Bab 8. Ambil uang di Bank

1196 Words
Bank B Sebagai nasabah yang bermilyaran rupiah angkanya mengendap di bank, Rayyan disambut hangat dan diantarkan ke ruangan nasabah prioritas, tidak perlu mengantre seperti pelayanan pada umumnya. Pria tampan itu bergegas mengeluarkan cek pribadinya senilai 500 juta pada petugas bank, dan biar petugas tersebut yang membantu mengurusnya. Sasha terlihat tenang dalam duduknya, tapi mulutnya sibuk sama jajanan yang dia beli saat mau menuju bank. Wanita berkacamata itu beneran minta uang jajan 500 ribu sama suaminya, dan langsung dia jajankan cilok sama cilor, dan lihatlah wanita berkepang dua itu sangat anteng tidak mengganggu Rayyan sedikit pun. Pria itu hanya bisa mendesah panjang melihat atitude istrinya, jika wanita lain pasti akan menjaga sikapnya, lalu terlihat anggun serta elegan jika berada di sisi Rayyan, maklumlah namanya juga cari perhatian sama pria tampan. Lantas jangan berharap Sasha akan cari perhatian bosnya, sejak dulu memang dia menunjukkan sisi dia sebenarnya tapi tetap kompeten pada pekerjaannya, dan menurut dia jika harus bersikap jaim terhadap bosnya rasanya pasti akan lelah hidup dalam kepura-puraannya. “Sasha jangan dipandang terus, nanti jatuh cinta loh lama-lama,” celetuk Sasha yang sejak tadi lihat Rayyan menatapnya. Rayyan langsung tergidik mendengarnya, dan mendesis bagaikan ular piton. “Ge-er amat, siapa juga yang lihat kamu!” sanggah Rayyan lalu dia membuang mukanya. “Tapi gak pa-pa juga sih kalau Pak Bos lihatin wajah Sasha terus, takutnya nanti kalau Sasha pergi lama-lama, Pak Bos jadi kangen sama Sasha, kan nanti jadi repot kalau Pak Bos kangen sama Sasha, tapi Sashanya gak ada,” balas Sasha sembari menunjukkan wajah sok imutnya. “Huek!” Rayyan berlagak mual di hadapan Sasha setelah kalimat imut barusan itu. Wanita itu hanya tersenyum lebar melihat jawaban Rayyan. Tak lama petugas bank datang kembali membawakan paper bag serta mesin hitung yang. Di hadapan mereka semua, uang berwarna merah itu dihitung menggunakan mesin penghitung uang. Dibalik keseriusan mereka melihat uang tersebut, Sasha menundukkan kepalanya sejenak lalu mengusap ujung ekor netranya yang hampir saja meneteskan air mata. “Uangnya sudah ada Nak, insyaAllah anak ganteng Mama akan sembuh,” batin Sasha tak karuan rasanya, namun yang jelas dia terharu dan memiliki harapan baru jika anak gantengnya akan segera bisa ditangani. Rafiq yang ada di antara mereka berdua sekilas melihat raut wajah Sasha yang selama ini belum pernah dia lihat, seolah ada sosok Sasha yang jauh berbeda, tapi saat itu juga Rafiq menampik perasaan itu. “Uangnya pas ya Pak Rayyan, ada 500 juta, dan kita sudah sama-sama menghitungnya,” ucap petugas bank tersebut. “Iya Pak, terima kasih,” jawab Rayyan sembari menerima uang tersebut, dan memasukkannya ke dalam paper bag berwarna coklat itu. “Sasha ini uangnya, saya tidak punya hutang lagi sama kamu, dan jalankan tugasmu,” ucap Rayyan dengan tegasnya. “Siap Pak Bos, akan Sasha laksanakan pekerjaan Sasha, terima kasih banyak,” jawab Sasha langsung menerima uang tersebut dengan tangannya yang gemetaran, mohon dimaklumi seumur hidup baru kali ini dia dapat uang dalam nominal ratusan juta. “Mmm, Pak Bos ... Sasha minta izin sebentar ya mau setor uang ini dulu ya ke rekening Sasha, kan gak mungkin uang sebanyak ini dimasukkan ke dompet Sasha semuanya, soalnya dompet Sasha kecil gak bakal muat. Oh iya ... Sasha gak perlu ditungguin, Pak Bos sama Pak Rafiq bisa balik ke kantor aja, nanti Sasha pulang sendiri.” Mulai deh kalimat Sasha panjang kali lebar. TIK! “AAWW!” ringis Sasha sembari mengusap keningnya yang disentil lagi. “Mulai lagi kasih perintah, sudah cepetan tabungin uangnya ... Saya sama Rafiq tunggu di sini,” jawab Rayyan kembali duduk di tempat semula. Sasha tampak heran, tapi ya sudahlah. “Ih tumben banget mau tungguin Sasha, Sasha jadi gemes