Episode 11 : Kakak, Aku Mencintaimu!

1306 Words
“Karena meski kita bisa melakukan semuanya, kita saling menyayangi, tetapi ada beberapa hal yang tidak boleh kita lakukan. Dan aku hanya akan melakukan itu dengan wanita lain. Wanita yang benar-benar aku cintai, dan akan menjadi ratuku suatu saat nanti!” Episode 11 : Kakak, Aku Mencintaimu! CEO menarik Shelena dan mendekapnya erat dari belakang, bersamaan dengan kedua matanya yang membelalak, menatap tak percaya buku yang awalnya sempat Shelena pegang. Buku itu terjatuh dalam keadaan menutup, dan sampul belakang di depan. “Buku itu? ... kenapa tadi aku seperti melihat ada cahaya dari sana? Buku itu bercahaya? Kenapa bisa?” batin CEO menerka-nerka. Tak beda dengan CEO yang menerka-nerka, hal yang sama juga terjadi pada Shelena. Shelena yakin, tadi bukunya sempat bercahaya. Namun, kenapa cahaya itu lenyap setelah kehadiran CEO? “Ini aneh!” batin Shelena. Perlahan, CEO melepas, mengakhiri dekapannya. “Lena, tadi itu, aku melihat cahaya dari buku ini?” ucap CEO sambil berjongkok mengamati buku pemberian Shean. Buku yang sempat ia pergoki bercahaya. Yang membuat Shelena terkejut bahkan tak percaya, bukan hanya mengenai CEO yang juga melihat cahaya dari buku. Sebab, ada yang berbeda dengan cara CEO memanggilnya. Pria yang memiliki rupa sama dengan Dharen itu memanggilnya Lena? Panggilan yang selalu dan hanya Shean yang melakukannya.  Dan tiba-tiba saja, Shelena jadi merindukan Shean. Namun ketika Shelena sadar dari lamunannya, CEO nyaris membuka buku usang miliknya, ia segera menarik sebelah tangan CEO agar menjauh dari buku tersebut. “Jangan dekat-dekat dengan buku itu!” seru Shelena. Meski yang ada, tubuh Shelena yang masih lemas menjadi terjatuh lantaran tidak kuat menarik tubuh CEO yang jauh lebih besar sekaligus lebih tinggi darinya. Beruntung, CEO begitu cepat tanggap dan langsung mendekap punggung Shelena, meski keadan tersebut membuat tubuh Shelena bak melayang di udara, sedangkan tubuh CEO ada di atasnya. “Lena ... kau begitu mencemaskanku?” tanya CEO tak percaya.  CEO masih memperlakukan Shelena dengan sangat tulus, penuh cinta. Dan setiap bersama CEO, rasanya Shena seperti sedang bermimpi. Bahkan Shelena tidak pernah membayangkan sebelumnya, akan ada pria yang begitu peduli sekaligus menginginkannya. Shelena berkedip sendu menatap CEO. “Karena kamu juga sangat peduli kepadaku ...,” balas Shelena jujur tanpa memikirkan maksud lain termasuk perihal tatapan penuh cinta CEO. Senyum CEO semakin lepas. Di mana tak lama setelah itu, sebelah jemari tangannya meraba bibir Shelena.  Shelena yang awalnya baik-baik saja, menjadi begitu tegang. Jantungnya menjadi berdentum kacau. Dan di tengah ketegangan itu, Shelena melirik jemari-jemari CEO.  Jemari CEO masih meraba bibir Shelena, kemudian turun menahan dagu gadis itu, disusul wajah CEO yang tiba-tiba saja ada di pelupuk mata Shelena. Bahkan di detik berikutnya, Shelena bisa merasakan hangat dari deru napas CEO. Mereka benar-benar tak berjarak. Kedua tangan Shelena yang awalnya berpegangan dengan mencengkeram jubah bagian d**a CEO, segera menekap mulut CEO, di tengah kenyataan gadis itu yang menjadi panik. “Aku mohon, jangan menciumku sembarangan ...!” keluh Shelena yang memang sampai menjadi ketakutan tanpa bisa menyembunyikannya. *** Mengenai rencana besar CEO yang ditentang, telah memiliki jalan. Sebab, kabar kehamilan Shelena si wanita berambut hitam, berhasil membuat Raja Jestarasa memberi CEO restu. Dii mana, Dewan Majelis kerajaan juga tidak bisa berbuat banyak. Terlebih, tidak mungkin juga mereka membuang keturunan dari raja mereka. Namun, kabar bahagia yang tidak sepenuhnya membuat Dewan Majelis kerajaan Safron, menepi dari rasa takut, juga turut Putri Hazel rasakan. Jadi, ketika ada orangnya yang mengabarkan mengenai kabar tersebut, Putri Hazel langsung bangkit dari kursi riasnya, kemudian melangkah cepat meninggalkan kamarnya. Di mana, setelah melewati beberapa lorong menuju area kediaman Putra Mahkota, Putri Hazel yang diikuti oleh kedua pengawal wanitanya, tak segan menerobos masuk. “Hamba mohon, Putri Hazel ... Yang Mulia Putra Mahkota belum lama masuk. Tolong beri mereka waktu. Datanglah nanti, atau besok saja, terlebih sekarang sudah malam. Hamba takut, Yang Mulia sedang tidak ingin diganggu ...,” tahan penjaga di sana menghalang-halangi Putri Hazel. “Kenapa begitu? Biasanya aku juga masuk tanpa harus izin?!” protes Putri Hazel sambil menatap kesal kedua penjaga pria yang menghalang-halangi langkahnya memasuki pintu utama kamar CEO. “Meski biasanya tanpa izin, tetapi sekarang keadaan Putra Mahkota sudah berbeda dengan yang biasanya. Sekarang Putra Mahkota tidak hanya tinggal sendiri, melainkan bersama calon ratu yang sedang mengandung. Bahkan tadi Yang Mulia juga meminta saya untuk tidak mengizinkan siapa pun mengganggunya.” Penjaga tersebut masih membungkuk sopan. Meski sempat menyimak penjelasan panjang lebar penjaga pintu utama kamar CEO, tetapi Putri Hazel justru nekat menabrak dan menerobos keduany. Kemudian, Putri Hazel juga langsung menarik kaitan kunci yang menyatukan pintu dua muka di hadapannya. “Aku mohon, jangan menciumku sembarangan ....” Suara Shelena terdengar dengan jelas memohon. Suara yang jelas dipenuhi rasa tegang, sampai-sampai, semua pelayan berikut Putri Hazel yang berdiri di depan pintu, menjadi tak kalah tegang. “Sebentar ... sekali saja ... Lena, aku mohon, buka ....” Dan suara CEO sang Putra Mahkota yang terdengar begitu memohon, membuat Putri Hazel buru-buru menutup pintu yang baru saja ia bentangkan. Gugup melanda semua pelayan lantaran mereka harus mendengar suara pasangan yang jelas-jelas sedang memadu cinta. Namun, perhatian mereka tak lantas terenggut untuk itu. Sebab keadaan Putri Hazel yang menjadi terlihat begitu bersedih juga sukses mencuri perhatian mereka. Terlebih, kedua mata Putri Hazel sampai berkaca-kaca berikut tubuh sang putri yang sampai menjadi loyo. Putri Hazel berangsur melangkah. Langkah yang juga masih sangat loyo. Dan mendapati hal tersebut, pelayan di sana yang awalnya berkumpul di depan pintu, segera memberi jalan. “Selama ini, aku dan kakak memang sangat dekat. Kami saling menyayangi. Kakak juga selalu memanjakanku. Tidak ada yang tidak kakak diberikan kepadaku, kecuali apa yang beberapa saat lalu, aku dengar dari kakak dengan sangat memohon, tetapi itu justru kakak lakukan pada wanita lain,” batin Putri Hazel dengan hati yang sangat terluka. Sialnya, sepenggal obrolan Shelena dengan CEO beberapa saat lalu, justru terus terngiang menguasai kehidupannya. “Aku mohon, jangan menciumku sembarangan ....”