Terlihat Jessi hanya menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan nya. Tubuh gadis itu seakan masih bergetar ketika tangan Nathan menempel di dadanya tadi. Nathan yang melihat gadis yang tengah menyandarkan kepalanya ke lengannya itu hanya bisa mengusap beberapa kali disana.
"Haruskah hari ini kita bercintanya?" tanya Jessi yang ingin tahu. Sedangkan Nathan dengan lembut mengusap kepala gadis yang beberapa saat lalu menjadi kekasihnya.
"Kenapa? ada masalah?" tanya Nathan yang serius.
"Hemz... aku harus ke rumah sakit sekarang untuk menyerahkan berkas-berkas nenek... aku pulang untuk mengambil itu. Bisakah kita tunda dulu? biarkan aku sedikit lega dulu untuk menyelamatkan nenek aku." Ucap Jessi jujur. Dan entah mengapa, Nathan segera menganggukinya disana.
"Oke baiklah... kamu bisa sendiri kan kesana? aku lagi nggak bawa mobil soalnya." Ucap Nathan pada gadis itu. Terlihat Jessi mendongakkan wajahnya menatap wajah lelaki itu disana.
"Emb... aku mengerti." Ucap Jessi sembari mengangguk dengan tatapan sayu karena dadanya masih terasa sedikit tidak nyaman.
"Emb... kenapa kamu bisa se gemesin ini sih?" ucap Nathan pada hadis itu. Sembari tangannya meraih dagu gadis itu dan mendaratkan ciumannya disana. Nathan terlalu hebat soal ciuman. Lelaki itu tidak mau melepaskan sebentar saja bibir Jessi disana. Ia terus menikmatinya. Sampai jessi terengah dan Nathan memberi jeda, membiarkan gadis itu menghirup oksigen sesukanya. Tetapi ciuman Nathan tidak berhenti begitu saja. Lelaki itu menurunkan ciumannya hingga menghujani area jenjang leher Jessi disana. Sembari tangannya menyusup masuk kedalam kaus putih ketat yang Jessi kenakan saat itu. Mulai memilin benda yang sudah mengeras bagian ujungnya di d**a Jessi. Desisan gadis itu kian menggoda Nathan disana. Ditambah gelinjangan Jessi yang kian menjadi ketika Nathan dengan berani mengangkat kaus itu dari bawah hingga keatas d**a gadis itu. Satu tangan Nathan mengusap lembut punggung mulus Jessi disana. Begitu nyaman dan menggemaskan, hingga tangan itu berani melepas pengait bra yang Jessi kenakan. Membuat penutup d**a itu mengendur seketika. Aroma khas kulit Jessi yang masih tersisa wangi sabun yang di gunakannya seakan menguar di penciuman Nathan ketika berpadu dengan hangatnya kulit Jessi yang membuat Nathan tidak henti menyesapnya dan memberi kesan begitu menggairahkan untuknya. Nathan terus menghujani kulit mulus gadis itu dengan isapan dan kecupan. Seakan Nathan tidak puas disana. Hingga ciuman itu berpusat di pusat Jessi. Gadis itu menggeliat ketika Nathan mulai memainkan ciumannya disana. Lalu merangkak Naik hingga sampai di tengah gundukan d**a gadis itu. Aroma khas harum nan lembut membuat Nathan terus menyesapnya. Namun tangan Nathan tidak ingin mengambil kekenyalan disana saat itu. Nathan ingin menikmatinya perlahan. Dan ia putuskan untuk memainkan ujungnya yang mengeras disana. Tidak untuk memeras atau meremasnya saat itu.
"Akh..." lenguhan Jessi seketika terdengar di telinga Nathan begitu kuat. Membuat lelaki itu kian memainkannya. Yang mulanya hanya satu yang ia sesap kini bergantian. Terlihat sesekali Nathan menatap wajah Jessi yang mendongak sembari menyandar sandaran sofa. Nampak kedua matanya terpejam dengan bibir menganga yang sengaja Jessi paksa bekap dengan punggung tangannya sendiri. Peluhnya pun kian menjadi. Namun seakan Nathan tidak peduli. Lelaki itu kian menikmatinya. Menyesap, mengecup, bahkan sedikit menggigit karena gemas saat itu.
