Ana melangkah ragu memasuki kamar Kenandra. Harum maskulin, menyambut indera penciumannya. Wanita itu meneliti setiap sudut kamar yang baru pertama kali ini dia masuki, setelah hampir tiga bulan lamanya ia tinggal di apartemen ini. Terdapat sebuah ranjang yang cukup luas jika untuk ditiduri berdua. Ada ragu yang membuat Ana untuk melangkah dan merebahkan tubuhnya di sana. "Ehem!" Tubuhnya terlonjak kaget karena deheman. Kepala wanita itu menoleh ke belakang. Kenandra berdiri di ambang pintu kamar sembari membawa botol minuman. "Kenapa masih berdiri di sini? Tidur sana!" Setelahnya, pria itu melewati tubuh Ana, menuju nakas dan menyimpan botol minumnya di sana. Ken duduk di tepian ranjang, memandang Ana dengan dengusan keluar dari sela bibirnya. "Tutup pintunya, Ana! Dan cepatlah tid