Sebenarnya Ruby tak ingin berakhir di mobil Justin lagi. Berkali-kali ia tolak, tapi Justin selalu bisa menemukan cara agar dirinya duduk di sana. Termasuk menggunakan sedikit ancaman mengenai hasil latihannya beberapa hari belakangan. Padahal Ruby ingat sekali pujian Brina dan Nico mengenai apa yang telah ia lewati. Ruby sangat menahan diri untuk tak mengeluh karena ini jalan yang sudah ia pilih. Tak ada pintu untuk kembali. Lagi pula andai ia berbalik pun, pertanyaan bagaimana ia menghidupi dirinya terus terbayang. “Di ujung jalan, ada toko roti yang cukup populer. Kau ingin mampir?” tanya Justin memecah kesunyian di antara mereka. Perjalanan pulang kali ini Ruby lebih suka membungkam suara. Bukan tak ingin berbagi keluhan, tapi ia menyadari satu titik; Justin atasannya sekarang. Pria