Bab 2. Serangan jantung

1244 Words
Jam pulang kerja karyawan sudah satu jam berlalu, pekerjaan Sasha sudah kelar semuanya, baik dokumen, laporan yang harus diberikan pada Rayyan, serta susunan jadwal kerja Rayyan untuk esok hari. Jam 18.00 wib barulah dia beranjak meninggalkan meja kerjanya, begitu pula Rayyan yang sudah bersiap-siap pulang. “Bye-bye Pak Bos yang ganteng jelita, jangan lupa besok jangan sampai telat datang ke kantor, karena ada meeting dengan Mr. Jack jam 9 pagi. Kalau begitu Sasha yang cantik jelita dan menggemaskan ini mau pulang dulu. Dan please Pak Bos sama Pak Rafiq jangan kangen sama Sasha,” ucap Sasha dengan mengedipkan berulang kali kelopak matanya dari balik kacamata tebalnya itu. Rayyan dibikin maju bibirnya, lalu disentillah kening lebar milik Sasha. “Menggemaskan dari Hongkong, ngaca dulu sana!” celetuk Rayyan sebal, kemudian berlalu melewati Sasha. Tangan mungil nan lentik itu mengusap keningnya dengan wajah cemberutnya. “Issh senang kali jidat Sasha disentil terus, emangnya biji kelereng apa, besok Sasha beliin biji kelereng yang banyak deh!” gerutu Sasha, lalu dia menyusul Rayyan dan Rafiq yang sudah mendahului dirinya. “Bye-bye semuanya jangan kangen sama Sasha ya, sampai ketemu besok,” teriak Sasha riang, yang sudah mendahului kedua pria itu, dia pun melambaikan tangannya sembari tersenyum lebar lalu berlari kecil menuju lift. Rafiq hanya bisa tersenyum geli lihat tingkat Sasha yang memang mengemaskan, apalagi kalau si Bos bikin ulah, wah bisa panjang kali lebar mulut Sasha kalau sudah merepet, udah kayak sepanjang perjalanan dari Sabang sampai Merauke. Rayyan hanya bisa menggelengkan kepalanya, walau hatinya ilfeel dan berharap jangan sampai punya kekasih modelan si Sasha, cukup sebagai sekretarisnya saja ---------------- Jam 20.15 wib Mansion Adiputra Rayyan menyugar rambut coklat kelamnya, dan menatap dalam wajah kedua orang tuanya yang kini duduk berhadapan dengannya. Daddy Kavin begitu intens menatap wajah putra pertamanya itu. “Mau sampai kapan kamu seperti ini, Rayyan. Tiap hari Daddy dapat laporan dari sekretaris kamu, kalau hampir setiap hari bawa perempuan ke kantor! Mau jadi pria breng-sek dan playboy ceritanya!” sentak Daddy Kavin yang sudah menahan rasa jengkel serta emosinya. Mommy Salma yang duduk di samping suaminya mengusap lembut punggung suaminya. Ya, Daddy Kavin sudah tak muda lagi, sekarang usianya sudah memasuki 70 tahun, emosinya suka naik turun dalam setahun ini menghadapi putra pertamanya ketimbang si kembar adiknya Rayyan, Bella dan Bian. “Sudahlah Daddy, gak usah ikut campur urusan aku, mending Daddy urus kesehatannya saja biar bisa tetap sehat dan umur panjang,” jawab Rayyan dengan santainya. “Rayyan, yang Daddy katakan itu benar, harusnya kamu jangan seperti ini dong, Nak,” sambung kata Mommy Salma begitu lembut tanpa ada tuntutan. “Pokoknya Daddy tidak mau tahu, kamu harus segera nikah biar kamu tidak jadi pria breng-sek dan berzina terus! Memangnya kamu gak merasa berdosa berzina terus! Dan lupakan Iris mantanmu itu, besok Daddy akan melamar anak rekan bisnis Daddy itu, anaknya Pak Widodo, biar minggu-minggu ini kamu segera nikah!” ujar Daddy Kavin dengan tegasnya. Wajah Rayyan tampak suram bagaikan lampu terang tiba-tiba diredupkan sinar cahayanya, dia sangat mengenal anaknya Pak Widodo karena sering bertemu di club malam, secara fisik wanita itu sangat cantik body yahud, tapi sayangnya dia sering melahap perabotan pria di club malam, lah bukannya 11-12 juga kalau selama setahun ini perabotannya juga sering dilahap sama para pacar-pacarnya. Iissh! “Gak bisa begitu Dad, jangan mengatur-ngatur aku harus nikah dengan siapa, aku ini sudah dewasa bukan anak kecil lagi. Aku tidak setuju menikah dengan anaknya Pak Widodo, aku sudah enjoy dengan kehidupanku sekarang,” jawab Rayyan agak memberontak. Dia pun beranjak dari duduk, karena sudah enggan untuk berdebat dengan Daddy Kavin. “Kalau Daddy menginginkan aaku tetap menikah dengan rekan bisnis Daddy, lebih baik aku hengkang dari perusahaan Daddy, biar si kembar saja yang urus perusahaan Daddy itu!” ancam Rayyan meninggikan suaranya. Sontak saja netra Daddy Kavin membeliak, dan bangkit dari duduknya. “Dasar anak tak tahu di untung, tak tahu diri! Malah kamu mengancam Dad—,” suara tingginya tiba-tiba menghilang, wajah Daddy Kavin tiba-tiba memucat, d**a kirinya terasa nyeri dan agak terasa sesak untuk bernapas. Mommy Salma langsung memegang lengan suaminya yang sudah membeku dalam berdirinya dengan wajahnya cemas. “Daddy ... Daddy ... Hubby,” panggil Mommy Salma untuk menyadarkan suaminya, Daddy Kavin hanya bisa melirik lemah tapi tak sanggup menjawab. Rayyan juga mulai menunjukkan wajah khawatirnya melihat Daddy-nya seperti tidak bisa bernapas. Rayyan langsung memegang badan Daddy Kavin, dan benar saja pria tua itu tak sadarkan diri. “Hubby ...,” jerit Mommy Salma histeris, lalu dia mengusap pipi suaminya, kemudian mengecek denyut nadinya. “Rayyan ... cepat hubungi mobil ambulans!” seru Mommy Salma mulai cemas tapi berusaha tenang, dan dia menduga suaminya kena serangan jantung. Rayyan bergegas menghubungi rumah sakit melalui ponselnya, batinnya juga merutuki dirinya yang sempat meninggikan suaranya pada Daddy-nya. Setelah menghubungi pihak rumah sakit, Rayyan kembali mengecek keadaan Daddy Kavin dan mencoba melakukan pertolongan pertama, yaitu tindakan CPR. 20 menit kemudian mobil ambulans sudah tiba, dan paramedis bergegas melakukan pertolongan pertama, setelah itu baru membawa Daddy Kavin ke dalam mobil ambulans, sementara Mommy Salma sudah terisak melihat suaminya belum sadarkan diri. “Kalau sampai daddy terjadi apa-apa, Mommy benar-benar marah sama kamu dan Mommy tidak akan menganggap mu sebagai anak Mommy, Rayyan,” ucap Mommy Salma sangat kecewa pada Rayyan sebelum dia turut masuk ke dalam mobil ambulans untuk menemani anaknya. Rayyan hanya bisa memasang wajah menyesalnya dan tidak berani melawan mommy-nya, walau bagaimanapun dia sangat menyayangi kedua orang tuanya, tapi sikapnya itu semakin berubah hanya karena ditinggal pergi calon istrinya saat acara pernikahan mereka. Pria tampan itu meraup wajahnya dengan kasar, lalu tangannya bergerak mengusak rambutnya. Dia masih tidak percaya dengan kejadian malam ini, sungguh malam yang kelam untuk keluarganya. Setelah kepergian mobil ambulans, dia pun bergegas masuk ke dalam mobil yang sudah tersedia dan melaju membuntuti mobil ambulans. “Semoga daddy masih tertolong, ah ... kenapa jadi seperti ini,” batin Rayyan merutuki dirinya sendiri. Semenjak gagal menikah dan mengalami patah hati yang hebat, Rayyan memang tidak berminat untuk menikah dengan siapa pun, hatinya sudah tertutup buat wanita mana pun, kecuali untuk kesenangan semata yang tidak menggunakan hati. Mungkin karena cintanya pada Iris tidak bisa digantikan oleh wanita mana pun. 30 menit sudah terlewati, mobil yang membawa Rayyan sudah tiba di rumah sakit terdekat, Daddy Kavin langsung dilarikan ke ruang UGD dan ditangani oleh para Dokter di ruang UGD. Mommy Salma tampak terlihat lesu, dia menyandarkan tubuhnya ke tembok sisi pintu ruang UDG, terlihat netranya begitu sedih menatap daun pintu ruang UGD, sungguh rasanya sangat menyayat jiwanya ketika melihat belahan jiwanya sedang bertaruh nyawa di dalam antar bisa sadar atau tidak sadar. Selama di perjalanan menuju rumah sakit, paramedis sudah menyatakan suaminya terkena serangan jantung, denyut jantungnya melemah, dugaannya ternyata benar. Rayyan merasa sangat menyesal, dan bisa merasakan kesedihan yang menghinggapi hari mommy-nya. Kedua orang tuanya adalah pasangan yang paling harmonis di mata Rayyan, pasangan yang saling melengkapi, jika daddy-nya tipenya keras, maka mommy-nya tipenya lembut, rumah tangga seperti kedua orang tuanyalah yang selama ini dia impikan, dan sangat berharap terwujud saat menjalin kasih dengan Iris, tapi kenyataannya justru menyakitkan. Langkah kaki Rayyan semakin mendekati Mommy Salma. “Mom, maafkan aku tidak bermaksud membuat daddy seperti ini, Mom,” ucap Rayyan pelan. Wanita paruh baya itu pun menatap sayu, Rayyan semakin pilu melihatnya lantas dia menarik tubuh mungil mommy-nya dan dipeluk eratnya. Hanya ini yang bisa dia lakukan agar mommy-nya tidak semakin rapuh, walau tahu sebenarnya wanita paruh baya itu sangat kecewa atas sikapnya yang kasar pada daddy-nya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD