BAB 7 – Dapat Izin

1316 Words
Hai Dear's ... Makasih ya, udah mampir. Sebelum lanjut, Jangan lupa siapin mental yang kuat ya ... Siap-siap Baper dan basah di tiap babnya, hahaha ... Buat yang belum Follow, kuy ah follow aku dulu dong, Thank you .... KISS ... *** *** Mobil Reinald sudah masuk kedalam pekarangan rumah Andi. Pria itu sudah menunggu Reinald di depan teras rumahnya. “Ayo kita pergi sekarang,” ucap Reinald sembari menutup kembali pintu mobilnya. “Sebentar Rei, taksinya belum datang.” “Kenapa nggak pakai mobil aja sich?” “Enak banget, nyelamatin diri sendiri malah menjerumuskan orang lain,” jawab Andi sembari terus memainkan ponselnya. Setiap mereka berdua pergi ke tempat hiburan, memang tidak akan pernah menggunakan mobil pribadi. Mereka yang seorang ASN dan memiliki jabatan bagus di instansi tempat mereka bekerja, tentu akan rentan jadi sorotan media. “Nah, itu taksinya sudah datang. Ayo kita berangkat sekarang,” ucap Andi sambil berlalu. Reinald mengikuti dari belakang. “Tumben lo ngajak ke barista tanpa janjian dulu. Lagi ada masalah ya?” tanya Andi. “Biasalah ... Soni pulang.” Reinald menghela napas panjang. Kepalanya disandarkan ke kedua telapak tangannya. “Itu yang bikin gue males nikah bro. Puyeng lihat kehidupan lo,” kata Andi yang masih asyik dengan gawaynya. Reinald tampak masih merenung. “Sudah sampai pak.” Suara supir taksi online memecah lamun Reinald. “Ya, makasih pak. Udah dibayar sama teman saya’kan pak?” tanya Reinald kepada supir taksi. “Sudah pak, pakai gopay.” Supir taksi itu tersenyum ramah. “Ini sedikit tip untuk bapak.” Reinald memberikan satu lembar pecahan 20.000, kemudian berlalu dari balik pintu mobil. “Makasih banyak pak.” Senyum sumringah begitu terpatri di sudut bibir supir taksi tersebut. Kedua pria tersebut kemudian memasuki pub favorit mereka. Satpam dan recepsionis menyambut mereka dengan hangat. “Hai pak Reinald, ada yang bisa saya bantu?” sapa seorang wanita cantik dan seksi bernama Ana. Suaranya yang lembut dan mendayu membuat Reinald dan Andi gemas terhadap wanita itu. Ana adalah salah seorang resepsionis di pub dan karaoke tersebut. Wajahnya yang cantik dan dadanya yang sintal, membuat Andi candu kepadanya. Tapi Andi tidak pernah ingin memiliki hubungan spesial dengan wanita manapun. Dia takut apa yang menimpa Reinald-sahabatnya, juga akan menimpa dirinya. “Mas mau ditemani kamu, bisa?” goda Andi sambil mencubit lembut pipi mulus Ana. “Sekarang belum bisa mas, aku sedang bertugas disini. Satu jam-an lagi aku akan berganti sift, aku akan temanin kamu,” ucap Ana dengan suara manja yang dibuat-buat. Gerak tubuhnya seolah menyuruh Andi segera membawa dirinya menuju dunia penuh keringat. “Baiklah, mas akan tunggu,” jawab Andi sembari mengecup lembut bibir wanita itu. “Masih lama nih ...?” Reinald yang dari tadi berdiri dibelakang Andi merasa terabaikan. “Ma-maaf mas Rei. Mau karaoke atau langsung ke pub mas?” Ana tampak gugup digoda oleh Reinald. “Karo dulu, ruangan biasa ya. Sekalian cariin teman.” Goda Andi sembari mengedipkan mata kearah Ana dan mencubit hidung mancung wanita itu. “Baiklah mas, ruang 12 kosong. Nanti Bagas akan mengantar kesana,” ucap Ana dengan ramah. Reinald dan Andi bergegas menuju ruang karaoke tersebut. Mereka tidak sabar ingin menghabiskan sore hingga malam ini dengan kesenangan dunia. - - - Ditempat yang berbeda, Andhini tampak melayani suaminya dengan sangat baik. Menyiapkan makan dan membereskan pakaian kotor Soni. Sesekali Andhini tampak melirik kearah kamar Mira. Dia tidak melihat Reinald lagi semenjak Soni pulang kerumah. Andhini mengambil poselnya, mengirim pesan untuk Reinald. “[Lagi dimana mas? Apa mas sudah makan? Dari tadi aku nggak melihat mas di rumah?]” Tidak ada balasan dari seberang. Bahkan pesan w******p tersebut masih centang dua. Itu tandanya pesan Andhini belum dibaca oleh Reinald. Kemana mas Reinald? Andhini mambatin. Soni memperhatikan istrinya yang tampak gelisah. “Ada apa dhini? Mengapa kamu gelisah? Mengapa tidak ikut makan bersamaku?” tanya Soni. “Eh, Ma-maaf mas, ada yang ingin aku bicarakan.” Andhini tampak gugup. Dia tidak ingin Soni curiga tentang hubungan dan perasaanya pada Reinald. Andhini yang semula berdiri, akhirnya duduk dikursi makan tepat didepan suaminya. “Ada apa?” Soni masih menyuap makanan kedalam mulutnya. “Aku mau minta izin. Rencana aku mau kerja mas. Aku bosan di rumah, lagi pula mulai besok ada ART yang akan menemani mama dan papa di rumah. Mas Agung menyuruhku mencari ART untuk menggantikanku mengerjakan pekerjaan rumah.” Andhini tampak berharap Soni akan menyetujuinya. “Kenapa mendadak?” tanya Soni seraya menghentikan suapannya. “Sebenarnya bukan mendadak mas, aku udah lama ingin bekerja lagi. Tapi kebetulan sekarang ada kesempatan. Teman aku nawarin aku untuk mengelola butiknya.” Andhini berusaha meyakinkan Soni. “Udah bicarakan sama mama?” “Udah, dan mama katanya setuju-setuju saja.” “Kalau memang itu maumu, mas akan izinkan.” “Makasih ya mas.” Andhini begitu sumringah setelah mendapatkan izin dari suaminya untuk bekerja.  Apalagi dia akan bekerja dibutik milik Reinald. Itu artinya, Andhini akan semakin leluasa bertemu dengan kekasihnya itu. Berjuta khayalan mulai merasuki pikiran Andhini saat ini. - - - - - Reinald dan Andi begitu menikmati hari mereka. Dua orang wanita cantik dan seksi yang berprofesi sebagai pemandu lagu menemani mereka berkaraoke ria. Beberapa snack dan bir yang mereka pesan juga sudah tertata didepan meja. “Kemesraan ini ... janganlah cepat berlalu ....” mereka berempat bernyanyi dengan bahagia. Kedua wanita itu duduk di tengah dan masing-masing mendekap Reinald dan Andi. Andi sudah tidak tahan melihat keindahan tubuh dan dàda sintal yang menyembul dibalik pakaian seksi wanita yang menemaninya. Namun Andi menginginkan Ana, jadi dia akan bersabar hingga Ana datang menemuinya. Sementara Sifa, rekan Ana yang saat ini menemani Reinald, tampak berusaha menggoda pria itu. Sifa berkali-kali menciumi bibir Reinald yang sedang bernyanyi dan semakin menurunkan pakaian yang menutupi belahan dadanya agar buah dadanya semakin menyembul. Niatnya agar Reinald tergoda. Reinald sebenarnya mulai tergoda. Junìornya mulai tegak melihat kemolekan wanita yang menemaninya saat ini. Tapi Reinald tidak sama dengan Andi, yang mau berhubungan badan dengan sembarang wanita. Apalagi wanita penghibur seperti mereka. Reinald hanya ingin tidur dengan Andhini, tidak dengan yang lainnya. Kalaupun harus tidur dengan Mira, Reinald tidak merasakan nikmat apa-apa. Tak berselang lama, Ana masuk keruangan itu. “Maaf ya sayang, dari tadi aku menunggu Ana, gantian sama Ana dulu ya,” ucap Andi lembut seraya mengecup bibir wanita itu. Tak lupa Andi meyelipkan uang 50.000 kedalam belahan dàda wanita yang diketahuinya bernama Desi. Desi agak kecewa, karena ia sedang menikmati percumbuan dengan Andi, seorang pria tampan dan bersih. Namun ia tau jika Andi hanya ingin menunggu Ana. Maka Desipun meninggalkan ruangan itu, kembali dengan kewajibannya yang lain. “Sudah lama menunggu ya ....” kata Ana dengan suara manja. Ana langsung duduk dipangkuan Andi,mengambil segelas bir dan memberikan kepada pria yang ada didepannya. Selepas meminum bir yang diberikan Ana, Andi segera melumat bibir seksi Ana. Andi memang tidak pernah tahan jika berada di dekat wanita itu. Mereka tanpa malu, mulai bergulat di dekat Reinald dan Sifa. Untung sofa tempat mereka duduk berukuran cukup besar. Reinald dan Sifa menggeser tubuh mereka agak ke tepi untuk memberi ruang pada sepasang manusia yang sedang di penuhi nàfsu setàntersebut. “Aaahhh ....” Ana menggeliàt dan mendesàh sebab Andi mulai menjilàti leher jenjangnya. “Mas ....” Sifa menarik kerah Reinald. Biràhinya naik melihat rekannya begitu panas di sebelahnya. Sifa juga ingin melakukannya bersama Reinald. “Sebentar, aku mau kekamar mandi dulu,” ucap Reinald sambil meninggalkan Sifa yang tampak sangat kecewa. Pria itu berlalu ke dalam kamar mandi, menyiram wajah dan rambutnya dengan air. Dengan susah payah, ia brusaha mendinginkan otaknya yang mulai panas oleh sikap dan rayuan pemandu lagu di tempat karaoke itu. Perlahan, ia mulai mengeluarkan poselnya, menatap seorang wanita cantik dari balik layar ponsel itu. Wanita yang mampu membuat ia cemburu terlalu dalam. Andhini Saraswati, sejenak mampu membuat Reinald di dalam kamar mandi. Tenang, karena ia bisa mendesàh sendiri di ruangan yang dingin dan pengap itu. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD