Kenny memukul dinding bekas menghimpit tubuh Abigail beberapa saat yang lalu. Tiba-tiba laki-laki itu menyesali perbuatannya pada Abigail. Kenny bisa melihat sorot mata penuh kebencian dan kemarahan yang selama ini tidak pernah ditunjukkan oleh Abigail yang sangat jarang menunjukkan ekspresinya itu.
Sebenarnya Abigail telah menjadi istri yang luar biasa baik selama empat tahun terakhir. Bahkan meski Beni Dirgantara telah tiada, sikap Abigail tidak pernah berubah sedikit pun. Abigail tetap menjadi istri yang patuh dan berbakti. Tidak pernah sekalipun Abigail tidak melaksanakan perintah Kenny maupun anggota keluarga Dirgantara yang lain. Namun ada satu sikap Abigail yang tidak pernah bisa diterima oleh Kenny dan mengusik harga dirinya sebagai laki-laki. Perempuan yang telah menjadi istrinya selama empat tahun itu sama sekali seperti tidak menyimpan perasaan apa pun padanya. Kenny kesal pada perempuan itu karena sama sekali tidak pernah menunjukkan perhatian dan simpati yang berdasarkan pada perasaan. Abigail seolah membiarkan Kenny mencari kesenangan bersama perempuan lain bahkan seakan-akan menyerahkan Kenny pada perempuan lain, tanpa merasa keberatan sedikitpun. Abigail bertingkah selayaknya robot modern yang bisa melakukan banyak hal tetapi tidak memiliki emosi seperti manusia normal. Abigail akan menunjukkan emosinya ketika Kenny menyakitinya atau bertindak kasar padanya. Hal itu yang membuat Kenny memilih jalan pintas untuk terus menyakiti Abigail demi melihat perubahan ekspresi dan emosi istrinya itu.
Berulang kali Kenny mengingatkan dirinya tentang keanehan Abigail agar hatinya tidak terganggu dengan penyesalan telah menyakiti Abigail sesaat yang lalu. Kenny merutuki dirinya agar tidak menjatuhkan perasaannya pada perempuan aneh seperti Abigail. Namun semakin kuat dia mencoba mengenyahkan sosok Abigail dari kepalanya, wajah Abigail yang ketakutan tadi semakin mengganggu pikirannya.
Kenny mendudukkan dirinya di sofa. Hari ini dia teramat sangat marah pada Abigail. Sebenarnya Kenny sedang berusaha menerima kehadiran Abigail di kehidupannya. Ketika nanti dia telah mendapatkan warisannya di perayaan hari jadi pernikahan mereka yang kelima, Kenny berjanji akan mengubah sikapnya pada Abigail. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk memperlakukan Abigail dengan baik. Dia bahkan telah memikirkan untuk membeli sebuah rumah yang bisa dia tinggali berdua dengan Abigail sehingga Abigail tidak perlu repot-repot mengurus anggota keluarga Dirgantara selain dirinya. Kenny mulai memikirkan ingin membangun rumah tangga yang normal bersama Abigail. Namun kedatangan Abigail secara tiba-tiba beberapa saat yang lalu sambil membawa surat gugatan cerai membuat harga dirinya merasa terinjak-injak. Terlebih ketika ucapan Abigail sedikit banyak telah menghina keluarganya. Terang saja membuat Kenny murka.
Lagipula kalau sampai perceraian itu benar-benar terjadi sebelum usia pernikahan mereka memasuki tahun kelima, maka para pemegang saham akan menarik investasi di perusahaan yang telah Kenny bangun dengan usahanya sendiri akibat hilangnya kepercayaan para pemegang saham terhadap Kenny yang dianggap tidak akan sanggup membangun perusahaan karena telah gagal membina rumah tangganya. Kenny tidak mau kalau hal itu sampai terjadi. Dia harus membuat Abigail bertahan setidaknya sampai perayaan hari jadi pernikahan mereka yang kelima. Kalau Abigail memaksa maka dia tidak segan akan membuat perempuan itu menyesal telah meminta perpisahan darinya.
Kenny lalu menghubungi sekretaris sekaligus orang kepercayaannya untuk mengawasi Abigail yang tiba-tiba bertindak sejauh ini. Kenny yakin Abigail telah mempersiapkan surat gugatan cerai itu itu jauh-jauh hari. Dan satu lagi keyakinan Kenny soal gugatan cerai yang diajukan oleh Abigail, yakni Abigail pasti tidak bertindak sendirian. Pasti ada seseorang yang mendukung dan menyokong Abigail dari belakang.
Lama Kenny berpikir. Dia menimbang kembali permintaan perceraian yang diajukan oleh Abigail. Dia tidak mau perceraian itu sampai terjadi sebelum dia mendapatkan semua yang diinginkannya selama ini. Dia tidak mau pengorbanannya menerima perjodohan dengan Abigail empat tahun lalu menjadi sia-sia jika harus melepas Abigail sebelum ulang tahun pernikahan mereka yang kelima beberapa bulan lagi. Dia harus segera bertindak agar Abigail tidak terpikirkan untuk meminta perpisahan darinya.
Tak berselang lama Kenny bangkit dari sofa, berlari ke arah pintu dan mencari keberadaan sekretarisnya. “Kunci mobil saya mana,” ujar Kenny buru-buru setelah berdiri di meja sekretarisnya.
“Pak Kenny mau ke mana? Hari ini ada pertemuan dengan investor dari brand Itali,” ujar sekretaris Kenny mengingatkan kalau dia memiliki jadwal pertemuan dengan klien penting.
“Kunci mobil saya mana!” ujar Kenny bersikeras. Ia tak peduli pada hal apa pun. Ia hanya ingin memastikan Abigail tidak benar-benar melayangkan gugatan cerai padanya.
Setelah mendapatkan kuncinya Kenny bergegas menuju basement dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi meninggalkan pusat perbelanjaan.
Saat dalam perjalanan Kenny menghubungi Bu Devi untuk menanyakan keberadaan Abigail. Namun sayangnya Abigail sedang tidak di rumah saat ini. Kenny meminta Bu Devi untuk memeriksa posisi Abigail lewat alat pelacak yang terpasang di ponsel perempuan itu.
“Nona Abigail saat ini sedang berada di Santana Hospitals, Tuan,” ujar Bu Devi setelah menemukan keberadaan Abigail.
“Sial!” Kenny mengumpat. Dia mengira Abigail akan langsung pulang ke rumah setelah diperintahkan untuk pulang tadi. Ternyata perempuan itu masih berada di tempat lain.
Kenny bertanya-tanya apa yang dilakukan oleh Abigail di rumah sakit lain sementara dia bisa menggunakan rumah sakit milik Dirgantara Group yang lokasinya satu areal dengan Dirgantara Mall untuk mengobati luka di wajah perempuan itu akibat tamparan yang cukup keras dari tangan seorang laki-laki yang tak pantas disebut sebagi suami. Kenny lebih pantas disebut sebagai penjahat kelamin saat ini, mengingat hal menjijikkan yang telah dilakukannya pada Abigail.
Tak lama kemudian mobil Kenny tiba di parkiran Santana Hospitals. Dia melangkah lebar meninggalkan mobilnya untuk mencari keberadaan Abigail di rumah sakit tersebut. Kenny bergegas memasuki lobi utama tanpa menghiraukan orang-orang yang menatap bingung ke arahnya. Napas Kenny terengah-engah dan jantungnya berdebar kencang. Dia mendorong orang yang sedang berdiri di depan meja pendaftaran dengan tak sabaran.
“Apa hari ini ada pasien bernama Abigail Dirgantara untuk berobat di sini?” tanya Kenny.
Belum sempat petugas di meja pendaftaran memahami maksud pertanyaan Kenny, sebuah suara lembut terdengar dari belakang punggung Kenny. Saat Kenny berbalik badan mendapati Abigail sedang berdiri sambil menatapnya dengan ekspresi terkejut.
“Kenny? Apa yang sedang kamu lakukan di sini?” Suara Abigail terdengar merayu di telinga Kenny.
Setelah berbalik badan Kenny berjalan cepat dan ketika sudah berdiri di depan Abigail, dia menarik tangan Abigail dan membawanya ke dalam dekapannya. “Syukurlah kamu nggak kenapa-kenapa. Aku khawatir banget waktu Bu Devi mengabarkan kalau posisi kamu sedang berada di rumah sakit. Pasti sakit banget ya?” tanya Kenny sembari menyentuh pipi Abigail yang tampak kebiruan bekas tamparannya beberapa waktu yang lalu. “Maaf ya, aku tadi out of control. Aku lagi mendapat presure yang cukup tinggi dari pihak manajemen. Pas banget kamu datang tadi. Aku kira kamu kamu punya feeling yang kuat kalau aku sedang dalam keadaan nggak oke makanya mau datang untuk ngasih dukungan padaku. Taunya kamu malah meminta sesuatu yang benar-benar nggak masuk akal,” ujar Kenny tanpa memberikan jeda sedikitpun pada Abigail untuk mempertanyakan dirinya yang tak biasa ini.
~~~
^vee^