Drama

1332 Words
"AAAAAAAAAAAAAAA!" Ia berteriak. Malah berlarian untuk bersembunyi di belakang Mi Jun yang jelas tak tahu apa-apa. Lalu? BUUUUUKKK! Apesnya, cowok itu yang ditinju Fasha. Bagaimana reaksinya? Matanya mengerjab-erjab. Seperti ada beberapa burung berputar di depan matanya. Kemudian? Tubuhnya jatuh begitu saja ke belakang. Hahahaha. Fasha jelas kaget. Tata? Syok! Walau harusnya tak syok. Ia tahu kalau itu tak kuat bukan? Mengingat kakaknya sudah tua. Sudah lewat dari 40 tahun loh. Bahkan menuju 50 tahun. Meski memang gayanya sok anak muda. "Dasar m***m!" Hahahahaha! Fasha mengira cowok itu m***m. Padahal jelas ya, yang gelenjotan sama cowok itu ya Tata. Tata ya kehilangan kata-kata mendengarnya. Hahaha. Ini kakaknya b**o atau gimana sih? Ia heran. Dari pada berujung masalah, mau tak mau keduanya membawa Mi Jun yang pingsan itu ke apartemen Tata. Siapa yang menggendong Mi Jun? Yang jelas gak mungkin Fasha. "Kakak udah tua. Udah berumur. Mana kuat gendong dia!" Itu alasannya. Hahahaha. Jelas saja Tata menggerutu. Wong kakinya bahkan bisa terangkat tinggi untuk menerjang muka Mi Jun. Apanya yang udah uzur heh? Hahahaha! "Bilang aja biar gue yang bawa!" "Itu lo tauk!" Tata berdesis. Benar-benar kakak durhaka. "Eh ini password-nya lo ganti ya?" Ia mendengus. Mau tak mau ya ia sebutkan kata sandinya. Bahaya kalau mereka terlalu lama nanti orang syok melihat Tata masih bisa menggendong Mi Jun meski dengan gendongan di punggung. Hahahaha. Badannya sampai membungkuk. Tapi masih kuat loh. Padahal badan Mi jun itu dua kali lebih besar dibandingkan dengannya. Ya Tata kan tinggi, tapi kurus. Nah cowok ini jauh lebih tinggi lagi. Hampir 190 cm dengan berat ah jangan ditanya lah. Meski berhasil ia turunkan di sofa, punggungnya terasa sakitnya. Biar pun jarang latihan bela diri lagi, ia tetap harus mengamankan hal-hal dasar. Terutama kan ia tinggal di negeri orang tuh sendiri. Jadi harus benar-benar bisa menjaga diri. Ye kan? "Lagian lo ngapain sih, kak, ke sini? Kayak gak ada kerjaan aja!" Ia tentu saja mendumel. Kakaknya yang satu ini kalau datang ke sini, gak pernah gak bawa masalah deh. Lihat aja nih. Satu cowok tumbang karena pukulan tinju kakinya. Gila gak tuh? "Siapa suruh lo gak mau pulang?" "Gue gak mau ya dijodohin segala. Dikira ini zaman Joseon apa!" Fasha memutar bola matanya. Ya urusan perjodohan memang sudah dari tiga tahun lalu digaungkan sejak Tata menyelesaikan S3-nya. Sekarang tentu sudah ganti topik. Meski ya masih ada perjodohannya juga. Hahahaha. Tapi tujuan utama akan disembunyikan. "Tawaran bagus dari ayah kok ditolak?" Ia tentu heran. Walau Tata memang gak tahu siapa yang hendak dijodohkan. Bahkan Tata tak punya bayangan apapun. "Lihat deh. Kakak awet sama Pandu. Rain juga." Ya gak ada perjodohan ayahnya yang gagal. Terlebih kan yang hendak ditawarkan untuk menikah dengannya itu Zikri. Lah iya? Iya lah. Hahahaha. Zikri juga mau kok. Bahkan tanpa paksaan. Bukan karena gak ada cewek lain sih. Tapi.... "Ya kan itu kalian berdua. Bukan gue. Gue beda tauk. Gue bisa nentuin jalan hidup gue sendiri." "Ya lo kira, kita berdua gak bisa nentuin hidup kita sendiri?" Ia nyengir. Hahahahaha. Ya juga sih. Kakak pertamanya punya konsultan arsitek sendiri. Bahkan menjadi nomor satu di Indonesia selama puluhan tahun. Kakak keduanya punya intel rahasia. Jadi gak ada yang gagal kan? Fasha jadi ngegas. Gak Rain, gak Tata. Menurutnya sama-sama membuat emosi. "Dan ayah lagi sakit tauk!" Kalau ini tak bohong. Tapi cuma sakit gigi kok. Hahahaha. Karena giginya goyang, udah mau rontok semua. Ya namanya juga sudah tua kan? Namun tentu saja Fasha memasang muka yang agak sedih lah. "Gak usah bohong deh. Paling juga sakitnya orang yang udah tua." "Terus lo mau anggap sepele?" Ia terdiam. Kalau adu mulut dengan Rain, ia masih bisa menang. Kenapa? Karena ia lebih pintar dari Rain. Huahahaha! Tapi kalau dengan Fasha jelas salah. Fasha lebih pintar dan cerdik darinya. Yang membuat Fasha seperti itu juga karena pubya adik sepertinya dan Rain. Hahaha! "Umur gak ada yang tahu. Maunya ayah tuh sederhana. Kalo lo belum mau nikah ya woles. Tapi pulang lah. Temenin ayah sama ibu mumpung masih bisa lo lihat nih mereka. Begitu juga dengan opa dan oma. Siapa yang tahu umur sih, Ta? Apa lo gak nyesel kalau lehilangan mereka sementara lo jauh dan gak ada untuk mereka?" Kali ini Fasha tidak akting. Ia juga sampai menangis saat mengatakannya. Hal yang membuat Tata tentu saja termangu. Kakaknya benar. Gak ada yang tahu soal masa depan kan? Belum tentu juga orangtuanya lebih dulu atau opa dan omanya atau bahkan dirinya sendiri. Kematian itu memang benar-benar sebuah rahasia yang tak bisa diduga-duga. Fasha dengan tulus meminta. Walau ini sebenarnya di luar rencananya. Ya kan tadinya mau menekankan betapa sakitnya ayah. Hahaha. Tapi ia malah terbawa emosi sendiri. "Pulang lah. Ibu sama ayah tuh tiap hari khawatirin lo. Lo kira enak apa ditinggal anak yang lebih milih tinggal di luar negeri dibandingkan sama mereka? Gue aja begitu kok. Aziel kuliah jauh, tapi tiap hari gue gak bisa berhenti mikirin dia. Ya kayak gitu juga ayah sama ibu ke elo. Bahkan ke gue dan juga Rain. Meski kami sudah setua ini pun, mereka masih khawatir, Ta. Apalagi lo? Lo sendirian di sini dan jauh. Kalau ada apa-apa, siapa yang bakal nolongin lo lebih dulu?" Fasha masih terua melanjutkan omelannya. Tata yang awalnya diam akhirnya jadi menangis. Tapi menangisnya tentu dengan sembunyi di dalam kamar. Hahaha. Ia malu kalau dilihat Fasha. Itu pun menunggu Fasha pergi dulu. Ya Fasha bilang kan cuma mampir sebentar. Ia berpura-pura ada dinas. Padahal kan khusus datang untuknya. Tapi ya melihat muka adiknya yang sudah berubah tadi membuatnya sadar sih. Ada kenungkinan tersentil dengan kata-katanya kan? "Gimana?" Rain tentu heboh. Sudah dari tadi, ia menunggu telepon dari Fasha. Mereka kan perlu menjalankan rencana yang kedua. Hahahaha. Biar apa? Ya biar Tata luluh dan benar-benar mau pulang kan? Bayangkan, butuh waktu bertahun-tahun bagi mereka untuk membuat Tata mau pulang. Kalau sebelum-sebelumnya, gadis itu selalu membuat alasan ingin S3 lah dan sebagainya. Kalau sekarang? Tak ada alasan lagi. Kalau pekerjaan bagamana? Apa jauh lebih penting dibandingkan ayah dan ibunya di Indonesia sana? "Kirim aja foto dan videonya. Mumpung lagi mewek kayaknya!" Rain terbahak. "Lo gak menghajar Tata kan, kak?" Ia agak-agak tak percaya dengan kelajuan bar-bar kakak pertamanya ini. Kali ini Fasha menghela nafas. Ia sedang tak bercanda. Sepertinya drama yang hendak ia mainkan malah terlampau jauh dari ekspektasi. "Lo kirim aja pokoknya. Harus sekarang!" Ya mumpung adiknya tampak nelangsa begitu kan? Dan ya benar lah perkiraan Fasha. Tata memang menangis sejadi-jadinya. Ya jadi takut sendiri mendengar ucapan Fasha. Walau tentu dilema. Meski setelah dipikir-pikir lagi, apa yang memberatkannya untuk lepas dari hal ini? Bukan kah ia masih bisa meneruskan karirnya? Butik yang sudah ia dirikan di sini ya tak masalah. Masih bisa ia tangani dari jauh. Pekerjaan? Menjadi dosen di sini memang menyenangkan. Mungkin ia bisa melamar lagi di Indonesia kan? Pasti butuh kan? Banyak kampus elit kalau ia mau. Aoalagi dengan pengalamannya di Korsel. Pengalaman langsung di salah satu pusat modenya bukan? Karena gaya Korsel sudah menjalar ke seluruh dunia sejak puluhan tahun lalu. Dan ketika ia sedang memikirkan bagaimana ia mengatur masa depannya sendiri di Indonesia, pesan muncul di grup keluarga inti mereka. Yeah bukan keluarga besar. Pesan apa? Tentu dari Rain. Ada foto ayah mereka yang terbaring di atas tempat tidur. Tampak kuyu dan kurus mukanya. Ye lah. Wong yang dipotret hanya mukanya dan sudah didandan menjadi tua sekali. Hahaha. Tentu lah ini cara mereka mendramatisir. Dan belum juga videonya sempat terkirim, Tata langsung menelepon ibunya. Panggilan video pula. Ya mereka panik lah! Hahahahahaha. Rain buru-buru menaruh obat tetes mata pada matanya. Hana dan Hani juga bersiap akting. Tak hanya itu sih. Ibu mereka juga. Husein yang melihat dari pintu ruang rawat itu hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan istrinya. Ya namanya juga Rain kan? Dan begitu telepon itu diangkat...... "Ayah kenapaaaaa? Huaaaaaaaaa!" Ia menangis. Hahahahaaha. Sungguh bukan Tata yang sepuluh tahun lalu. Tata sepuluh tahun lalu tak mungkin menangisi ayahnya sampai selebay Rain begitu. Tapi lihat lah. Ia banyak sekali berubah. Namun bukan itu yang penting. Yang penting bagi mereka adalah rain tertipu! Huahahaha! @@@
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD