When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Rose merasakan kecemasan yang luar biasa, setelah dirinya kembali dari taman belakang dia sama sekali tidak menemukan sosok William di rumahnya. Hanya Monica yang ditemukannya dengan raut wajah ketakutan di atas kursi roda. Saat itu juga jiwanya sebagai seorang ibu begitu dilanda kekhawatiran hingga dia memutuskan untuk membawa Monica ke rumah sakir terdekat. Dia bergerak mondar-mandir di depan pintu bercat putih, napasnya pendek-pendek dilumuri ketakutan yang sangat. Rose sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi saat ini, banyak hal pertanyaan yang bersarang dibenaknya. Namun, dia harus menahan semua itu, karena kesembuhan putrinya yang paling utama baginya. Ketika pintu terbuka, dia langsung melangkah maju mendekati sosok lelaki yang berpakaian hijau. "Bagaimana keadaan putiku dokt