"Lihatlah Gerald, ini brendi Prancis langka, sangat susah sekali mendapatkannya." Richard memamerkan brendinya sebelum ia menuangkan ke gelas Gerald dan Anthony.
Anthony mengamatinya dengan seksama lalu mulai mencicipi minuman itu, ia tersenyum dengan sudut bibir yang terangkat setengah. "Cukup."
Richard mengriyit. "Cukup? ini luar biasa sialan," protes Richard masih dengan suasana riang.
Pelan-pelan ia menuang brendi ke gelasnya lalu menikmati minuman itu dengan begitu pelan seolah sedang meninjau ulang setiap tekstur cairan di brendi Prancis yang baru ia beli, lalu tersenyum dengan bangga. "Ini luar biasa." Ia menatap Gerald dan bertanya,"bagaimana? benarkan omonganku?"
Gerald tidak menjawab, kepala Gerald masih dipenuhi oleh taktik agar Marina dapat bertekuk lutut dihadapannya. Sialnya, Gerald benar-benar tidak tau tentang Marina sama sekali kecuali gangguan cemas sialannya yang mungkin menjadi penyebab Marina menghentikan ciuman mereka. Sepertinya dia harus mengeluarkan uang untuk mengetahui sisi busuk calon istrinya itu.
"Gerald," bentak Richard dengan nada manja khas adik lelaki yang diabaikan oleh kakaknya.
Gerald mengerjap beberapa kali lalu menatap Richard dengan pandangan terkejut."Apa?"
"Bagaimana brendiku." Richard berkata dengan semua penekanan pada kata-katanya.
"Enak," katanya. Gerald menunjukkan brendi yang Richard tuang di gelasnya yang masih terlihat utuh.
Richard menyipit. "Itu masih utuh sialan."
Gerald tersenyum kaku lalu berkata,"Aku akan mencobanya sekarang." Ia meminum brendi Richard lalu melanjutkan perkataannya. "Sangat enak luar biasa." Tidak melupakan senyum kaku Gerald.
"Gerald, bukankah kita sudah sepakat untuk tidak memikirkan soal wasiat ibu saat berkumpul," kata Heaven yang tampak mengetahui kekalutan kakaknya lewat wajah Gerald yang sedari tadi Heaven pikir benar-benar sedang terlipat karena selalu cemberut.
Keluarga Bernneth memiliki kebiasaan berkumpul di hari Jumat terutama para lelaki, untuk sesekali bercerita atau bersenang-senang dengan sedikit minuman alkohol mahal yang mereka miliki. Dan Rabu kemarin mereka sepakat, tepat ditempat mereka berkumpul sekarang bahwa persyaratan warisan yang menurut mereka sialan dan b*****t itu tidak akan mempengaruhi mood mereka di hari Jumat saat mereka bersama.
Tapi sepertinya itu tetap tidak mudah. Terutama untuk Gerald yang memang mendapatkan waktu sangat singkat untuk melakukan persyaratan itu. Dan jika ia tidak bisa melakukannya, seluruh harta ini jatuh ke lembaga sosial tanpa sepersenpun berada di tangan mereka. Bahkan ibunya sudah menjamin bahwa tidak akan ada koneksi yang akan membuat mereka bertujuh mendapatkan pekerjaan dengan baik. Ini jelas terlalu kejam untuk mereka.
Gerald menghembuskan nafas frustasi. Menatap keempat adik lelakinya."Maaf hanya saja, paling tidak kita harus mendapatkan 10 persen dari harta ibu untuk Bella."
"Lima puluh persen," ujar Heaven memandang minuman brendi yang sedang dituangkan oleh kepala pelayan, Brialy. Ia sekilas memandang Brairly sebentar, dan baru ingat melihat lelaki separuh baya itu hari ini setelah kematian ibunya. "Ngomong-ngomong, apa kau kemarin cuti Brialy? aku baru melihatmu sekarang."
"Tidak, Tuan. Saya seminggu ini sedang mengurus dokumen penyelidikan kasus kematian ibu anda."
Mulut Heaven membentuk huruf O tanpa menimbulkan suara setelahnya, ia menyesap brendi Prancis dan mulai menimbang-nimbang rasanya kemudian "Terlalu, untukku sepertinya."
William tidak percaya dengan apa yang didengarnya, menatap Heaven mengabaikan pendapat Heaven soal minuman. "Kenapa harus lima puluh persen."
"Karena aku yakin sangat sulit mengubah perilaku licik dan jahat kakakku yang satu ini." Heaven menunjuk Richard dengan kepalanya.
Richard tersenyum. "Aku memang berencana untuk tidak mengubah sifatku. Itu diperlukan ketika kita benar-benar kehilangan koneksi dari Mommy."
"Kita tidak mungkin selamanya jadi pemeras, sialan. Aku juga bukan orang sepertimu," gerutu Anthony.
"Hanya sekali-kali Anthony. Tidak setiap hari," bela Richard.
"Aku tidak butuh kepicikanmu. Kami mengecualikanmu karena kami yakin kamu tidak bisa berubah," jelas Gerald. Membuat senyum Anthony dan William mengembang lebar. Sementara Richard menatap kakaknya dengan raut masam. "Kita menggunakan lima puluh persen, karena itu mungkin kepastian yang bakal kita dapatkan," tambah Gerald.
