Desa Penyihir (1)

1259 Words

Selama dua jam perjalanan terakhir, Letta tertidur. Tubuhnya cukup lelah untuk mencerna semua kejadian siang tadi bersama Alec. Bukan hanya itu saja, makan siang khas pedesaan yang disajikan sepulang dari reruntuhan membuatnya kekenyangan. Terimakasih pada Miriam yang telah ‘mengekspor’ sebagian besar karbohidrat ke piringnya. Kentang tumbuk juga domba panggang, yang menjadi pantangan diet bagi sahabat barunya itu. Violetta tidak keberatan. Karena berapa banyak pun dia makan hanya akan berakibat sakit perut, tidak lebih. Dalam artian, semua makanan itu tidak akan meninggalkan jejak lemak yang menggunung pada tubuhnya. Karena sulit menjelaskan alasannya,–anggap saja metabolismenya bagus–hal itu membuat iri Miriam. “Letta, bangun!” Sudah dua kali Miriam mengguncang tubuh gadis berambut me

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD