk saat melihat ada makhluk besar sedang berjalan ke arahnya. Tinggi sekitar 4 meter dengan kaki sebesar pohon mangga. Kukunya runcing, perutnya buncit, mata bulat seperti bola basket dan berwarna hijau. Seakan menemukan mangsa, makhluk itu tersenyum hingga melihatkan giginya yang besar dan tidak rata. Beberapa tetes liur jatuh ketanah dan mengakibatkan ada lubang yang cukup besar dibekasnya. Steve pasrah, dia menyesal telah melanggar aturan lembah hijau. Kurang dari 5 langkah saja makhluk itu akan sampai ditempatnya berada. Steve menutup mata. Pasrah.
Kemudian dia merasakan ada yang menarik kakinya. Tangan – tangan kecil namun sangat kuat. Steve masih menutup mata. Tidak berani membuka ataupun mengintip. Dia pasrah saja tangan – tangan kecil itu menyeretnya. Hingga dia terjengkang dan terlentang ditanah. Dia pasrah saja tak mengeluarkan suara sedikitpun. Tak lama dia merasakan tarikan itu berhenti. Dan berganti dengan tendangan tepat pada selangkangannya. Steve meringis kesakitan tapi tak berani bersuara, dia terlalu takut.
“Heh, cepat tutupi tubuhmu dengan ini.” Ucap salah satu kurcaci.
Steve membuka mata dan segera menyadari bahwa dia telah tertolong. Dia menurut saja menutupi tubuhnya dengan beberapa lembar daun pisang. Dia masih tak berani berbicara, karena dia telah melakukan kesalahan.
“Kenapa sih kamu ga masuk kamar? Kan sudah jelas peraturannya. Langit oranye adalah jam masuk kamar. Masih mau hidup lagi ga sih?”
“Maksudnya gimana ya?” ucap Steve dengan takut.
“Kamu tadi lihat kan betapa besarnya Buto?”
“Iya.”
“Kalo kamu tertangkap olehnya, dimakan, habis sudah. Mati 2 kali kamu. Tak ada yang mengingatmu dan tak ada catatan tentangmu. Hilang. Lenyap.”
Steve terdiam, dia tak menyangka bahwa begitu besar konsekuensi yang harus dia hadapi jika melanggar jam – jam lembah hijau.
“Kamu disini dulu. Sampai langit berubah menjadi ungu. Langit ungu saatnya makan malam. Ingat, jangan kemana – mana. Kami akan berpatroli lagi.”
“Baik. Tapi nanti aku baliknya kemana?”
“Ikuti saja jalan setapak, nanti akan langsung menuju kantin. Dan jangan menceritakan hal ini pada siapapun.”
Steve hanya mengangguk, dia tak berani lagi melanggar aturan. Dia masih merasa lemas jika mengingat bentuk Buto yang begitu besar dan menyeramkan. Hampir saja dia kehilangan kesempatan untuk hidup kembali.