Motor metik merah masih bertengger di ruang tamu. Sayap dan spionnya pecah, di sisi kiri badan motor terdapat lecet. Bukankah Salwa sempat bilang bahwa motor itu adalah motor pinjaman? Lalu kenapa motor itu masih di sini? “Aku nggak berani ngembaliin barang rusak. Aku nggak punya uang untuk memperbaikinya. Aku takut pemiliknya marah.” Salwa menjelaskan tanpa Ayub menanyakannya. Ayub menoleh Salwa yang berdiri di tengah-tengah pintu antara dapur dan ruang tamu. Paras wajahnya masih sama. Sengak. “Aku permisi pulang,” kata Ayub dan berlalu keluar rumah. Sesampainya di rumah, Ayub langsung menghempaskan tubuh di kursi panjang yang ada di teras. Tepat di sisi Harun yang saat itu sudah duluan duduk di sana mengenakan celana training panjang dan kaos tanpa lengan. Sehelai h