Terasa sudah kehampaan itu menyelimuti selama beberapa hari terakhir, matanya tidak pernah ingin beranjak dari kamar dengan hiasan cantik khas anak gadis berusia 5 tahun. Bibir itu gemetar setiap kali memungut boneka yang biasa Ibel peluk saat tidur, genggamannya juga mengerat pada selimut bekas waktu itu. Gisha selalu melarang siapa pun membereskan tempat tidur Ibel, dia yang manata sendiri sesuai kapan terakhir bertemu di kamar tersebut. Sesak yang dirasa sudah lama ditepis. Namun, Gisha tetap saja ingin bertemu dan setiap kali mengingat dia akan meratap di sana. "Ibel apa kabar? Di sana betah enggak? Gimana sama sekolah barunya? Teman, gurunya gimana?" Rupanya Gisha berkali-kali menahan untuk tidak menangis, dia tetap mencoba kuat. Namun, air matanya jatuh tak tertahankan. "Mama kange