PROLOG

548 Words
Judul: CinTajwid By: Chanty Romans Star: 06-10-2020 Finish: ....? Disclaimer: ©hak cipta dilindungi sepenuhnya oleh Allah SWT. Dilarang keras plagiat, copypaste dan sejenisnya. * * * "Fa, kamu ngapain di situ?" Interupsi sebuah suara membuyarkan lamunan Afifah. Gadis itu reflek menoleh pada-sang ummah. Kedua mata bertukar pandang. Afifah langsung bangkit menghampiri sang induk semang. "Ummah bikin kaget saja," gerutunya dengan bibir membeo. "Lagian anak gadis kenapa ngelamun, yang lain pada sibuk, ummah cari-cari, lha kok nyempil di sini. Ayo cepat siap-siap, sebentar lagi rombongan Yai Maksum tiba lho, Nduk!" Titah ummah memperingati putrinya. Afifah menghela napas. Sesuatu yang menganggu pikiran beberapa hari belakang, akhirnya harus dilalui juga. Afifah Hayya tidak akan sebuncah ini andai yang dimaksud ummah bukanlah Resnu-putranya Kiai Maksum. Hati Afifah menggerimis tatkala tahu bahwa, Abbah diminta langsung oleh Yai Maksum untuk mencarikan jodoh bagi Resnu. Bukan tanpa sebab, selama ini hubungan baik yang terjalin antara Abbah dan Yai, menjadi jembatan pada kedekatan Afifah dan Resnu. Bukan dekat secara harfiah, layaknya laki-laki dan perempuan yang dimabuk asmara. Tetapi lebih pada kedekatan emosi layaknya sahabat atau adik-kakak. Usia Resnu yang lebih tua lima tahun dari Afifah, selalu bersikap dewasa dan berusaha mengayomi sejak mereka masih belia. "Mau Abbah jodohkan sama siapa, Gus Resnu, Bah?" Tanya ummah suatu hari setelah tahu bahwa Abbah yang diminta mencari calon istri oleh Yai Maksum. "Salah satu santriwati atau ustazah juga boleh, tentunya dengan banyak pertimbangan. Tapi Abbah sudah yakin dengan satu nama." Kalimat Abbah seperti hujaman batu tajam di hati Afifah. Oh Ya Allah, jika perasaan yang Afifah miliki ini salah, lantas kenapa rasa itu tumbuh subur, penuh gebu dalam relung jiwa. Afifah mematung, menelan saliva, merasai perih. Tidakkah Resnu sadar, bahwa selama ini Afifah terjebak dalam afeksinya sendiri. Lelaki itu tidak pernah tahu, bahwa saat berada dalam jarak dekat dengannya, Afifah merasa layaknya saktah yang setiap saat harus menahan napas. Tidakkah Resnu tahu, bahwa saat di dekatnya, Afifah merasa seperti Waqaf Lazim yang harus berhenti. Pun dengan irama jantungnya yang terasa berhenti dengan sempurna seketika. Afifah memutar kembali memori otaknya, semua tentang sikap dan perhatian Resnu. Walau jarang bertemu, tapi Resnu kerap berkirim kabar melalui pesan-pesan singkatnya. "Dik Fifah, jangan lupa tadabbur dan hapalannya, jangan lupa berkirim kabar sama aku," ucapnya kala itu sewaktu berkunjung ke ndalem. "Terus apa lagi, Mas?" "Jangan lupa belajar." "Apa lagi, Mas?" "Jangan lupa bahagia." "Lalu, apalagi Mas?" "Jangan lupain aku." Kalimat terakhir yang ciptakan renyah tawa keduanya. Resnu memang humoris, ada saja kalimat atau kata-katanya yang menimbulkan gelak bagi orang-orang, terutama Afifah. Laki-laki berperawakan tinggi itu selalu memiliki stok banyolan saat berkumpul. Lima tahun berlalu, semenjak Resnu pamit melanjutkan kuliah di Kairo, lalu sepulangnya dari sana, Yai Maksum meminta khusus pada Abbah agar mencarikan calon pendamping hidup untuk sang putra. Tentu Abbah tidak akan menolak keinginan sahabat baiknya. "Nduk, malah melamun lagi. Ummah suruh siap-siap, Nak!" Kembali untuk kedua kali Afifah mendapat interupsi dari ummah. "Iya Ummah, ini mau siap-siap," sahut Afifah, sejurus kakinya melengang ke kamar. Dalam ayunan langkah benak Afifah banyak dipenuhi pertanyaan tentang-siapakah perempuan beruntung yang dipilih Abbah untuk Resnu? Mungkinkah Afifah harus menjadi layaknya Waqaf Kafi, menghentikan segala asa yang meruangi hati? Karena jika hanya satu kaki yang melangkah, maka berhenti akan lebih baik daripada melanjutkan. ************CinTajwid***********
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD