When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Hening. Keheningan membentang begitu lama. Suasana ruangan itu menjadi sesak seolah pasokan udara terkuras habis. Angel terpaku dengan selang waktu yang lama, sorot matanya terpancar keraguan yang masih belum mampu di telaah oleh akalnya saat pendengaran itu menghantarkan sebuah kalimat penuh makna. Hamil? Ingin rasanya dia tertawa terbahak-bahak mendengar sesuatu yang menurutnya lelucon guyonan itu. Tetapi ketika pandangannya yang seolah terkunci oleh mata William, mengertilah dirinya bahwa semua ini adalah kenyataan. Susah payah Angel menggerakkan bibirnya hingga detik pada akhirnya dia bernapas lega saat suaranya terdengar menembus keheningan. "Aku... hamil?" Hanya pertanyaan singkat itu yang mampu disuarakan olehnya karena rasa syok yang amat membuat kinerja otaknya melambat. Will