Juna terbangun saat mendengar langkah kaki yang masuk ke dalam kamar. Sebelah matanya terbuka melihat seorang perempuan berjalan lalu menyikap tirai hingga cahaya matahari pagi menerpa wajahnya. “Bangun, Mas. Kamu bisa telat kerja kalo masih tidur terus.” Jihan berucap sambil mengayunkan langkah menuju lemari. Dengan tubuh bagian atas yang tak terbalut sehelai benang pun, Juna terduduk sambil menggosok mata nya. Kemudian ia menurunkan kaki dari atas ranjang dan saat itu juga ada sebuah tangan yang mengulurkan handuk pada nya. Begitu Juna mendongak, sebuah senyuman manis menyambut penglihatan nya. Sambil menelisik penampilan Jihan, tangan Juna terangkat mengambil alih handuk dari tangan istrinya. “Kenapa lo? Sakit?” tanya nya. Jihan mengerutk