Satu jam sebelum kedatangan Sasha ke rumah sakit, asisten Daddy Kavin bergerak cepat menghubungi penghulu, wali hakim, dan semua persyaratan yang membuat pernikahan Rayyan dan Sasha sah secara agama, untuk negara akan diurus di kemudian hari. Namun, jangan berharap ada pengantin cantik menjelang dini hari. Ya, Sasha mengenakan daster motif doraemon di acara ijab kabul, tidak ada namanya baju kebaya dan tidak ada wajah yang di make up layaknya pengantin, sedangkan Rayyan masih mengenakan baju kerjanya tapi tanpa jas. Semua serba dadakan!
Sasha agak tercenung saat kata sah menggema di ruang HCU, mau terharu, sedih, senang semuanya tidak tersirat di wajahnya, hanya tercenung dan mencoba menyadari jika pernikahan ini hanyalah mimpi sesaat, dan esok hari akan kembali normal, seperti itulah yang diharapkan oleh Sasha.
Melihat Sasha melamun, pria itu cubit pinggang wanita culun itu.
“AAWW!” pekik Sasha karena terkejut, lalu bola matanya melirik Rayyan bos plus suami jadi-jadiannya.
“Setan mana lagi yang bikin kamu bengong, cepet cium tangan, biar selesai acara kawinnya,” pinta Rayyan agak berbisik, lalu dia mengangkat dan menyodorkan tangan kanannya pada wanita yang baru dia nikahi.
Bibir ranum Sasha mencebik dan mulai mencium punggung tangan suaminya, rasanya ingin dia gigit tangan suami jadi-jadiannya ini, lanjut Rayyan cium kening Sasha dengan syahdunya. Akting mereka berdua sungguh apik sekali, lalu Sasha lanjut salim dengan Mommy Salma dan Daddy Kavin dengan tersenyum lebar.
Berhubung di ruang HCU hanya dikasih izin sebentar, mereka semua keluar dari ruang HCU, selanjutnya beberapa jam lagi Daddy Kavin akan di operasi sesuai janjinya pada Rayyan.
Sasha sebenarnya ingin pulang karena matanya sudah berat, dia sudah tak sanggup untuk melebarkan kedua matanya, tapi dirinya masih punya etika yang baik pada orang tua. Apalagi sekarang mertuanya akan dioperasi, untuk melanjutkan akting yang baik dia sebagai menantu, wanita culun itu ikut duduk bersama di ruang tunggu operasi. Dan 10 menit kemudian, Sasha sudah terlelap dalam duduknya di samping Rayyan.
“Ck ... cepet amat dia tidurnya,” gumam Rayyan sembari menyingkirkan kepala Sasha yang sempat jatuh bersandar di bahunya. Rayyan melirik wanita yang kini berstatus istrinya, gak habis pikir lagi tidur aja gak ada cantik-cantiknya, mana mulutnya mengangga. Pria tampan itu menggelengkan kepalanya kodok mana yang dia injak bisa sampai menikahi wanita yang jauh dari tipenya.
----------------
Keesokan hari ...
Suara lenguhan meluncur dari mulut Sasha dan tubuhnya menggeliat, dia merasa agak sakit tubuhnya saat ingin membuka netranya, dan baru tersadar jika dia tertidur dalam keadaan duduk. “Issh pantas saja terasa sakit badan nih,” keluh Sasha dengan suaranya yang terdengar parau.
Netranya pun melirik ke kanan dan ke kiri tidak ada Rayyan di sampingnya, seingat dia semalam masih ada duduk di sampingnya, tapi ya sudahlah mending pulang aja dan bergegas ke kantor.
Wanita itu merenggangkan kedua tangannya lalu bangkit dari duduknya sembari mengusap pinggangnya yang terasa sakit karena terlalu lama bersandar pada bangku besi.
“Mau pergi kemana kamu?” Tiba-tiba ada suara pria dari belakang menegurnya.
Sasha menoleh ke belakang bahunya, ternyata Rayyan yang menyapanya dengan memegang cup coffe, dan dari kejauhan terlihat sosok Mommy Salma sepertinya berjalan kearah mereka.
“Sasha mau pulang Pak Bos, takut telat masuk kantor, oh iya ngimana keadaan Pak Kavin operasinya?” tanya Sasha.
“Operasinya berhasil, dan sekarang masih dalam pantauan Dokter, cuma kita belum boleh menengoknya. Ya udah kalau mau pulang, masih ada ongkosnya, 'kan?”
“Masih kok, semalam'kan dapat uang mahar 10 juta juga,” jawab Sasha, sembari menepuk tas selempangnya.
“Sasha mau ke mana?” tanya Mommy Salma yang baru tiba menghampiri mereka berdua.
“Mau pulang Nyonya, mau siap-siap kerja,” jawab Sasha apa adanya.
Mommy Salma menyentuh lengan Sasha. “Kok masih panggil nyonya, panggil mommy sama kayak Rayyan, ingat kamu sudah jadi istri Rayyan,” tegur Mommy Salma begitu lembut.
Sasha terlihat kikuk ditambah bola matanya melirik Rayyan yang terlihat santai. “Eeh iya Nyonya ... eh Mommy,” ralat Sasha.
“Ya sudah Rayyan antar istri kamu pulang dulu, dan Sasha jangan lupa kamu hari ini sudah mulai tinggal di mansion, tidak tinggal di rumah kontrakkan lagi.” Mommy Rayyan berucap sembari bolak balik menatap Sasha dan Rayyan.
Sasha memperbaiki gagang kacamatanya seraya membuang rasa enggannya untuk tinggal di mansion. “Iya Mom, kalau begitu aku antar Sasha pulang dulu, nanti kembali ke sini. Mommy ada yang mau dititip dibawakan apa?” tanya Rayyan sebelum meninggalkan rumah sakit.
“Mommy, sudah titip sama Bian buat bawakan Mommy baju salin.”
“Sasha, pamit pulang ya Mom,” ucap Sasha sambil salim penuh takzim pada Mommy Salma.
“Hati-hati di jalan, Nak.”
Tanpa cuci muka, iler masih nempel di ujung sudut bibir, Sasha melangkahkan kakinya lebih cepat ketimbang Rayyan yang memang jarang mau menyejajarkan langkah kakinya dengan sekretaris culunnya.
“Pak Bos, jangan lupa janjinya hari ini mau kasih uangnya buat Sasha. Terus nanti Sasha akan berikan surat kontrak pernikahan kita, biar jelas. Dan satu lagi sepertinya Sasha gak mau tinggal di mansion deh, Pak Bos. Kita'kan janjinya hidup seperti biasanya, betul gak!” cerocos Sasha di dalam mobil.
“Iya, hari ini agak siang kita ke bank, terus masalah tempat tinggal kita akan pikirkan, tapi untuk sementara kamu ya harus pindah tinggal di mansion, biar daddy dan mommy yakin sama pernikahan kita. Ya, masa suami istri tinggalnya beda rumah,” celetuk Rayyan, tanpa menatap Sasha, lebih fokus dengan ponselnya.
Sasha mendesah, dan otaknya langsung bekerja keras, karena dia harus berbagi waktu untuk menjenguk anaknya. “Sepertinya harus dimasukkan ke poin surat perjanjian,” batin Sasha.
“Ingat jangan sampai ada yang tahu tentang pernikahan kita semalam, kecuali Rafiq nanti akan saya kasih tahu biar tidak ada salah paham,” lanjut kata Rayyan.
“Siapa juga yang mau kasih tahu ke orang kalau Sasha udah nikah sama Pak Bos, ogah banget!” gerutu Sasha, dia melempar pandangannya ke arah jalanan, malas jugalah pandang bos yang sibuk balas pesan dari beberapa pacarnya.
“Pak Narji Cagur, stop di depan ya!” pinta Sasha langsung menepuk bahu sopir Rayyan yang memang mirip sama artis Narji Cagur.
Rayyan baru mengangkat wajahnya dan melihat jika mereka masih berada di jalan raya besar. “Memangnya rumah kamu udah sampai?” tanya Rayyan.
“Pak Bos gak perlu tahu rumah saya, lagian buat apa juga tahu. Saya naik ojek aja biar lebih cepat sampai rumah,” jawab Sasha, tangannya membuka handle pintu mobil saat mobil tersebut sudah menepi.
“Hemm ....”
“Jangan lupa bawa baju salin, biar gak ngerepotin saya untuk antar kamu lagi buat ambil baju salin. Dan satu lagi semua jadwal saya tolong dibatalkan semuanya untuk hari ini.”
“Cih ... siapa juga yang minta anterin Pak Bos, masih banyak cowok yang mau anterin Sasha yang cantik ini, jadi Pak Bos jangan khawatir. Masalah jadwal ok!” jawab Sasha
Rayyan memicingkan netranya saat Sasha berkata banyak cowok yang mau anterin dia.
“Jangan kelamaan menghalunya Sasha, cowok mana yang mau antar kamu!” sahut Rayyan ketika Sasha mau keluar dari mobil.
Kedua kaki Sasha baru menginjak bumi, netranya ikutan memicing. “Pak Bos, cowok apa cewek?”
“Cowok!”
“Terus Pak Bos sekarang lagi ngapain?”
“Lagi nganterin —“
Sasha langsung nyengir kuda, sembari menjulurkan lidahnya sesaat pada suaminya. Ke makan sendiri omongan Rayyan, dia sendiri lagi nganterin Sasha!
“Alamak!” tepuk jidat Rayyan.