Bab 11. Kecewa

1076 Words
"Mas Bima kenapa?" tanya Kaila menatap wajah suaminya dengan kening yang dikerutkan merasa heran. "Stop! Diam di situ, Kaila," pinta Bima seraya berjalan mundur juga memasukan ponsel yang semula dia genggam ke dalam saku celana yang ia kenakan. "Mas," lirih Kaila semakin merasa heran. Bukannya menjawab pertanyaan istrinya, yang dilakukan oleh Bima adalah berbalik lalu keluar dari dalam kamar tanpa penjelasan. Pria itu benar-benar syok dengan pesan gambar yang baru saja dikirimkan oleh nomor yang tidak ia kenal. Dalam gambar tersebut, nampak Kaila tengah berada di atas ranjang dengan menutup sebagian tubuhnya menggunakan selimut tebal bersama seorang pria. Mereka tengah saling berpelukan mesra, pria tersebut bertelanjang d**a dan sepertinya Kaila pun dalam keadaan yang sama. Keduanya berpose mesra seperti baru saja selesai bercinta. Ya, pria di dalam foto tersebut adalah Johan, mantan kekasih Kaila. Sebagai seorang suami, Bima tentu saja merasa terkejut, cemburu, dan murka tatkala melihat foto istrinya dalam posisi seperti itu. Ya, meskipun foto tersebut di ambil ketika mereka belum menikah, tapi tetap saja, hati seorang Bima benar-benar merasa sakit dan terluka. Rasa panas pun seakan membakar relung hatinya bahkan terasa membumi hanguskan seluruh organ di dalam tubuh Abimanyu Wibowo. Tubuh pria itu bahkan terasa melemas. Bima berjalan ke arah belakang rumah besarnya. Dia berdiri tepat di tepi kolam renang lalu kembali merogoh saku celana lalu mengeluarkan ponsel dari dalam sana. Bima segera menghapus pesan gambar tersebut lalu menghubungi nomor yang tidak di kenal itu "Halo," sapa Bima saat Johan mengangkat sambungan telpon darinya. "Halo, Om Tua. Gimana, Om udah dapat kiriman foto dari saya?" tanya Johan, kekehan kecil pun terdengar samar-samar di dalam sambungan telpon. "Dasar b******k! Apa maksud kau mengirimkan gambar m***m kayak gitu, hah? Kau pikir, dengan kau melakukan hal itu akan membuat saya marah, saya akan meninggalkan Kaila, begitu?" tegas Bima juga menahan rasa geram. "Hahahaha! Anda benar-benar luar biasa, Om. Anda benar-benar buta, cinta Anda sama Kaila udah menutup mata hati Anda. CK! CK! CK!" decak Johan, lagi-lagi suara kekehan mengejek terdengar begitu memuakan. "Katakan apa yang kau mau dari saya? Atau, kau mau saya laporkan kelakuan tidak bermoral ini sama pihak kepolisian, hah?" Bima menaikan nada suaranya. "Santai, Om. Santai ... cukup beri saya uang tutup mulut, maka saya nggak akan menyebarkan foto-foto ini sama orang lain. Anda tau sendiri 'kan gimana yang namanya media sosial? Saya cukup kirim foto itu maka bakalan langsung tersebar dalam waktu beberapa detik aja," ucap Johan mengancam. "Lagi pula, saya masih punya beberapa foto yang hot dari itu, saya bahkan ada videonya juga lho." "b******k! Di mana kau sekarang, temui saya sekarang juga," umpat Bima satu tangannya seketika mengenal dengan rahang mengeras kesal. "Temui saya di cafetaria sekarang juga, jangan lupa bawa uang 20 juta sebagai uang tutup mulut, kalau tidak maka saya akan menyebarkan foto-foto istri Anda ke internet, paham?" tegas Johan segera menutup sambungan telpon. Bima memejamkan kedua matanya sejenak mencoba untuk menetralisir berbagai rasa yang terasa menyiksa jiwanya. Kedua tangannya pun nampak mengepal sempurna. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa Johan akan bertindak sejauh ini. "Sial, sial, sial! b******k gilaa!" umpat Bima seraya melayangkan tinjunya ke udara sebagai pelampiasan atas rasa kecewanya. Pria itu pun mengusap wajahnya secara berkali-kali. Rasanya sakit, sangat sakit. Membayangkan istrinya b******u dengan pria lain membuat hatinya benar-benar terasa hancur, apalagi harus melihat bukti nyata yang baru saja dia dikirimkan oleh Johan. Hati seorang Bima seperti di sayat oleh beribu-ribu pisau tajam. "Kamu kenapa, Mas? Apa ada masalah?" tiba-tiba terdengar suara Kaila mengejutkan Bima. Wanita itu berjalan menghampiri sudah berpakaian rapi dan siap untuk berangkat ke Rumah Sakit. Bima sontak memasukan ponsel miliknya ke dalam saku celana juga memaksakan diri untuk tersenyum. Ya, meskipun senyuman yang terukir di kedua sisi bibir Bima hanya senyuman palsu hanya untuk menutup rasa kecewanya. "Kai, kayaknya ke Rumah Sakitnya lain kali aja ya, Mas mendadak ada urusan penting," ucap Bima berjalan menghampiri. "Lho, ko gitu sih? Padahal aku udah siap lho, ini tinggal pergi aja," ucap Kaila meras kecewa. "Mas minta maaf, maaf banget! Mas janji bakalan anterin kamu ke Rumah Sakit besok, oke?" seru Bima tersenyum kecil. "Mas buru-buru, Mas pergi dulu ya," ucapan terkahir Bima sebelum dia berjalan melintasi Kaila begitu saja. Kaila hanya bisa menatap kepergian Bima dengan perasaan heran. Apa yang sebenarnya terjadi dengan suaminya ini? Sikapnya terlihat dingin, bola mata Bima pun nampak memerah, tatapannya terasa berbeda dari sebelumnya. "Mas Bima kenapa sebenarnya?" gumam Kaila seraya menghela napas panjang. *** Malam hari pukul 20.00, Kaila berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Sejak kepergian Bima pagi ini, suaminya itu masih belum kembali sampai saat ini. Kaila mengusap perutnya sendiri seraya mengigit bibir bawahnya keras. Perasaanya benar-benar dilanda rasa khawatir karena Bima sama sekali tidak memberi kabar bahkan mengabaikan telpon darinya. "Ya Tuhan, Mas Bima ke mana sih? Udah malam kayak gini ko masih belum pulang juga," gumam Kaila merasa cemas. Dia pun meraih ponsel yang dia letakan sembarang di atas ranjang. Wanita itu menatap layar ponsel lalu hendak menghubungi suaminya. Namun, gerakan jarinya seketika terhenti tatkala mendengar suara pintu kamar di buka dari luar. Kaila sontak menoleh ke arah pintu, di mana Bima berjalan menghampiri dengan wajah babak belur. Beberapa luka lebam terlihat jelas di wajahnya. "Astaga, Mas Bima? Mas kenapa?" tanya Kaila berjalan menghampiri seraya mengerutkan kening. Bima diam seribu bahasa. Tidak ada kata yang terucap dari bibirnya. Wajah seorang Bima pun nampak datar. Kaila berhenti tepat di depan Bima lalu mengulurkan telapak tangannya hendak menyentuh wajahnya. "Kamu kenapa, Mas? Astaga, ada apa dengan wajah kamu? Apa kamu habis berkelahi?" tanya Kaila telapak tangannya hampir mendarat di wajah Bima. Namun, pria itu tiba-tiba saja memalingkan wajahnya ke arah lain, raut wajahnya masih tetap sama, datar dan dingin. Kaila seketika menahan telapak tangannya sebelum akhirnya menurunkannya kembali dengan perasaan heran. Dia yakin betul pasti telah terjadi sesuatu dengan suaminya. Sikap Bima pun benar-benar dingin tidak seperti biasanya. "Mas capek, Mas mau mandi dulu," ucap Bima singkat seraya berjalan ke arah kamar mandi lalu hendak masuk ke dalam sana. "Kamu kenapa, Mas? Apa aku berbuat salah sama kamu? Kenapa kamu berubah kayak gini?" tanya Kaila. Bima seketika menghentikan langkah kakinya lalu berbalik dan menatap wajah Kaila dengan tatapan mata tajam. Tatapan yang tidak pernah Kaila lihat sebelumnya. Hal itu tentu saja membuat Kaila merasa heran. "Biarkan saya sendiri dulu, Kai. Jangan bertanya apapun lagi sebelum perasaan saya tenang, oke?" 'Ya Tuhan, kenapa rasanya sakit banget. Apa rumah tangga kami akan baik-baik saja setelah saya melihat foto-foto istri saya sama pria lain?' batin Bima lalu melanjutkan langkah kakinya. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD