When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Kebencian. Kata itulah yang pertama sekali melintas di kepala Monica ketika melihat tubuhnya di depan cermin yang penuh luka mengerikan. Ekspresinya mengeras dipenuhi dendam. Setiap detik peristiwa sadis yang dialami tidak sedikitpun lupa olehnya. Diculik, disekap kemudian diperlakukan seperti binatang. Hati Monica seolah tertusuk ketika mengingat dirinya mengemis tanpa malu hanya untuk sebuah kebebasan. Rupanya kekagumannya sesaat membuat dirinya begitu bodoh dan tidak menyadari bahwa lelaki yang sangat diinginkan itulah penyebab semua penderitaan ini. Monica menyentuhkan jemarinya, mengusap pelan bekas jahitan di perutnya. Kemudian membawa tangannya lagi, mengusap punggungnya yang menyisakan bekas luka mengering. "Angel. Kau harus merasakan apa yang kurasakan. Dan akan pastikan bahwa