deh sama Pak Bos,” jawab Sasha sembari mencubit pipi Rayyan. “SAHSA!” “Kabur aahh ....” Sasha melangkah cepat keluar dari ruangan dan bergegas ke bagian teler. Rafiq hanya menggelengkan kepalanya lalu menarik dirinya dari sandaran kursinya agar lebih dekat dengan posisi Rayyan. “Untung Sasha gak cantik ya, coba kalau cantik pasti kamu udah jatuh cinta sama Sasha,” celetuk Rafiq sedikit menggoda sahabatnya. Rayyan menolehkan wajahnya dan berdecak kesal pada Rafiq. “Gak usah macam-macam ngomongnya Rafiq, udah jelas dia jauh dari tipe gue.” Rafiq hanya bisa menautkan kedua alisnya lalu kembali menatap wajah sahabatnya. “Lo masih cari keberadaan Iris?” “Masih, tapi sampai sekarang dia belum ketemu juga,” jawab Rayyan agak tak semangat. “Lalu cewek yang pernah tidur sama lo waktu di Surabaya, gak akan dicari lagi keberadaannya. Padahal seharusnya lo cari cewek itu dan minta maaf kalau lo juga dijebak saat malam itu juga?” tanya Rafiq mengingat masa 4 tahun yang lalu. Rayyan menatap Rafiq sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke arah yang lain. Pikirannya pun mulai menerawang ke masa silam, 4 tahun yang lalu. Setelah pertemuannya dengan relasinya di Surabaya, ternyata minumannya dimasukkan obat laknat, dan kebetulan Rafiq tidak bersamanya. Rayyan yang sudah terlihat mabuk diantar oleh anak buah relasinya ke sebuah kamar tanpa penerangan, sesampainya di kamar tubuhnya mulai terasa panas, dan beberapa menit kemudian masuklah seorang wanita. Wanita itu pun terjatuh di atas ranjang dan langsung menindih tubuh Rayyan yang sedang bergelora. Tanpa banyak berpikir lagi, terjadilah malam yang sangat indah buat Rayyan, untuk pertama kalinya dia melepas keperjakaannya, dan tak disangka wanita yang menemaninya juga masih perawan, sungguh tubuh wanita itu sangat memabukkan buat Rayyan, hingga mereka berdua melakukan penyatuan berulang kali dalam pengaruh obat laknat. Keesokan harinya Rayyan baru tersadar dari mabuknya, netranya pun melihat sisi ranjangnya yang sudah dipenuhi oleh bercak darah, dirinya baru sadar jika telah berhubungan intim dengan seorang wanita dan sayangnya wanita itu sudah tak ada di kamarnya. Merasa ingin tahu siapa wanita bersamanya semalam, dia dan Rafiq berusaha mencari rekaman cctv yang ada di sekitar kamar tersebut, dan tidak ada satupun rekaman atau sosok wanita yang masuk ke kamar tersebut. Tanpa Rayyan sadari kejadian tersebut juga ada campur tangan teman-teman wanita yang jatuh dipelukkannya, karena menjelang pagi wanita yang dia ambil madunya langsung dipindahkan agar wanita itu tidak tahu siapa pria yang menidurinya. “Kadang gue berharap, di luar sana lo gak punya anak dari kejadian malam itu. Walau bagaimana pun lo baru pertama kali melakukannya, dan tidak memakai pengaman, benih lo pasti tumpah di rahimnya,” ucap Rafiq, dan hal itu mampu membuyarkan lamunan Rayyan. “Ya itu pertama kalinya buat gue merasakannya, wanita yang beruntung, karena baru dia yang merasakan keperkasaan gue,” jawab Rayyan jujur, lalu dia menundukkan wajahnya menatap si jon yang tersembunyi dibalik celana panjangnya. Selama dia main wanita, si jon tidak pernah masuk ke lembah mana pun, masih banyak cara mencari kepuasan si jon tanpa harus celap celup ke lembah, dan buat dia cukup seperti itu. Dan hanya wanita itulah yang telah merasakan si jon hingga berkali-kali dalam malam itu. “Dan Rayyan, gue harap semoga saja dia wanita bayaran seperti dugaan kita, bukan wanita yang terjebak seperti lo, kalau dia wanita yang turut terjebak, sudah bisa dipasti dia sangat terpuruk karena keperawanan diambil oleh pria yang tidak dikenalnya,” lanjut kata Rafiq. Rayyan terhenyak mendengarnya, dan tak sengaja juga netranya melihat ke arah keluar kaca. Sasha tampak dicium kedua pipinya oleh pria yang berparas sangat tampan, rahang Rayyan tiba-tiba saja mengeras.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD