Happy Reading
William menatap nanar sebuah rumah kecil di hadapannya. Lagi, sebuah perasaan asing kembali merayap di benaknya. Entahlah, tapi untuk saat ini perasaan itu begitu menyiksa. William menunduk, mengukir senyum tipis ketika melihat wajah lelah Angel yang masih saja bersandar di dadanya. Ada perasaan yang tidak tega ketika membayangkan peliknya lika-liku kehidupan wanita yang sudah berhasil menggerogoti hatinya.
"Hei... bangunlah, kita sudah sampai." dengan teramat lembut William berbisik di telinga Angel.
Angel yang memang dasarnya sangat sensitif dengan gerakan dan suara sekecil apa pun langsung saja terbangun. Perlahan tapi pasti, kedua kelopak matanya berusaha terbuka mengusir kegelapan yang masih saja bertahan menghalagi pandangan.
"Kita sudah sampai?" gumamnya pelan kemudian matanya terbelalak saat menyadari bahwa Angel tertidur di d**a William. "Astaga! Maafkan aku, aku... aku.. tidak sengaja tertidur di d**a mu. lanjutnya terbata.
"Aku tidak masalah. Kau bahkan bisa tidur di d**a ku selama yang kau mau. Dadaku tercipta hanya untuk mu, untuk mu seorang. Jika kau letih aku akan dengan sangat suka rela menyediakan dadaku untuk tempat mu bersandar." kalimat penuh kejujuran dan ketulusan terlontar mulus dari bibir William.
Angel tertegun, belum pernah ada seorang pun yang mengucapkan rentetan kalimat yang membuat kinerja jantung bekerja berkali-kali lipat. Hanya satu hari, baru satu hari, William sudah berhasil menyentuh sudut terdalam hatinya. Bohong, jika dia tidak merasa tersentuh dengan rangkain kalimat indah William.
"Terimakasih, aku akan mengingat semua perkataan mu." Angel membuka pintu mobil segera beranjak menyelamatkan detak jantungnya yang tak karuan.
"Ella!" dengan perlahan kaca mobil mewah itu turun manampakan William yang memasang senyum manis. "Aku harap kita akan semakin dekat di hari esok. Aku tidak main-main saat mengatakan aku menyukaimu. Selamat malam Ella, jangan lupa bawa Liam dalam mimpi indah mu." saat itu juga mobil hitam melaju meninggalkan Angel yang terdiam membisu.
Detak jantung yang tak hentinya bekerja tidak normal begitu menyesakkan d**a Angel. Tangannya bergerak menempel tepat di dadanya mencoba membisik ketenangan yang tak kunjung juga menghampiri.
Liam, terimakasih untuk hari ini. Kau membuat hari ku terasa berbeda. Jika memang ini adalah sebuah perasaan cinta, beritahu aku, apakah kau bisa berjanji untuk tidak menabur duri dalam cinta ini?
Angel memasuki rumah, dia ingin segera mengistirahatkan tubuh beserta pikirannya saat ini. Lelah, letih, penat, cemas seakan bersatu mengusik kenyamanan dalam benaknya. Angel menggeleng kepala pelan sebelum kemudian membuka pintu.
"Apa kau sudah berubah profesi dari pelayan kafe menjadi pelayan ranjang?" Monica yang memang sudah sedari tadi mengetahui kedatangan Angel langsung saja menodongnya dengan pertanyaan sindiran.
"Apa maksudmu? Aku bukan jalang, dan aku tidak semurah itu." dalam sekali tarikan nafas penuh kepasrahan Angel berucap.
Monica tersenyum miring. "Apa kau lupa bahwa ibumu adalah bekas jalang? Jadi, bukan tidak mungkin darah kotornya mengalir di tubuh mu."
Kening Angel berkerut dalam pertanda bingung. "Sebenarnya apa yang membuatmu begitu membenciku Monica. Bukankah kita saudari? Kenapa kau selalu saja menyakitiku." Angel berujar lemah menyelipkan nada rasa tidak percaya.
"Saudari? Saudari katamu? Aku bukanlah saudarimu, aku hanya seorang putri malang yang statusnya harus terganti secara paksa oleh gadis hina sepertimu." d**a Monica naik turun karena emosi.
"Aku bukan gadis hina Monica! Aku bukan sampah! Kenapa kau selalu saja menyakitiku. Apa kau tidak tahu bahwa aku juga punya perasaan? Kalian berdua kenapa begitu tega padaku? Apa salahku?" rentetan pertanyaan menyakitkan diteriakkan oleh Angel.
Mata Monica berkilat marah. "Perhatikan nada mu saat kau bicara padaku. Ingat satu hal kau bukan lagi tuan Puteri disini. Jangan menguji kesabaran ku." geramnya kemudian.
Angel tertawa frustasi. "Kenapa? Apa kau mulai terusik dengan keberanian ku? Selama ini aku selalu saja diam saat kalian menyiksaku tanpa ampun. Apa aku tidak boleh berteriak menyuarakan pada dunia betapa sakitnya perlakuan kalian? Apa aku memang tidak punya hak sama sekali hanya untuk sekedar berkata tidak? Katakan padaku, katakan padaku sialan!"
PLAKK.....!!!!!!!
Satu tamparan keras mendarat di pipi Angel. wajahnya terlempar kuat kesamping, rasanya begitu sakit, sangat sakit hingga tak bisa diungkapkan dalam kata.
"Kau.... beraninya kau berteriak padaku! Kau pikir siapa dirimu! Kau hanya sampah yang tidak berguna sama sekali. Beruntung ibuku masih sudi menampung gadis sepertimu di rumah ini, kalau tidak sudah ku pastikan kau akan terbuang di jalanan begitu saja. Ingat satu hal Angel, kau tidak bernilai sama sekali bagi kami. Jangan berani melampaui batas mu." Monica mendesis tajam memberi peringatan menohok.
Angel tersenyum sinis. "Sampah? Tak bernilai? Tak bernilai katamu? Lalu kenapa kau dan ibu mu sudi memeras hasil jerih payah dari sampah sepertiku? Bukankah aku menjijikkan? Kenapa kau dan ibumu malah menampung sampah kotor seperti ku dan tidak membuangnya?" tanyanya kemudian.
"Itu... karena... aku ingin menjadi tokoh jahat yang akan selalu menyiksamu. Aku tidak akan melepaskan mu begitu saja, kau harus menderita, benar-benar menderita, dan kau harus membayar semua rasa sakit ku dan ibu selama ini. Aku tidak akan melepaskan mu sampai kau hancur tak bersisa. Camkan itu baik-baik." Monica menekan setiap kata yang keluar dari bibirnya. Kemarahan tak lagi dapat dibendung melihat keberanian Angel yang menantangnya tanpa rasa gentar sedikitpun.
"Ah dan satu lagi Angel. Aku ingin kau menjauh dari William, karena sejak awal aku sudah tertarik padanya. Sadar dirilah sedikit, William tidak pantas bersanding dengan gadis menjijikan seperti mu." ujarnya kemudian meninggalkan Angel berdiri mematung.
Selepas kepergian Monica, angel meluruh dilantai. Menangis tersedu-sedu disana, suara tangisannya begitu menyayat hati. Tangan Angel bergerak memukul-mukul dadanya yang begitu sakit, tak ada yang bisa dilakukan selain menangis. Kenyataan hidup yang dijalani begitu memilukan, dia hanya bisa bertahan, dan terus bertahan sampai takdir membawanya bertemu dengan bahagia kelak nanti.
Ayah andai kau tahu betapa ingin aku menyusul mu saat ini juga. Aku sudah tidak tahan lagi menahan rasa sakit ini ayah, katakan padaku, bagaimana caraku untuk tetap berjalan ditengah kerikil tajam yang menghadang ku. Akankah ada akhir dari duka ini ayah? Akankah bahagia itu sudi menghampiri ku? Kenapa hidup ku begitu menyedihkan, tiada hari tanpa air mata. Hanya air mata saja yang menjadi teman ku untuk melewati hari yang penuh dengan luka ini.
Sementara disisi lain, William tak henti-hentinya tersenyum seorang diri. Bahagia, hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga bermekaran, pertemuannya dengan Angel begitu mengguncang dunia William. Kali pertama dalam hidupnya tergila-gila pada seorang gadis hingga membuatnya lupa diri.
Ella bagaimana ini? Baru sehari bertemu denganmu, kau sudah berhasil menjadi ratu di hatiku. Setiap detik yang berlalu tidak sekalipun aku tidak mengingatmu. Apa ini yang namanya cinta Ella? Jika memang benar, aku tidak akan menolak untuk jatuh cinta padamu.
Semoga suka....
jangan lupa kasih dukungan yah??