When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Hujan deras turun mengguyur bumi. Menitipkan dingin bersama angin malam yang menggoyang dedaunan kesana kemari. Kilatan petir laksana pedang menghujam jantung menggema tanpa lelah. Semua makhluk meringkuk membungkus diri dengan kehangatan karena dinginnya malam begitu menusuk hingga ke tulang. Sementara itu, dibawah derasnya air mata langit yang menangis Angel berjalan seorang diri. Air matanya kini bercampur dengan tetesan air hujan. Kaki kecilnya tertatih-tatih ketika melangkah. Dia sama sekali tidak punya tujuan hendak kemana. Hingga matanya menangkap sebuah gubuk reot yang tampaknya sudah lama tak di jamah. Mengabaikan rasa sakit di kakinya dia berlari menuju gubuk itu ingin segera meringkuk di bawah atap rapuh itu. Ketika sampai disana, di tengah gelapnya malam Angel duduk dengan b