Setelah insiden yang terjadi di aula ketika Rayoen menyelamatkannya, Lucia lalu kembali ke kamar dan melihat Rayoen sedang berdiri menatap pemandangan di luar sana dengan kedua tangan ia masukkan di kedua saku celananya. Mengapa makin hari, Rayoen terlihat sangat keran dan tampan. Lucia lalu berdehem. Namun, tak di pedulikan Rayoen. Lucia kembali berdeham, namun lagi-lagi tak diperdulikan Rayoen, apa sih yang terjadi pada lelaki itu, mengapa selalu saja melakukan sesuatu yang diluar dugaan, dan tiba-tiba berubah lagi dalam sekejap. Hal itu membuat Lucia makin bingung saja. "Terima kasih, ya?" ucap Lucia. Bukankah tetap harus mengucapkan terima kasih? "Hem, jawab Rayoen. "Aku juga minta maaf." Rayoen berbalik dan menatap Lucia yang sedang menundukkan kepala. "Minta maaf untuk apa?" "