“Sebentar ... sekali saja ... Lena, aku mohon, buka ....” Lantaran tak mau terus teringat kata-kata tersebut, Putri Hazel segera menekap telinganya kuat-kuat, kemudian berlari sangat kencang meninggalkan kedua pelayan wanitanya yang langsung kewalahan. “Ternyata, meski aku bisa melakukan semuanya dengan kakak ... bahkan kami saling menyayangi, tetapi tetap ada hal yang hanya akan kakak lakukan dengan wanita lain ...,” batin Putri Hazel.  Putri Hazel masih ingat betul ketika CEO menolaknya di setiap ia berusaha mencium pria itu, termasuk ketika ia sengaja nyaris melepas semua pakaiannya di hadapan CEO. “Kakak, aku ingin menjadi wanitamu ... aku ingin menikah denganmu, menjadi ratumu agar aku selalu di sisimu,” ucap Putri Hazel sekitar empat bulan lalu, ketika malam-malam ia memasuki kamar CEO dan kemudian melepas pakaiannya, tetapi CEO justru langsung memunggunginya. “Hazel, apa yang kamu lakukan? Jangan lakukan hal bodoh itu. Aku tidak mungkin melakukan itu kepadamu karena kamu adikku!” “Kakak ....” “Karena meski kita bisa melakukan semuanya, kita saling menyayangi, tetapi ada beberapa hal yang tidak boleh kita lakukan. Dan aku hanya akan melakukan itu dengan wanita lain. Wanita yang benar-benar aku cintai dan akan menjadi ratuku suatu saat nanti!” tegas CEO sambil tetap memunggungi Hazel. CEO sama sekali tidak melirik Putri Hazel. Karena jangankan tergoda kendati Putri Hazel merupakan gadis tercantik di kerajaan Safron, yang ada, CEO justru marah sekaligus kecewa dengan keputusan putri cantik, yang bahkan merupakan adiknya sendiri. Putri Hazel yang menjadi tertunduk sedih, sampai berlinang air mata. “Kalau begitu, aku tidak akan memintamu menikahiku. Aku juga tidak akan memintamu untuk menjadikanku ratumu. Asal aku selalu bisa di sisimu, dan aku bisa menjadi wanitamu, aku akan tetap menjadi wanita yang paling bahagia, Kak ....” “Hazel, mengertilah. Sampai kapan pun, rasa sayangku kepadamu hanya sebatas rasa sayang seorang kakak kepada adiknya!” tegas CEO. “Kembalilah ke kamarmu. Aku ingin istirahat karena besok, aku harus kembali memimpin perang.” Mengingat itu semua, Putri Hazel merasa semakin hancur. Linangan air matanya semakin tidak terkendali.  “Kakak, aku mencintaimu! Aku mencintaimu dan hanya aku yang boleh memilikkimu! Kupastikan, tidak ada wanita lain dalam hidupmu kecuali aku! Bagaimanapun caranya, aku akan menyingkirkan wanita itu dari hidupmu!” batinnya dengan emosi yang menggebu. Putri Hazel benar-benar dengan keputusannya. Ya, putri cantik itu akan menyingkirkan Shelena secepatnya! *Bersambung* Karena ada yang nungguin cerita ini, Author lanjut, yaa “Karena meski kita bisa melakukan semuanya, kita saling menyayangi, tetapi ada beberapa hal yang tidak boleh kita lakukan. Dan aku hanya akan melakukan itu dengan wanita lain. Wanita yang benar-benar aku cintai dan akan menjadi ratuku suatu saat nanti!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD