Gagal Unboxing

1305 Words
Bising suara musik DJ yang memenuhi sebuah klub malam, membuat orang-orang melenggak-lenggokkan tubuhnya dibawah cahaya disko dalam pengaruh alkohol. "Argh! Kepala gue pusing banget anjir!" Seorang gadis berusia dua puluh tahun tampak mengeluh merasakan pening luar biasa, akibat terlalu banyak meneguk minuman beralkohol. Pemilik dari nama lengkap Kiandra Aldridge itu, mencoba mengedarkan pandangannya yang sudah buram, mencari keberadaan sahabatnya yang datang bersamanya ke sini. "Ck, Sitha dimana lagi?" gumamnya, sambil meringis pelan. Kiandra berusaha bangun dari posisi duduknya. Hendak mencari keberadaan Sitha di antara kerumunan orang-orang yang sedang asik berjoget. Akan tetapi, baru akan mengayunkan langkah tiba-tiba ia didatangi seorang laki-laki. "Hey, Sayang. Kamu mau kemana, hm?" Kiandra berdecih saat melihat siapa laki-laki yang menghampirinya ini. "Minggir lo!" Sambil menahan rasa pening di kepalanya, Kiandra melanjutkan langkah hendak mencari Sitha. Akan tetapi, tangannya di tarik dari belakang oleh seseorang sehingga membuat Kiandra kehilangan keseimbangan dan terjatuh dalam pelukan orang yang menariknya. "Eits, mau kemana sih? Kita bahkan belum bersenang-senang, Baby." Kiandra menggeram marah. Segera ia menjauhkan tubuhnya dari Akbar - mantan kekasihnya yang baru putus beberapa jam yang lalu. "Mau lo tuh apa sih? Berhenti ganggu gue! Gue benci sama lo!" teriak Kiandra yang justru membuat Akbar semakin senang menggodanya. "Okay-okay, lo mau pulang kan? Biar gue yang antar, gimana?" "Ogah! Gak sudi gue balik sama tukang selingkuh kayak lo!" tolak Kiandra, memandang Akbar dengan jijik. "Siapa yang selingkuh sih? Lo cuma salah paham, Baby." "Terserah!" Kiandra berdecak. Memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri. Ia menyesali perbuatannya yang minum terlalu banyak malam ini. "Sitha dimana lagi? Ck, bodo amat deh. Gue balik aja," gumam Kiandra. Melangkah ke arah pintu keluar klub. Akbar mengejar langkah Kiandra. "Kian tunggu! Lo mabuk. Biar gue antar lo sekarang, okay?" Dengan tertatih-tatih, Kiandra terus melangkah keluar dari klub tanpa mempedulikan teriakan dari Akbar yang menawarkannya pulang bersama. "Kian!" Akbar memanggil seraya meraih tangan Kiandra. Mereka sudah berada di luar klub saat ini. "Lepasin gue!" Kiandra berontak mencoba melepaskan diri dari cekalan Akbar. "Gue aduin lo sama Bang Juna!" Meskipun banyak orang yang berada di luar klub, mereka tidak peduli apa yang terjadi dengan orang lain. Sehingga teriakan Kiandra yang meminta tolong saat Akbar membawanya ke dalam mobil, diabaikan begitu saja oleh orang-orang yang melihatnya. "Argh! b******k lo, Akbar!" Senyum smirk tercetak di wajah tampan pemuda itu saat Kiandra terduduk tak sadarkan diri di sebelahnya. Tanpa membuang waktu, Akbar segera menjalankan mobilnya meninggalkan area klub. Bersamaan dengan mobil hitam itu melaju, Sitha berlari keluar dari dalam klub mencoba mengejar kepergian Akbar yang membawa sahabatnya. "WOY! BERHENTI!" ••••• Suara gemericik air terdengar dari dalam kamar mandi. Untuk kesekian kalinya, Jihan menghembuskan napas panjang mencoba menetralkan debaran pada jantungnya. Terdengar suara pintu kamar mandi yang hendak terbuka, membuat Jihan tersentak kaget dan refleks menaikkan selimut hingga menutupi semua bagian tubuhnya kecuali kepala. Tangannya mencengkram kuat selimut agar tidak jatuh. Juna keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk sebatas pinggang yang memperlihatkan otot-otot perutnya yang terbentuk. Air yang menetes dari rambut basahnya membuat Juna semakin terlihat seksi. "Rasa ingin meninggoy!" Batin Jihan menjerit. Juna mengangkat dagunya. Tersenyum miring melihat pipi Jihan yang bersemu. Langkahnya terayun menghampiri sang istri yang duduk bersandar di kepala ranjang dengan selimut menutupi tubuhnya. Jihan tersentak kaget saat Juna menyentuh dagunya. Lalu laki-laki itu mengangkat pelan dagu Jihan agar menatapnya. "Dingin banget ya? Sampai harus ditutupi semua itu badan," bisik Juna dengan tatapan menggoda, membuat Jihan merinding. Kedua bola mata gadis bergerak tak tentu arah. Sungguh, Jihan benar-benar dilanda kegugupan luar biasa malam ini. Dan berdekatan dalam posisi seperti ini dengan Juna, sensasinya lebih menyeramkan dibanding saat berada di wahana rumah hantu. Jihan terpejam saat Juna menempelkan bibir mereka. Sampai akhirnya, ia merasakan sebuah pergerakan di sana. Juna mengigit bibir bawah Jihan yang membuat gadis itu refleks membuka mulutnya. Memberikan akses untuk lidah Juna menjelajahi mulutnya. Hilang sudah kewarasan Jihan saat ini. Permainan lidah Juna membuat Jihan merasakan sesuatu yang eum.... Nikmat? Juna mengakhiri ciumannya. Tersenyum puas melihat wajah merona Jihan. "Itu belum apa-apa," bisiknya yang semakin membuat Jihan salah tingkah. Jihan memalingkan wajah dengan jantung yang semakin berdebar. Tatapan Juna turun menatap kedua tangan Jihan yang mencengkram kuat selimut yang menutupi tubuhnya. Kemudian Juna duduk di tepi ranjang. Satu tangannya terulur menyentuh punggung tangan Jihan. Memberikan usapan lembut di sana, sebelum akhirnya ia memaksa agar Jihan melepaskan celakanya di sana. "Eh! M-Mas mau ngapain?" tanya Jihan, gugup. Juna tersenyum smirk. "Mau memastikan aja." "M-memastikan apa?" Juna menarik satu tangan Jihan, lalu mengecup lembut punggung tangan gadis itu. "Memastikan kalo lo bener-bener nurutin perintah dari gue," ucapnya kemudian. ~ Flashback On "Lo bakal tahu jawabannya malam ini juga." Jihan mengerjap beberapa kali. Dari tatapan yang Juna layangkan, membuat Jihan seketika mengerti dengan maksud ucapan laki-laki itu. Jihan menegakan tubuhnya. Menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga, seraya melangkah kembali ke tempat duduknya. "Apaan sih, Mas?" Juna terkekeh pelan. "Sekarang ngerti, hm?" "Gak," ketus Jihan menjawab. Lalu ia melanjutkan kegiatan makannya yang sempat tertunda tadi. Kedua sudut bibir Juna tertarik ke atas. Senyuman yang mampu menghipnotis banyak perempuan, sekarang terlihat menyeramkan di mata Jihan. "Gak usah sok polos. Lo bukan anak TK lagi. Gue tahu, lo pasti ngerti sama omongan gue tadi." Sambil mengunyah pelan makanan di dalam mulutnya, Jihan menatap sekilas ke arah Juna tanpa membalas ucapan laki-laki itu. "Kita suami istri kan sekarang?" Pertanyaan apa itu? Lagi, Jihan hanya menatap sekilas laki-laki di hadapannya. "Seorang istri yang baik, tentu akan selalu menuruti perintah dari suaminya bukan?" Tahu bagaimana reaksi jantung Jihan saat ini? Detakannya sudah seperti orang yang baru selesai lari maraton. "Jihan...." panggil Juna. "Apa?" lirih Jihan. "Bener gak sama omongan gue tadi?" tanya Juna sambil menampilkan senyum menyebalkan di mata Jihan. "Hmm." Juna tersenyum lebar. Puas sekali rasanya melihat si cerewet ini bungkam. "Okay. Kalo gitu lo buktikan sama gue, kalo lo emang istrinya yang baik yang patuh terhadap perintah suaminya." Jihan menatap ragu suaminya. "Dengan cara?" Juna bangun dari posisi duduknya. Melangkah mendekati Jihan dengan senyum smirk nya. Juna menundukkan tubuhnya sejajar dengan telinga Jihan. "Pakai lingerie laknat itu.... Malam ini." ~ Flashback Off Siapapun tolong beri penghargaan kepada Jihan yang telah membuat Juna banyak tersenyum hari ini. Walaupun senyuman yang Juna tunjukan sangat menyebalkan di mata Jihan. "Eum.... Mas, tunggu!" cegah Jihan saat Juna sudah siap untuk melorotkan selimut itu. Juna berdecak kesal. "Apa lagi?" "Jihan malu, Mas...." cicitnya merengek pelan. Juna memutar bola mata jengah. "Malu mulu, mau nya kapan?" Jihan mengerucutkan bibir, pandangannya turun ke bawah. DDRRRTTTT DDRRRTTTT "Ada telpon," ucap Jihan pelan. "Gue tahu," ketus Juna seraya meraih handphone nya yang berada di atas nakas. "Dari siapa, Mas?" Jihan bertanya penasaran. Juna melirik Jihan sekilas. "Selingkuhan gue!" Jihan terbelalak kaget. Tapi segera ia menormalkan ekspresinya lagi, karena tahu Juna hanya sedang kesal padanya sehingga asal menjawab seperti itu. Juna mengangkat panggilan masuk tersebut. Menempelkan benda pipih canggih nya di telinga. "Ya, halo?" "Bang Juna! Kian dibawa pergi sama Bang Akbar!" lapor Sitha dari seberang sana. "Ya biarin aja. Kan pacarnya," jawab Juna, cuek bebek. Karena ia belum tahu kalau Kiandra dan Akbar sudah putus. "Udah putus! Kayaknya Bang Akbar gak terima deh, di putusin sama Kian. Tadi Kian juga mabuk, Bang. Aku khawatir Bang Akbar macam-macam sama Kian." Juna berdecak kesal. Kalau sudah begini, mau tidak mau ia harus pergi mencari adik perempuannya itu. "Okay-okay, gue cari Kian sekarang. Thanks infonya," ucap Juna lalu menutup sambungan telepon. Kemudian, Juna membuka pintu lemari dan mengambil pakaiannya. Jihan memalingkan wajah saat Juna tanpa malu melepas handuknya di hadapan Jihan. Setelah selesai, Juna meraih jaket yang menggantung di kapstok. Barulah Jihan berani mengangkat pandangannya, menatap bingung pada Juna. "Mas Juna mau kemana?" "Selingkuh," jawab Juna asal, sambil mengenakan jaketnya. "IH!" "Kemana? Punya istri juga cuma buat pajangan doang. Gak bisa disentuh," balas Juna membuat Jihan bungkam. Lantas, Juna melangkah keluar dari dalam kamar setelah mengambil kunci mobil. Meninggalkan Jihan yang menatap sendu kepergiannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD