Ibu Yoshiki melambai padanya karena telah melihat Yoshiki berdiri mematung dengan wajah pucat. Otomatis ibu Mika dan Mika pun berbalik untuk melihat.
Mata Mika langsung membelalak terkejut saat melihat Yoshiki berdiri di sana dan rona merah kembali menghiasi pipinya. Ada rasa bahagia yang langsung menjalar di hatinya.
“Kimura-kun !” seru Mika langsung berdiri dengan senang.
“Mi... Mika...???” gumam Yoshiki benar-benar terkejut.
“Loh ? Kalian sudah saling kenal ya ?” kedua orangtua itu terlihat terkejut karena mereka tidak mengetahui Mika dan Yoshiki telah saling mengenal.
Ekspresi Yoshiki langsung kembali mengeras dan ia tidak menyembunyikan ekspresi ketidaksukaannya. Bahkan kali ini ia terlihat gusar sekali.
“Dia ! Dia gadis yang paling menyebalkan !” ketus Yoshiki hingga membuat Mika dan ibunya terlihat sangat terkejut.
“Yoshiki ! Jaga bicaramu !” sergah ibunya sambil membelalak terkejut juga mendengar anaknya berkata demikian.
Yoshiki langsung menatap ibunya tajam, “Kalau dia yang menjadi tunanganku, maka aku menolak acara pertunangan ini !” Yoshiki tanpa duduk terlebih dahulu langsung berbalik meninggalkan ruangan itu.
Sebelum langkah kakinya keluar dari pintu ruangan itu, suara ibunya terdengar sangat dingin sekali.
“Yoshiki ! duduk.” perintahnya hingga membuat Mika dan ibunya meneguk ludah.
Yoshiki menghentikan langkah kakinya tapi tidak memutar tubuhnya sama sekali.
“Selama ini ibu tidak pernah minta apapun darimu dan membiarkanmu melakukan apapun yang kau suka. Apa sekarang bertunangan saja tidak bisa ?” ibu Yoshiki memandang tajam pada punggung anaknya. Ekspresi wajahnya serius sekali.
Yoshiki terdiam. Memang benar selama ini ibunya membiarkannya berbuat sesuka hatinya. Bahkan saat Yoshiki ingin pindah rumah, ibunya langsung mengizinkan karena menghormati keputusan anaknya. Dengan berat hati, Yoshiki kembali berbalik dan berjalan ke kursi di samping ibunya. Ia duduk dengan wajah masam karena kesal.
Ibu Yoshiki tersenyum kembali pada pihak Mika.
“Ah, mohon maaf kalau tadi Yoshiki tidak sopan. Dia sepertinya malu. Jangan pedulikan ucapannya tadi ya.” ujar beliau sambil mengelus punggung tangan Mika yang memucat.
Ibu Mika hanya mengangguk memaklumi sedangkan Mika tahu kalau Yoshiki memang tidak mau bertunangan dengannya.
“Sepertinya tidak perlu ada acara perkenalan lagi karena keduanya sudah saling mengenal.” ibu Yoshiki tertawa kecil yang dibalas dengan senyuman ibu Mika.
“Iya, tidak kusangka kalau mereka ternyata saling mengenal. Memang kalau jodoh tidak akan kemana-mana.” timpalnya.
Yoshiki dan Mika diam saja. Pria itu membuang muka dan tidak ingin melihat Mika yang duduk di depannya. Sementara Mika menunduk tidak berani melihat Yoshiki sama sekali karena ia tahu Yoshiki tidak menyukainya.
“Nah, karena keduanya sudah saling mengenal, bagaimana kalau kita langsung tukar cincin saja ?” usul ibu Yoshiki dan beliau mengeluarkan kotak beludru merah hati dengan dua cincin di dalamnya. Ia menyorongkan kotak cincin itu di tengah-tengah Yoshiki dan Mika.
Ibu Yoshiki melirik anaknya yang tidak merespon dan ia harus menyenggol lengan Yoshiki untuk bergerak lebih dulu. Tanpa berkata apa-apa, Yoshiki langsung mendelik dan mengambil cincin yang lebih kecil.
“Berikan tanganmu !” ketusnya dengan tidak sabaran hingga membuat Mika tersentak terkejut mendengarnya.
Dengan gemetar, Mika mengulurkan tangannya yang langsung digenggam kasar oleh Yoshiki. Ia langsung menyematkan cincin itu cepat-cepat di jari manis Mika dan melepaskan tangan gadis itu segera.
Sebelum Mika sempat mengambil cincin untuk Yoshiki, lelaki itu lebih dulu mengambilnya dan menyematkannya sendiri.
“Yoshiki ! Apa yang kau lakukan ???” desis ibunya dengan mata membelalak.
“Kenapa, bu ? Bukannya begini lebih cepat ?” Yoshiki tidak mempedulikan tatapan tajam ibunya lagi.
“Nah, sudah ‘kan ? Kalau begitu saya permisi !” Yoshiki langsung beranjak dari kursinya. Ia tidak sanggup berlama-lama duduk di hadapan Mika.
Saat ia berjalan ke arah pintu, ibunya memberikan senyum bersalah pada pihak Mika dan kata-kata berikutnya membuat langkah Yoshiki terhenti kembali.
“Ah, maafkan sikap kekanak-kanakkan Yoshiki ya. Mungkin karena dia belum mengenal Mika makanya jadi seperti ini. Tapi, tenang saja. Sebagai pemahaman untuk kalian berdua, bagaimana kalau Mika tinggal di rumah Yoshiki saja ?” ibu Yoshiki tersenyum pada Mika.
Beliau tahu kalau Yoshiki pasti berhenti setelah ia mengatakan hal itu. Dan memang benar, Yoshiki langsung berbalik dengan wajah sangat terkejut.
“APA ???”
Kali ini ia dan Mika sama-sama terkejut mendengarnya.
“Ya, Mika akan tinggal di rumah Yoshiki. Kalau tidak, bagaimana kalian bisa mengenal satu sama lainnya ? Bibi tidak tahu ada kesalahpahaman apa di antara kalian. Tapi, bukankah dengan begini kalian bisa menjernihkan kesalahpahaman yang terjadi ?” ibu Yoshiki tersenyum dengan tenang.
“Bibi... bibi juga tinggal di sana ‘kan ?” tanya Mika dengan takut-takut. Ia tahu Yoshiki nampaknya akan marah besar mendengar masalah ini.
“Tidak, Mika. Kau tinggal berdua dengan Yoshiki. Dia sudah punya rumah sendiri.” jawab ibu Yoshiki tenang.
“Eehhh ??? Yang benar saja ???” Mika membelalak terkejut.
“Ya, kalau tidak begitu bagaimana kalian bisa mengenal satu sama lainnya ?” kali ini ibu Mika yang bicara. Nampaknya ia sudah merencanakan semua ini dengan ibu Yoshiki.
“Aku meno—” belum sempat Yoshiki menyelesaikan kalimatnya, ibunya langsung memberikan tatapan super tajam hingga Yoshiki terdiam dan hanya bisa menggertakkan giginya dengan geram.
“Umm... maaf bi, tapi rasanya agak aneh jika seorang gadis tinggal bersama lelaki yang bukan suaminya...” kata Mika pelan dan menunduk malu.
“Benar ! Itu benar sekali !!!” sambung Yoshiki yang tiba-tiba membela Mika.
“Kalau yang kau maksudkan adalah kau takut Yoshiki akan berbuat macam-macam padamu, bibi menjamin Yoshiki tidak akan melakukannya karena bibi mengenalnya dengan sangat baik. Dan rasanya tidak masalah jika kalian tinggal bersama, kalian ‘kan sudah bertunangan dan ini akan membuat kalian lebih mengenal satu sama lainnya.” jelas ibu Yoshiki.
Yoshiki benar-benar pasrah karena tidak bisa melawan pada ibunya. Ia hanya bisa mengepalkan tangannya dengan kesal.
“Kalau tidak ada masalah lagi, mungkin hari minggu ini Mika bisa mulai pindah ke rumah Yoshiki.” senyum ibu Yoshiki sambil kembali memegang tangan Mika yang wajahnya berubah pucat pasi.
Gadis itu tahu kalau hidupnya akan seperti berada di neraka karena menyadari Yoshiki sangat membencinya. Sementara Yoshiki mengurut pelipisnya karena pusing mendengar masalah ini. Ia bahkan berpikir, mimpi buruk apa aku semalam sampai bisa sesial ini ???
Makan malam itu bahkan berlalu dengan sangat cepat. Mika tetap saja tidak bisa menegakkan kepalanya untuk melihat Yoshiki karena ia tahu lelaki itu sangat marah mendengar keputusan orangtua mereka. Yoshiki sibuk menusuk dagingnya dengan kasar karena emosinya membuatnya ingin berteriak marah.
Yoshiki merasa Tuhan seperti sedang mempermainkannya. Ia baru saja berusaha mengubur apapun tentang Mika tapi ia kembali dipertemukan dengan gadis itu dan harus tinggal satu atap dengannya.