"Ugh..." lagi-lagi Nathan mendengar irama baru yang gadis itu keluarkan dari bibirnya. Namun Nathan belum mendengar suara racau yang biasa ia dengar saat melihat film biru di layar laptopnya. Satu tangan Jessi dengan kuat memegang kuat rambut lelaki yang masih menenggelamkan wajah di dadanya. Hingga isapan Nathan yang begitu kuat membuat Jessi menggelengkan kepalanya beberapa kali disana. Di ikuti seolah getaran tubuh gadis itu yang bergetar beberapa kali. Dan nafas terengah yang melelahkan disana. Nathan menarik wajahnya, lelaki itu menatap kearah wajah Jessi yang masih sayu disana. Nathan sesaat menyunggingkan senyumannya. Lalu mengusap keringat di kening hingga pelipis Jessi disana dengan tangannya hingga beberapa kali usapan. Sampai Nathan meraup wajah itu dan mendaratkan lembut ciumannya di bibir Jessi. Satu kali, dua kali, tiga kali. Nathan mengecupnya. Hanya mengecup. Karena lelaki itu tidak yakin gadis itu sudah sempurna mengatur nafasnya. Karena ia melihat nafas Jessi yang masih tersengal-sengal saat itu.
"Sampai sini pemanasan untuk hari ini. Oke?" ucap Nathan yang lalu di angguki oleh Jessi disana.
"Cepat urus masalah nenek, dan ingat... sebulan ini kamu milikku. Jadi... jangan macam-macam dengan pria lain. Karena kamu milikku sekarang. Mengerti?" ucap Nathan disana.
"Oh ya... aku akan bantu carikan kerja yang gajinya layak, jadi mulai saat ini berhenti dari tempat kerja itu. Paham?" ucap Nathan yang hanya bisa di angguki oleh gadis itu. Siapa yang tidak kenal seorang Nathan... anak dari salah satu pengusaha sukses di Kotanya dan salah satu pemilik saham di Kampusnya. Tidak heran Nathan menjadi incaran para gadis. Itu yang Jessi tahu. Dan gadis itu tidak punya pilihan lain selain menjatuhkan dirinya ke pelukan Nathan. Jessi berharap lelaki itu mampu menghilangkan kesulitannya. Meski berawal dari pelunasan biaya neneknya di rumah sakit sampai mencarikannya tempat kerja. Dalam hati Jessi begitu senang disana. Meski Jessi tahu jika lelaki itu sudah memiliki pacar saat itu. Jessi pura-pura tidak mengetahuinya dan menerima lelaki itu sebagai suaminya.
"Setelah beres urusan nenek di rumah sakit, dan juga beres keluar kerjaannya... besok se pulang dari kuliah... aku akan menemui mu. Aku menagih balasan dari pelepasan indah mu barusan. Mengerti? aku pun ingin merasakan yang sama." Ucap Nathan saat itu. Dan Jessi hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"Yaudah aku pergi dulu..." ucap Nathan yang lalu menurunkan kaus yang Jessi kenakan tadi. Jessi hanya menatap punggung lelaki yang sudah beranjak pergi beberapa langkah dari sisinya dan berlalu pergi begitu saja.
"Akh..." dengus lega Jessi. Sampai ia lupa untuk mengaitkan pengait bra nya yang tadi sempat Nathan lepas. Jessi mencoba mengaitkannya dari bawah kausnya saat itu. Namun... ia begitu terkejut saat tiba-tiba pintu terbuka kembali dan Nathan terlihat masuk begitu saja.
"Emb... apanya yang ketinggalan?" tanya Jessi pada lelaki itu. Lalu Nathan segera menuju kearah Jessi dan duduk kembali disamping gadis itu.
"Emb... aku bukan lelaki yang hidung pesek ya... ninggalin kekasihnya begitu saja... sini aku bantuin... perasaan aku nggak enak dari keluar tadi. Makanya apa yang lupa... ini toh yang kelewatan." Ucap Nathan yang lalu membantu Jessi untuk mengaitkan kembali pengait bra nya disana.
"Nah... udah... pergi beneran nih..." ucap nathan saat itu. Sembari mengecup bibir Jessi lagi.
"Oh ya..." ucap Nathan sesaat. Jessi pun segera menatap kearah lelaki itu.
"Emb... ingat ya... besok kalau masuk kuliah... jangan mencari aku dulu. Biarkan aku yang mencari mu jika urusanku sudah beres dengan gadis yang sekarang masih menjadi kekasihku." Ucap Nathan yang mendapat anggukan dari Jessi.