"Mengembangkan perusahaan F&B kita bukan hal yang sulit kurasa." Heaven mengucapkan pendapat dengan nada penuh dengan keyakinan. Bagaimana tidak, Heaven sudah melakukan riset terhadap F&B yang dipegang oleh Richard. Richard yang memiliki banyak koneksi karena pemerasan yang dilakukan ternyata membuat efektivitas yang cukup bagus bagi perusahaan. Dimana banyak orang yang akan bersedia memberikan promosi dan akses besar pemasaran mereka. Terkadang memiliki adik yang jahat juga ada gunanya, pikir Heaven.
"Mengurusi peternakan agar bisa beroperasi kembali juga bukan perkara yang sulit," seru Anthony. Tapi kemudian menatap William."Yang sulit adalah bagaimana William bisa menekan emosinya sebagai pekerja biasa di perternakan. Tidak marah-marah dan bersikap sombong," ledek Anthony.
"Yang sulit lagi adalah bagaimana membuat Anthony hilang dari lembar majalah gosip dunia yang selalu membahas affair-nya dengan Catherine yang ternyata itu adalah sebuah fakta bukan gosip!" balas William.
Kedua kakak beradik itupun saling pandang dengan tatapan sinis, seolah akan saling membunuh beberapa menit lagi.
"Yang sulit adalah mengurusi perangai kita yang penuh dengan skandal dan sudah terkenal busuk." Gerald mencoba menengahi dengan pernyataan netralnya.
"Dan menemukan pembunuh Mommy," tambah Heaven.
"Kalo soal itu, bukankah kita tidak akan menyerah sampai akhir untuk menemukannya," seru William sangat bersemangat.
"Jelas. Aku harus membalas dendam dengan layak." Richard membalas pernyataan William.
"Sebelum itu, hal pertama yang harus kita lakukan untuk mengamankan uang kita adalah membuat Gerald menikah. Kita tidak akan bisa membalas dendam tanpa uang. Dan ingat juga soal Bella." Heaven mencoba mengingatkan. Gerald kini menatap sinis Heaven, satu-satunya adiknya yang sudah tidak bermasalah. Tapi tetap menjengkelkan dengan muka yang tidak bisa berubah dari tempatnya.
Anthony menatap Gerald, menepuk pundak kakaknya untuk memberi semangat. "Aku yakin kau pasti bisa menikah bulan ini."
"Dia playboy Anthony. Semua wanita bertekuk lutut padanya. Bukankah dia baru berkencan kemarin, dimana? Playland," canda William
"Hahaha." Gerald hanya tertawa getir menanggapi omongan William. Membuat adiknya saling pandang.
"Jangan-jangan ini yang membuatmu aneh hari ini?" tanya Richard.
Anthony kali ini mengerutkan matanya hingga alisnya juga ikut berkerut. "Jangan bilang kau ditolak."
Gerald menatap Anthony malas."Sayangnya iya."
"Kau bisa cari yang lain Gerald," saran Heaven yang menyesap minumannya sekali lagi.
"Tidak. Aku mau perempuan ini Heaven." Gerald kini menatap tajam Heaven.
Richard mendekat pada kakaknya. "Jangan bilang kau jatuh cinta."
Gerald memutar bola matanya merasa terhina dengan pernyataan Richard."Tentu saja tidak."
"Jadi? apa dia Miss Universe hingga kamu harus punya effort lebih untuk melamarnya?" tanya Heaven, ia terlihat tertarik sekarang. Gerald terdiam cukup lama, sebenarnya dia hanya ingin mengabaikan pertanyaan Heaven. Jelas Marina tidak bisa dibandingkan dengan Miss Universe, karena dia mencari yang paling tidak menarik dan bukan sebaliknya. Tapi sikap diam Gerald justru membuat kesalahpahaman pada adik-adiknya. Mereka mulai menatap Gerald dengan tatapan curiga.
"Bukankah Miss Universe sekarang sudah bertunangan?" tanya Richard tidak kalah antusias.
"Jangan bilang kau sepertiku?" tanya Anthony yang juga mulai mencodongkan tubuhnya pada Gerald. Semua kini mulai serius menatap anak paling tua Kyle Berrneth.
Gerald tertawa sinis. "Tentu saja tidak, maaf aku tidak seputus asa Anthony." Keempat adiknya dengan kompak bernafas lega. "Dan dia bukan perempuan semenarik itu."
"Jadi? siapa dia?" tanya Anthony, rasa penasarannya belum berubah tapi beralih ke topik yang terikat dengannya.
Gerald memandang Anthony. Dengan nada sangat cepat seperti hembusan nafas ia berkata,"dia karyawanmu."
Anthony dapat mendengarnya dengan pasti, tapi nada cepat dari Gerald yang membuatnya terkejut, seolah Gerald cukup malu untuk mengutarakannya padahal ia tau, Gerald sangat bangga mengencani model-model dan Brand Ambassador perusahaan mereka, Zira. Yang juga masuk ke dalam kategori karyawan Anthony (Karena Anthony adalah CEO perusahaan itu).
"Apa?" tanya Anthony lagi, mencoba menelisik mimik muka kakaknya.
"Dia karyawanmu." Gerald menaikkan nada suaranya dan menekannya dengan kuat.
"Bukan, maksudnya yang mana? kau mengencani banyak karyawan kita," koreksi Anthony. Ia kembali mengambil inisiatif untuk lebih dekat ke Gerald. "Aku juga harus tau siapa kakak ipar ku nanti."
Gerald mengeram, ia menyisir rambutnya dengan tangan. "Tidak penting yang mana! yang jelas dia belum menerima lamaranku! sekarang gunakanlah otak kalian agar lamaranku bisa diterima."
"Gampang, peras saja dia," usul Richard dengan nada riang.