When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Ruangan itu hening, baik angin yang berhembus pun seolah takut tuk berbisik. Kedua wanita yang berbeda usia itu saling bertatapan dalam menyuarakan yang tersirat dalam relung hati. Hingga detik demi detik yang berlalu sudah cukup lama akhirnya salah satu dari mereka memutuskan untuk bersuara. "Benarkah?" Clara mengangkat alisnya dalam memberi jeda untuk mengamati ekspresi wajah Debora, "Tapi aku tidak peduli bagaimana tanggapan mu tentangku nenek tua. Karena bukan dirimu yang perlu ku cari simpatinya cukup cucu dan anakmu saja. Aku rasa mereka berdua yang pantas mendapat simpati ku." Sejenak tampak keterkejutan di wajah Debora, gadis dihadapannya ini sungguh tidak tahu malu. Lancang sekali dia melontarkan kalimat penuh penghinaan pada dirinya. Namun Debora yang sudah sangat mengenal selu