Bab 16

1019 Words
Minah sedang merapikan rambut poninya yang berantakan karena tersapu angin. Ia melihat bayang wajahnya di kaca spion Raditya. Untung saja, ia mengepang rambutnya. Jadi rambutnya tidak akan terlalu kacau. Sungguh, ia tak menyangka jika Raditya akan mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. "Hei! Ayo cepat! Mau berdandan seperti apa pun kamu hanya cewek udik." "Iya tunggu sebentar. Masa aku masuk ke kelas dengan rambut seperti baru bangun tidur." "Huh, mau didandani seperti apa pun juga kamu tetap jelek. Ayo lakukan tugas pertamamu sampai ke kelasku." "Tapi kelas kita kan berlawanan arah Dit! Kita berpisah di sini saja ya?" "Enak saja. Bawakan ini!" Raditya melemparkan tas ranselnya ke arah Minah. Minah yang tidak siap gelagapan menangkap tas tersebut. Ia yakin Raditya akan marah jika ia menjatuhkannya. Raditya melangkah dengan santai menuju ke kelasnya. Namun dengan kakinya yang panjang, langkah kaki lelaki itu jadi cukup cepat. Minah menjadi ketinggalan langkah dan segera mengejar Raditya. "Tunggu Dit! Tunggu!" teriak Minah hingga beberapa murid melihat ke arah mereka. Raditya menoleh lalu memelototkan matanya ke arah Minah. Seolah ingin mengatakan 'jangan sok akrab'. Nyali Minah menciut, hanya mampu berlari mengejar Raditya dengan terengah-engah. Minah menyejajarkan langkah mereka, berjalan dengan cepat mengikuti langkah Raditya. Tapi tiba-tiba Raditya menghentikan langkahnya dan menatap Minah dengan penuh emosi. "Hei! Siapa yang menyuruhmu berjalan di sampingku? Tempatmu di belakang. Tempat yang pantas untuk pesuruh. Lain kali lakukan dengan benar. Jalan di belakang layaknya seekor anjing," ucap Raditya kasar. Minah mencoba bersabar untuk tidak menangis, walaupun hatinya sakit sekali dikatakan seperti seekor anjing. Namun amarah Raditya menghilang seolah tersiram air es ketika melihat seorang gadis cantik yang berjalan ke arahnya. "Shena!" panggil Raditya. Shena menoleh ke arah Raditya. Gadis cantik itu tersenyum dan segera menghampiri Raditya. "Eh, Radit. Kamu baru datang?" tanya Shena dengan ramah. "Iya, kamu mau ke mana?" "Eh, ini ... anu mau ke ... udik?!!" seru Shena yang melihat Minah bersembunyi di balik punggung Raditya. "Kamu kenal dia?" tanya Raditya keheranan. "Aku tahu dia, tapi kamu kok berangkat sekolah dengan anak ini? Bagaimana kamu bisa mengenalnya Dit?" "Pokoknya ada deh. Dia ... pesuruhku." "Wow, jadi aku kapan-kapan bisa pinjam dong?" "Boleh, tapi lain kali ya sayang?" "Okay. Em, sebenarnya aku ada sedikit urusan sama dia. Aku mau ke kelasnya tapi kebetulan bertemu di sini. Jadi ...." "Shen, lain kali saja ya. Aku harus ke kelas. Aku ada kepentingan dengan gadis udik ini." Minah yang tertunduk sedikit bernapas lega karena ucapan Raditya menyelamatkannya. Setidaknya tidak akan ada masalah besar lagi. "Ah, oh ... ya sudah," ucap Shena sedikit kesal. "Sayang, nanti kita makan bersama di kantin ya?" ajak Raditya. "Em, itu anu. Maaf ya Sayang. Kayaknya nggak bisa deh. Kami harus membicarakan tentang gerakan cheerleaders kami yang baru," tolak Shena. Minah hanya tertunduk sembari tanpa sengaja mendengar obrolan mereka. Dari situ ia tahu kalau Raditya adalah pacar Shena. "Hah, kenapa kamu tidak pernah mau makan bersama di kantin bersamaku?" "Bukannya begitu Dit. Soal cheer kan penting juga. Jangan marah ya? Minggu ini kita nonton sebagai tanda permintaan maafku. Sekalian temani aku ke salon. Bagaimana?" "Okay, aku akan menjemputmu. Nanti kita sambung lagi di chat ya." "Okay. Sayang. Aku pinjam si udik satu menit saja ya Dit. Sebentar saja." "Iya, bawa tapi cepat ya sayang." Shena lantas menarik Minah ke tepi dengan kasar. "Awas kalau kamu dekat-dekat sama Radit. Dan ingat! Jangan pernah kamu katakan kejadian di kantin waktu itu, dan juga jangan bicara yang aneh-aneh pada Radit," ancam gadis itu. "Iya Kak. Minah tidak akan mengatakan apa pun." "Bagus." Puk puk puk. Shena menepuk pipi Minah tiga kali, terlihat meremehkan. "Sudah nih sayang, ya sudah bawa pesuruh kamu ini." Shena mendorong tubuh Minah, hingga gadis itu hampir terjungkal. Shena tersenyum seolah merendahkan Minah. Setelah berpamitan gadis itu meninggalkan Minah dan Raditya. "Apa yang dikatakan Shena?" "Ah, bukan apa-apa kok." Minah ingat janjinya pada Shena untuk menyembunyikan semua dari Raditya. "Katakan!" bentak Raditya. "Itu anu, kata Kak Shena. Aku tidak boleh dekat-dekat dengan Kamu. Dia tak mau aku menggodamu." Senyum di bibit Radit terbit mendengar Shena cemburu. "Baguslah." "Bagus?" tanya Minah. "Ehem, jangan mimpi untuk mendekatiku. Karena aku tak akan pernah tertarik padamu yang udik dan kampungan ini." Raditya mendorong kening Minah dengan jari telunjuknya. "Siapa juga yang mau mendekati lelaki yang angkuh sepertimu?" gumam Minah seorang diri. "Apa?" "Eh, bukan apa-apa. Ayo aku antar tasmu ke kelas. Sebelum aku juga terlambat masuk kelasku sendiri." Keduanya berjalan menuju kelas Raditya. Raditya berjalan di depan sebagai bos, dan Minah seolah menjadi pembantu Raditya. Minah tak mempermasalahkannya, asal kehidupannya di sekolah itu bisa tenang. "Hai Bro!" Alex menyapa Raditya yang baru datang. Di sebelah Alex ada Andra yang sibuk memainkan ponselnya tak menyapa Raditya. "Hai!" jawab Raditya enggan. "Ndra, kamu kok diam aja?" tanya Alex karena Andra terlihat cuek pada Raditya. "Untuk apa aku beramah tamah dengan orang yang tak punya komitmen. Bolos dari jadwal latihan, hingga semua kacau gara-gara ...." Andra memalingkan wajahnya menatap Minah yang berdiri di belakang Raditya. "Minah?" panggil Andra tanpa sadar. Raditya langsung menoleh pada Minah. "Kamu kenal Minah?" Andra terdiam tak menjawab pertanyaan Raditya. Ia menatap mata Minah dengan intens. Raditya bingung karena Andra tak mau menjawab. "Kenalin ini Minah. Pesuruhku. Jadi kalian bisa pinjam dia untuk kalian suruh-suruh," ucap Raditya bangga. "Wah, mainan baru nih. Seru kayaknya," ucap Alex tertawa. "Nggak lucu Dit." Andra tiba-tiba berdiri dan menatap Raditya dengan tatapan dingin dan penuh emosi. "Kenapa kamu marah Ndra? Oh masalah latihan. Jangan salahkan aku. Salahkan si udik ini. Dia yang membuat aku bolos latihan." "Dia? Memangnya kenapa dengan Minah?" "Iya, gara-gara dia pingsan aku harus membawanya pulang." Raditya keceplosan. "Pulang? Kamu tahu rumahnya?" Minah menggigit bibir bawahnya, tak mampu menjawab pertanyaan Andra. Dirinya dalam situasi yang membingungkan. Harus jujur atau bungkam. "Eh itu ... itu dia anak pembantu di rumahku. Jadi aku menolongnya." "Benar Minah? Kamu pembantu Radit?" Rasa sesak terasa di d**a gadis itu ketika Raditya mengatakan dia pembantunya. "Eh, i-iya Kak. Minah pembantu di rumah Radit. Ya sudah Minah kembali ke kelas dulu ya Kak." Hati Minah sangat sakit mengatakan hal itu. Ia ingin buru-buru pergi dari hadapan Andra. "Eits, jangan lupa istirahat nanti aku tunggu di kantin." "Untuk apa Dit?" tanya Minah keheranan. "Sudah sana ke kelasmu. Pokoknya nanti kamu ke kantin. Nanti kamu akan tahu tugasmu." Minah berlari keluar dari kelas Raditya. "Minah, tunggu!" panggil Andra. Sayang gadi itu sudah pergi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD