[17]

1122 Words

Mobil Justin berhenti tepat di rumah sederhana yang masih terawat apik. Lampu di sekitar taman serta rumah utama belum menyala. Sebabnya jelas karena sang pemilik baru kembali ia antarkan. Bunyi klik pada seat belt di kursi penumpang sebagai penanda, jikalau penawaran Justin berada di ujung bencana. Sepanjang ia membujuk, Ruby tak bergeming sama sekali. Semuanya ditolak bahkan bayaran tertinggi yang bisa Justin berikan pun, Ruby tak berminat. “Yang kuinginkan bukan ketenaran atau hal-hal menyenangkan yang bisa kau beri, Justin. Sungguh. Ini jawaban dari lubuk hatiku terdalam. Setelah kau tahu siapa aku, seharusnya kau juga pahami kenapa pilihanku seperti ini.” “Astaga, Tuhan!” desah Justin sembari mengusap wajahnya penuh frustrasi. “Kau benar-benar keras kepala.” “Terima kasih sudah me

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD