When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Malam semakin larut ketika Angel sampai di rumah. Dengan menghela napas lelah dia menggerakkan tangannya memutar kenop pintu. Hal yang pertama sekali menyambutnya adalah kegelapan. Sekali lagi Angel menghela napas menyadari kesunyian yang sudah menemaninya selama beberapa hari ini. Entah kemana perginya Monica dan Rose, ingatan terakhirnya yaitu saat William datang dan memaksanya pergi tanpa berucap sepatah katapun pada Monica yang saat itu duduk dengan tatapan penuh ketakutan. Sampai saat ini Angel masih saja tidak menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang berkecamuk di benaknya. Memtuskan untuk mengabaikan semua itu Angel melangkah maju menaiki tangga. Tepat di ujung tangga sebuah pintu kayu bercat abu-abu langsung terpampang di hadapannya seolah bersiap menyambut tubuh Angel yang ke