bc

Terjebak Pesona Mantan

book_age18+
41
FOLLOW
1K
READ
friends to lovers
dominant
tomboy
comedy
bxg
another world
first love
sassy
addiction
friends
like
intro-logo
Blurb

Cinta Pertama memiliki kesan yang sangat mendalam. Hal itu pun yang di rasakan oleh Seina Aluna Putri. Setelah tujuh tahun berpisah, Seina dipertemukan lagi dengan Darel Danu Atmaja, cinta pertama saat masih SMA. Namun, tujuh tahun berlalu tiba-tiba Seina di pertemukan lagi dengan Darel yang ternyata tetangga baru apartemennya. Sudah lama tak bertemu ternyata rasa cinta diantara keduanya pun masih tersimpan di hati masing-masing. Meski sama-sama memiliki tunangan, tak menyulutkan cinta terlarang di antara keduanya.Lantas, akankah Seina kembali dengan Darel, ataukah keduanya memilih untuk bertahan dengan pasangan masing-masing?

chap-preview
Free preview
1. Pengkhianatan
"Argh … Sayang, pelan-pelan dong!” pinta seorang wanita yang sedang meringis menikmati setiap hujaman yang diberikan padanya. Suara itu terdengar memenuhi ruangan kamar. Bahkan, dering ponsel yang sejak tadi berbunyi, tak dihiraukan keduanya meski berulang berkali berdering. "Sayang angkat dulu teleponnya!” “Biarkan saja paling Seina!” “Seina? Apa kamu masih mempertahankan hubungan kalian?" "Eugh!" Pria itu mengerang seraya melepaskan miliknya dari tubuh wanita itu. Tanpa bicara ia pun membalikkan tubuh sang wanita, lalu mereka saling berpelukan dengan peluh yang masih membasahi tubuh keduanya. Sementara itu, tepat di dalam lift apartemen, Seina yang tadi dibicarakan oleh kedua orang itu, masih berusaha menghubungi tunangannya. Meski hatinya kesal. Namun, saat mengingat akan hari anniversary mereka, Seina langsung mengenyahkan pikiran negatifnya. Coba berpikir positif karena tak ingin merusak momen bahagia hari ini. "Dia pasti sedang menyiapkan kejutan untukku," gumam wanita itu saat pintu lift berhenti di lantai yang ia tuju. Siena pun melangkah keluar dari lift. Dengan riang, wanita cantik itu terus melangkah menyusuri lorong apartemen hingga kedua kakinya tepat berhenti di depan pintu unti apartemen Arya–tunangannya. “Dia pasti kaget kalo ngeliat aku datang tiba-tiba gini.” Siena mulai menekan satu persatu password apartemen Arya. Saat pintu terbuka, wanita itu melangkah masuk. Namun, dering ponsel miliknya tiba-tiba berbunyi. Siena menghentikan langkah kakinya saat baru saja masuk dan menutup pintu. Wanita itu sejenak melihat layar pada ponsel, lalu menjawab panggilan yang ternyata berasal dari temannya. Selesai menjawab panggilan itu, Siena terkejut saat mendapati sepasang sepatu hak tinggi ada di depan pintu. Sepatu yang pernah dilihatnya ada di sebuah mal dan saat itu Siena memang sempat mengatakan pada Arya jika ia sangat menginginkan sepatu itu. Sepatu yang belum sempat dibelinya. Namun, kenapa sepatu itu diletakkan begitu saja di depan pintu seperti habis dipakai oleh seseorang? “Apa sepatu ini kejutan untukku? Makanya, Arya sengaja menaruhnya di sini agar begitu aku datang, aku langsung melihatnya.” Penasaran karena ingin menanyakan langsung, Siena mempercepat langkah kakinya. Namun, entah kenapa saat akan membuka pintu kamar Arya, debaran jantungnya terasa sakit. Sejenak ia menghentikan gerakan tangan sebelum benar-benar membukanya. “Kenapa dadaku sakit sekali?” Siena sejenak mengatur napasnya. Entah apa yang ia rasakan. Namun, itu sukses membuat pikiran negatif kembali mengusik, terlebih sepasang sepatu yang ada di depan pintu tadi seperti bukan diperuntukkan untuknya. Belum sempat ia membuka pintu, pintu kamar itu terbuka dan sosok Arya yang berkeringat tiba-tiba muncul. “Sayang ….” "Kamu lupa ya kalau hari ini anniversary kita?” Siena masih tak merasa heran meski tubuh tunangannya tampak sedikit berkeringat. "Ah, mana mungkin aku lupa. Justru aku udah tahu kamu akan datang ke sini.” “Berarti bener sepatu yang di depan itu hadiah yang sengaja kamu siapkan buat aku.” Arya tertegun sesaat sebelum cepat-cepat mengiakan perkataan Siena. “I-ya, Sayang. Gimana hadiahnya, kamu suka, kan?” Arya mau tak mau menggunakan alasan itu. Untungnya ukuran sepatu Siena dan wanita selingkuhannya sama. Selain itu, sepatu yang dimaksud Siena memang baru saja ia belikan untuk Laras sebelum datang ke apartemennya. Seolah Tuhan masih menutupi kebohongannya, saat itu, Laras memang memilih untuk langsung memakainya alih-alih menaruhnya ke dalam box. “Ya udah, kamu siapin dulu itu kuenya, aku mau ganti baju dulu, ya! Tadi aku habis olahraga sebentar nyari keringat.” “Ya udah aku siapin dulu, ya." Arya pun masuk ke dalam kamar. Namun, pria itu tak masih menahan pintu agar sedikit terbuka untuk melihat Siena pergi menuju dapur yang letaknya ada di belakang. Melihat Seina sudah tak lagi terlihat, Arya segera memberi kode pada Laras yang sejak tadi bersembunyi di bawah ranjang keluar dari kamarnya. "Cepat keluar!” "Aku tidak mau. Pokoknya dia harus tahu hubungan kita!” "Apa kamu gila! Kalau kita ketahuan sekarang, aku pastikan kita tidak akan pernah bersama lagi." Dengan berbisik dan penuh penekanan Arya mengancam Laras. Mau bagaimanapun ia tidak bisa melepas Siena. Merasa tak punya pilihan, Laras pun bergegas keluar. Namun, saat ia akan membawa sepatu yang baru dibelikan Arya, pria itu melarangnya. “Jangan bawa sepatu itu! Keluarlah!” “Kenapa? Terus aku enggak pakai apa-apa.” Laras menjawab kesal. Tentu saja suaranya masih berbisik. Namun, raut wajahnya jelas menunjukkan ketidaksukaan atas perintah Arya. Baru saja Laras keluar, tiba-tiba dentuman pintu mengejutkan Arya. "Jelaskan ini milik siapa?" Siena datang membawa sebuah celana dalam berwarna merah yang dipegangnya dengan ujung jarinya. "Itu-itu!" "b******k kamu Arya!" Seina pun mengambil tasnya setelah melempar celana dalam itu tepat mengenai wajah Arya, lalu mendorong tubuh pria itu sekeras-kerasnya karena berusaha menghalangi kepergiannya. "Sayang, dengarkan penjelasanku dulu! Tolong jangan pergi!” pinta Arya saat melihat Siena keluar tak menghiraukan permintaannya. Deras hujan tak menghentikan langkah gadis bernama Seina Aluna Putri untuk pergi dari apartemen tunangannya. Tubuhnya basah kuyup menerjang derasnya hujan di tengah jalanan kota Bandung. Dengan tubuh yang bergetar, Seina berjalan lewat pintu darurat. Ia tidak mau harus membersihkan air yang menetes dari pakaiannya yang basah. "Sial." Kakinya terasa kram setelah menaiki anak tangga yang tak terhitung. Seina kemudian menekan password apartemennya lalu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Seina hanya menatap layar ponsel yang bergetar, melihat nama Arya di sana. Iya, Seina begitu kecewa setelah melihat benda yang tak seharusnya berada di apartemen pria, apa lagi itu bukan miliknya. "b******k kamu Arya!" teriaknya meluapkan emosi yang sedari tadi tertahan Tidak ada wanita yang mau berbagi dengan wanita lain termasuk Seina. Dia pun menangis, menumpahkan semua kekesalannya sebelum akhirnya tangisan itu terhenti berganti mimpi. Baru saja terlelap, tiba-tiba bunyi bel serta dering ponsel saling bersahutan membangunkan Siena dari tidurnya yang singkat. Perlahan wanita itu membuka mata, tangannya meraba nakas mencari ponsel yang tadi ia letakkan di sana. Bola matanya memutar saat melihat nama Arya. Setelah panggilan berakhir, Seina membuka pesan dari pria yang sudah tak lagi dianggapnya sebagai tunangan. Arya: Maafin aku Seina, aku akan menjelaskan semuanya sama kamu. Kumohon angkat telepon dariku! Seina: Kamu tidak perlu menjelaskannya, semuanya sudah jelas dan sebaiknya kita putus saja. Setelah mengirim pesan kepada Arya, Seina memblokir nomor ponsel pria itu. Tekadnya sudah bulat, tak ingin melanjutkan hubungannya dengan Arya. Ia tidak ingin jika menikah nanti, pernikahannya akan dipenuhi kebohongan karena wanita lain. "Kamu harus kuat Seina," ucap Seina menguatkan dirinya sendiri. *** Suara ketukan jari menyentuh keyboard menjadi irama yang indah bagi Seina. Dia merupakan seorang penulis yang sudah meraih banyak prestasi, bahkan bukunya pun selalu menjadi best seller dan banyak disukai oleh pembaca. Seina suka menulis dari usia 12 tahun, ia selalu menuangkan semua imajinasinya ke dalam sebuah tulisan. Di usianya yang kini sudah memasuki 23 tahun, Seina tidak pernah bergaul dengan teman-teman sebayanya dan terlihat seperti gadis pengangguran. Meski begitu, ia memiliki tunangan bernama Arya Wijaya yang tak lain adalah temannya saat masih kuliah dulu. Hubungan mereka terjalin sudah hampir dua tahun, tetapi harus berakhir karena orang ketiga. meja. Sejak anniversary yang menyakitkan itu, Seina sengaja menghabiskan waktu di ruang kerja untuk menulis. Ia tidak pernah keluar dari apartemen selain belanja bulanan demi menghindari Arya yang sempat datang ke apartemen dan memaksa kembali padanya. Namun, pagi itu, Seina tak punya pilihan untuk keluar karena sampah yang sudah menumpuk dan harus segera dibuang. Siena memang membuang sampahnya ke belakang gedung apartemen karena pengelola apartemen tidak mengambil sampah dan hanya membersihkan lingkungan apartemen saja. Dengan langkah hati-hati karena takut Arya ada di depan apartemennya, Siena pun keluar setelah memastikan pria itu tidak ada di sana. Namun, langkahnya terhenti saat melihat pintu unit apartemen yang ada di sampingnya terbuka. “Akhirnya aku punya tetangga, semoga mereka tidak menyebalkan,” batin Seina melewati orang-orang yang sedang memindahkan barang di samping apartemennya. Setelah dua tahun tinggal di apartemen, Seina memang tidak pernah memiliki tetangga. Akan sangat menyebalkan jika tetangganya berisik, dan mengganggu konsentrasinya dalam bekerja. Setibanya di lobi, Seina berjalan menuju pintu belakang untuk membuang sampah dan mulai memisahkan sampah organik dan non organik. “Aku dengar penghuni baru di apartemen lantai enam memiliki wajah yang tampan,” ucap salah seorang wanita penghuni apartemen. “Apa kamu sudah melihatnya?” tanya temannya yang lain begitu antusias. “Iya, tadi aku papasan saat dia mau masuk ke dalam lift. Aku juga mendengar pembicaraan dia dengan temannya ternyata penghuni baru lantai enam. Beruntung sekali tetangganya, pasti akan menyenangkan bertetangga dengan pria tampan itu,” ungkap seorang wanita yang terdengar jelas oleh Siena. “Pria tampan. Wah, aku jadi penasaran sama laki-laki itu,” desis Seina sambil merapikan kembali troli sampah miliknya. Ketika kembali ke apartemen pintu tetangga barunya sudah tertutup, sepertinya ia sudah selesai pindahan. Ponsel Seina pun bergetar menampilkan nomor baru di sana, dia lalu menggeser tombol hijau di layar ponselnya. “Halo,” sapa Seina. “Seina bisa kita bicara, aku tahu aku salah dan aku tidak mau membatalkan pertunangan kita.” “Masih ada waktu tiga bulan lagi untuk berpikir ulang. Jika kamu bisa merubah sifatmu dengan membatasi pergaulanmu dengan Laras, mungkin aku akan mempertimbangkannya.” “Sayang ... Laras itu sahabatku dari kecil, mana mungkin aku menjauhinya. Aku mohon kamu mengerti.” “Kamu memintaku untuk mengerti, tapi sahabatmu itu tidak mengerti perasaanku. Meski kalian bersahabat harusnya memiliki batasan! Setiap kita berkencan kamu selalu mengajaknya, kamu selalu membatalkan acara kita hanya karena dia. Menurutmu aku harus pengertian seperti apa lagi ...!” pekik Seina. Tanpa ia sadari, saat ini ada sepasang mata yang tengah menatap punggungnya serta menguping pembicaraannya dari belakang. Seina melempar pintu apartemennya dengan kencang hingga terdengar nyaring meluapkan emosinya. Suara bel berbunyi, Seina yakin jika orang di luar sana adalah Arya karena sebelum mematikan panggilannya dia mengatakan akan ke apartemennya. Tanpa pikir panjang Seina membuka pintu apartemen. “Sudah aku bi—” Ucapan Seina tertahan ketika seseorang yang berada di hadapannya ternyata bukan Arya. “Maaf, aku tetangga baru di sini,” ujarnya sembari tersenyum ramah. Netra Seina melebar, mulutnya menganga saat melihat seorang pria berdiri di hadapannya. Jantungnya pun berdegup dengan kencang ketika kedua netra saling bertatapan. Tentu saja ia tidak lupa dengan pria itu. Pria yang merupakan mantan kekasihnya sewaktu SMA.

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook