[60]

1922 Words

“Tak bisakah kau hilangkan kerutan di wajahmu itu, Eve?” tanya Justin masih dengan tawa yang jenaka. Tangannya mengendalikan setir dengan lihai. Sesekali ia memerhatikan jalan di depan yang tak terlalu padat. Mungkin karena belum masuk jam krusial, makanya ia masih bisa berkendara dengan leluasa. “Bagaimana bisa aku tenang di saat kegilaan dimulai?” Meledaklah tawa Justin untuk ke sekian kalinya. “Kau benar-benar menghibur, Eve. Sikap kakumu itu membuat suasana menjadi hidup.” “Kau memang aneh perkara selera.” Ruby melipat tangannya di d**a, menghela panjang, tapi juga tak bisa melakukan apa pun kecuali mengikuti apa yang Justin minta. Kedatangan pria itu bukan tanpa sebab. Secangkir kopi yang Ruby buatkan juga sindiran untuk segera mengakhiri kunjungannya, malah membuat Ruby terjebak

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD