Bab 6 Memilih untuk mengejarmu.

1002 Words
Jessi pun segera membenahi pakaiannya. Perasaan berat dan penat yang sempat tadi ia rasakan seketika sirna dan berganti nyaman serta lega. Jessi segera beranjak dari duduknya dan pergi menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dimana setelah itu ia segera menuju ke rumah sakit kembali untuk melunasi biaya neneknya agar segera bisa melakukan operasi pemasangan ring jantung. Sore itu, usai dengan memberi surat pengunduran diri dari tempat kerjanya, gadis itu lalu menuju ke rumah sakit untuk melakukan semua prosedur bagi neneknya. Jessi akhirnya bisa bernafas lega disana setelah semua beres. Meski jadwal neneknya untuk operasi masih satu minggu lagi. Karena neneknya harus stabil dulu keadaannya baru Dokter bisa mengoperasinya. "Drrrt... drrrt..." getaran dari ponsel Jessi saat itu. Terlihat Jessi tengah bersantai di kursi taman rumah sakit sendirian disana. Tengah menatap beberapa orang yang lalu-lalang di jalan depannya. Jessi segera mengambil ponsel dari dalam tasnya. Ia melihat pesan yang ada disana dari Nathan. "Yang kamu dimana sekarang?" tanya lelaki itu pada pesan yang baru Jessi baca. Gadis itu pun segera membalas pesan tersebut disana. "Lagi di taman rumah sakit." Ucap Jessi pada pesan balasan yang baru ia kirimkan untuk Nathan. "Udah kakan malam?" tanya Nathan disana dalam pesannya. "Emb... udah... makan kue..." ucap singkat gadis itu. "Emb... kenapa susah sekali sih dapetin hatinya? bener-bener ketus banget!" ucap gerutu dalam hati lelaki itu saat hanya mendapat pesan balasan singkat dari Jessi saat itu. "Emb... tunggu ya... setengah jam lagi aku sampai sana." Ucap Nathan jujur. Lelaki itu pun segera mengambil jaketnya dan membawa serta kunci mobilnya saat itu. "Nathan! mau kemana? sudah hampir waktunya makan malam! kamu nggak makan malam sama papa dan mama?" tanya papa Nathan pada anak lelakinya saat keduanya berpapasan di ujung penghabisan anak tangga. Sedangkan mamanya terlihat tengah menata makan malam di meja makan. "Emb... ia sayang... kamu mau kemana?" tanya mama Nathan saat itu. "Emb... lagi ada sesuatu yang mau Nathan bahas dengan teman mah... pah... nggak apa ya?" tanya Nathan pada kedua orang tuanya. "Iya udah... jangan malam-malam kamu pulangnya ya..." ucap papa Nathan pada sang putra. "Oke pah baiklah... Nathan pergi dulu pah, mah..." ucap Nathan disana. Lelaki itu lalu menuju ke mobilnya, melajukannya disana dan menuju ke salah satu toko makanan siap saji tengah Kota. Nathan membeli dua. Satu untuknya dan satu lagi untuk Jessi yang pasti. Usai dengan membeli makanannya, Nathan segera tancap gas menuju ke rumah sakit tengah Kota. Usai memarkirkan mobilnya, Nathan segera mencari keberadaan Jessi. Ia segera menuju ke taman rumah sakit berada. Disana lelaki itu segera melihat keberadaan Jessi berada. Karena saat itu yang tengah duduk di kursi taman hanya ada Jessi seorang. Nathan segera menghampiri gadis itu disana. "Thara..." ucap Nathan saat itu. Sembari duduk di samping Jessi dan memberikan kantung kresek berisi makanan itu kepada Jessi. "Nih... mari makan malam sama-sama." Ucap Nathan saat itu. Jessi pun segera menerima makanan itu. "Makasih ya yang..." ucap Jessi disana. Dan saat itu Nathan.segera menghentikan sesaat aktivitasnya. Ia seakan tengah mendengarkan sesuatu yang ingin sekali ia dengarkan. "Emb... kamu bilang apa tadi? coba ulangi?" ucap lelaki itu lagi disana. Dan Jessi.segera menyunggingkan senyumannya. "Makasih banyak yang atas bantuannya... atas perhatiannya... meskipun... hanya untuk satu bulan kedepan." Ucap gadis itu disana. Nathan yang mendengarnya pun tertawa. "Kenapa sepertinya kamu begitu tidak rela ya berhubungan denganku selama satu bupan saja? hemz... kamu maunya berapa bulan? pacar aku yang lain aja paling lama dua minggu loh... dan semua nggak ada yang aku perlakuin kayak gini... mengiriminya makanan." Ucap Nathan dengan jujurnya. Seketika itu pula satu tangan Jessi menarik paksa lengan tangan lelaki itu agar sedikit mendekat ke arahnya. "Cup." Jessi berinisiatif untuk mencium sebelah pipi Nathan disana. "Emb... patut di apresiasi kan yang? soalnya aku jadi yang pertama dapat kiriman makanan dari kamu begini." Canda gadis itu disana. Entah mengapa Nathan saat itu terdiam karena terkejut atas perlakuan yang nyata dari gadis itu. Terlihat Jessi lalu membuka sebuah hamburger dan memakannya. Nampak sedikit sisa mayonaise di ujung bibir gadis itu. Hingga membuat Nathan memiliki otak sedikit nakal disana. Lelaki itu segera menarik dagu Jessi meski ia tahu jika saat itu mulut Jessi masih dalam keadaan mengunyah makanannya. "Cup." Kecupan bibir Nathan yang seakan mengambil sisa mayonaise itu pun membuat Jessi tersentak kaget. Namun karena tangan Nathan yang menahannya, membuat Jessi kembali diam dan menikmatinya. Hingga bibir lelaki itu merayap menengah dan tepat mengecup serta perlahan melahap habis bibir Jessi. Membuat gadis itu sedikit tidak percaya diri karenanya. Hingga kedua tangan Jessi berusaha mendorongnya saat itu. Nathan pun yang merasakannya hanya bisa melepas ciumannya. "Kenapa sih?" tanya Nathan sembari mengusap tepian bibir Jessi, dan bukan bibirnya sendiri. "Kamu nggak tahu atau lupa jika kita saat ini tengah berada di rumah sakit. Di tempat umum yang... gimana kalau ada yang melihat?" ucap Jessi dengan jujurnya. "Emb... sepertinya, kamu lebih khawatir kalau dilihat orang ya? kamu nggak.kgawatir kalau aku akan terluka jika ingin mencium mu tapi malah kamu tolak, hemmm?" ucap Nathan saat itu. "Iya... iya... aku memihak mu. Puas?" ucap Jessi lagi. Keduanya lalu menikmati makanannya kembali. "Emb... bagaimana keadaan nenek kamu?" tanya Nathan pada kekasihnya. "Emb... masih belum stabil sih... tapi udah nggak apa-apa... operasinya juga di jadwalkan minggu depan... sembari nunggu kondisi nenek stabil lagi." Ucap jujur Jessi saat itu. "Kamu masih butuh uang?" tanya Nathan disana. Jessi pun segera menoleh menatap kearah Nathan dengan tatapan tajam. "Kenapa? kamu mau memberiku lagi? nggak ah... bisa-bisa... ntar aku jadi pacar kamu berbulan-bulan lagi!" ucap Jessi yang seketika membuat Nathan tersenyum geli disana. "Hei... kamu tuh cewek pertama yang songong tahu nggak?! hemz... dimana-mana tuh... cewek-cewek pada ngantri jadi pacar aku. Yang udah jadi pacar aku pun... pengennya nggak mau di putus. Kayak itu tadi di kampus." Ucap Nathan jujur pada Jessi. Jessi pun segera menoleh kearahnya. "Kenapa? kamu belum jadi putus sama dia? siapa itu... emb..." ucap Jessi yang tertahan karena Nathan sudah menjawabnya. "Vera! benar sekali! aku baru kencan dengan dia selama satu minggu. Bosan rasanya. Meski dia dinobatkan sebagai bunga kampus. Akh... kenapa hatiku tergerak memilih untuk mengejar mu." Ucap Nathan jujur saat itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD