When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Apa yang terjadi denganmu Bobby? Mengapa wajahmu terlihat seputih kertas? Apa kau sedang... ketakutan?" Ketika mendengar suara rendah namun menusuk itu, sekujur tubuh Bobby bergetar. Kakinya melangkah mundur perlahan seolah sedang memasang tameng agar terbebas dari William. Namun sayang, langkahnya harus berhenti paksa ketika punggungnya membentur sebuah permukaan benda keras. "Mau lari kemana kau gendut." Alfredo menyeringai lalu membalikkan punggung Bobby dengan cepat. Mata Bobby bergerak berkeliling, dia menelan ludah gugup saat menyadari bahwa posisinya sudah di kepung. Keempat lelaki itu benar-benar sudah mengintainya. "Apa... apa... yang kalian inginkan." Bobby berujar dengan sikap berani, meskipun jantungnya seolah berhenti berdetak. William terkekeh pelan, dia melangkah maju