Pulang Bersama

956 Words
Suasana saat itu panas terik, sekitar pukul 13.00 wib. Ethan memberi helm ke Emily dan Dia memakainya dan mereka pun berangkat. Selama di perjalanan, mereka mengobrol di jalanan yang padat namun lancar. "Emily, kamu anak ke berapa ? Berapa saudara yang kamu punya?" tanya Ethan. " Aku anak pertama. Adik perempuanku 1. Dia masih duduk di bangku SMA." jawab Emily. Bagaimana denganmu Ethan?" "Aku anak tunggal jadi tidak punya saudara. Ya begitulah, kadang aku merasa kesepian di rumah. Tidak ada teman mengobrol atau bermain. Itulah sebabnya aku sering habiskan waktu untuk ikut organisasi di kampus supaya selalu banyak teman.Sejak kecil, aku selalu kesepian dan bermain sendiri,sedangkan Papa Mamaku sibuk bekerja." "Oh, begitu. Menurutku itu bagus selagi kamu melakukan kegiatan positif. Selain menambah banyak teman kamu juga jadi punya banyak pengalaman berorganisasi yang mungkin akan sangat bermanfaat di dunia kerja nanti. "Ngomong-ngomong, kamu udah semester berapa?" tanya Ethan lagi. "Aku sekarang semester 6. Kalau kamu sendiri?" "Aku sudah di semester 8. Sebentar lagi sudah mau nyusun skripsi."jelas Ethan. " Kamu bukan asli orang Bandung ya? Orang tuamu tinggal dimana?" Ethan ingin tahu. " Ya. Aku di sini tinggal di kos. Orang tuaku tinggal di Lampung. Sebenarnya aku punya Bibi di sini, tapi aku lebih memilih tinggal di kos supaya lebih mandiri. "Bukankah lebih enak tinggal dengan bibimu? semua sudah tersedia,seperti layaknya tinggql di rumah sendiri." "Aku Salut denganmu Emily. Kamu perempuan yang mandiri." Ethan memuji. " Kenapa ? Menurutku aku perempuan biasa saja kok. Tidak ada yang luar biasa dari diriku." " Aku salut karena jarang ku temukan perempuan sepertimu, pergi menuntut ilmu jauh dari orang tua. Di kota besar ini pun kamu bisa menjaga diri dari pergaulan bebas dan berprestasi lagi. Aku yakin orang tuamu pasti bangga terhadapmu." "Terima kasih ya, atas pujianmu. Sejak kecil aku sudah dididik disiplin oleh kedua orang tuaku serta jadi orang yang bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan kepadaku. Menuntut ilmu di kota ini sudah jadi pilihanku jadi sudah sebaiknya aku pertanggungjawabkan dan berusaha membanggakan kedua orang tuaku. Aku sayang sekali dengan mereka. Aku tidak ingin mengecewakan." jelas Emily. "Wah, semakin dalam aku mengenalmu, aku semakin terkagum-kagum." Ethan geleng-geleng. "Kamu juga luar biasa." " Apa hal yang luar biasa dari diriku ini? Hari-hariku ku lewati seperti ini,terasa hambar, tidak ada yang istimewa. Papa Mama sibuk kerja sedangkan aku menyibukkan diri dengan kegiatan kampus. Tak ada waktu refreshing,liburan, seperti keluarga lainnya. Hidupku sangat biasa." "Kamu gak boleh bicara seperti itu,Ethan. "Itu memang kenyataan,Emily." Tidak seperti kamu, kamu punya keluarga bahagia, punya adik,punya orang tua yang percaya dan membolehkanmu kuliah di luar kota." "Hidup itu harus disyukuri. Jangan bersungut-sungut Ah. Di luar sana banyak orang yang inginkan kebahagiaan yang kamu punyai saat ini. Coba kamu lihat anak itu!" Emily menunjuk pada anak terlantar yang ada di pinggir jalan untuk meminta-minta. "Masih bisakah kamu mengatakan hidupmu biasa? Padahal di luar sana jutaan anak terlantar, tak punya makanan dan minuman bahkan tempat berteduh sekalipun." "Coba bandingkan dengan keadaanmu, kamu masih punya makanan dan minuman yang selalu tersedia di meja makan. Kamu juga punya orang tua yang selalu bisa kamu lihat dan sayangi. Kamu juga bisa mendapatkan pendidikan yang banyak orang di luar sana tidak bisa mendapatkannya. Jadi stop mengeluh.Kamu yang kurang bersyukur dengan keadaanmu. Kalaupun orangtuamu sibuk,mereka berjuang demi mencukupi kebutuhanmu supaya kamu tidak kekurangan." Emily menjelaskan. " Perkataanmu benar,Emily. Ah, betapa bodohnya aku selama ini. Mataku seolah tertutup melihat keadaan di sekitarku yang lebih buruk dari ku. "Ya, itulah hidup. Terkadang kita sering melihat kehidupan orang lain terlihat lebih membahagiakan daripada hidup kita.Padahal Tuha sudah kasih sesuai porsinya, dan kita lupa untuk mensyukurinya." "Baru kamu Emily. Yang menyadarkan aku tentang semua ini. Bertahun bahkan berpuluh tahun aku terjebak dalam pemikiranku yang slah selama ini. Aku tak pernah sampaikan ini pada orang tuaku."Ethan menyesal. "Hal baik dari dirimu adalah meskipun kamu terjebak dalam pikiranmu yang salah. Kamu tidak mencari perhatian dari orang lain yang salah pergaulan. Banyak anak sepertimu yang mencari-cari perhatian dengan pergaulan yang bebas, pakai obat-obatan karena kurang mendapat kasih sayang dari keluarga."jelas Emily. Sepeda motor terus melaju di jalanan sembari mereka mengobrol selama perjalanan. " Aku mengaku salah. Aku berjanji akan lebih menyayangi dan menghormati kedua orang tuaku. Mereka sudah lelah bekerja demi aku tapi aku malah tidak menghargai pengorbanan mereka.Terimakasih ya,Emily. Kamu sudah membukakan mata hatiku. Betapa beruntungnya aku bisa mengenalmu...hehehe. Andai saja aku bisa mengenalmu sejak dulu." " Baguslah. Aku ikut senang dengarnya. Aku harap kamu lebih semangat menjalani hari-harimu dan menghargai orang-orang terdekatmu. Itulah penyemangat hidup terbesar." "Benar sekali. Aku jadi ingin buat hal yang membanggakan Mama Papa. Demi membalas kebaikan mereka selama ini." "Ya, jadilah anak yang baik dan berprestari, pasti orang tuamu bangga." "Pasti. Tak ada lagi alasan bagiku untuk tidak membahagiakan orang tua. Aku mau sepertimu,Emily. Semoga belum terlambat ya, walau studyku sudah mau menyusun skripsi." "Belum terlambat kok. Kamu pasti bisa,Ethan. Semangat ya. "Oh, ya. Berhenti di warung depan ya. Kostku sudah dekat."pinta Emily. Emily turun dari atas motor dan melepaskan helm dari kepalanya. Dia memberikannya kepada Ethan. Sebelum berlalu, dia berterima kasih kepadanya sudah memberi tumpangan. " Terima kasih. Kamu teman yang baik." Emily tersenyum. "Sama-sama Emily. Aku senang bisa membantumu." Ketika Emily melangkah beberapa langkah, dia memanggilnya lagi. " Emily ,tunggu." Emily menoleh dan penasaran ada apa. " Aku lupa minta nomor hp-mu." ucap Ethan. " Untuk apa ? Bukankah kita satu kampus?" "Siapa tahu kamu butuh teman tumpangan lagi, hehehe ...Aku bersedia kapan pun kamu butuh bantuanku. Ethan tertawa kecil. " Simpan ya 082 366 5432 xx." kata Emily. "Sudah aku simpan. Sampai ketemu lagi Emily. Hari ini terasa berbeda karena ada kamu. Dahhhh...Ethan pergi dengan perasaan bahagia. Emily juga senang karena melalui perkataannya bisa menyadarkan Ethan tentang arti bersyukur. "Semoga kamu bisa berubah lebih baik ya,Ethan. kata Emily sembari berjalan menuju kostnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD