Bab 4. Rindu Desahanmu

1401 Words
“Enggak apa-apa. Jadi … dia adik kamu?” Pertanyaan itu memang untuk Ratu. Hanya saja, tatapan mata yang penuh dengan kelicikan dari Abian jelas tertuju kepada Rhea. Rhea jelas menangkap adanya hal lain dibalik tatapan yang Abian tunjukkan. “Iya, dia adik aku. Biasanya enggak pernah di rumah dia. Tumben aja hari ini dia di rumah." Ratu ganti beralih ke Rhea. "Rhea, sini kenalan dulu sama Mas Abian!” perintah Ratu sambil mengayunkan tangan ke Rhea sambil tersenyum tipis. Ratu mendadak berubah menjadi lemah lembut di depan Abian. Begitu pula dengan kedua orang tuanya yang berlagak menjadi sosok pendiam. Sangat berbeda dengan keseharian mereka yang selalu cuek dan tak peduli kepada Rhea. “Oh … jadi mereka berlagak baik kepadaku karena ada pria brengs*k ini? Mereka hanya tidak tahu pria seperti apa Abian itu? Mereka pasti menyesal sudah susah payah bertingkah baik di depan pria brengs*k ini.” Rhea tersenyum saat membayangkan bagaimana jika keluarganya tahu kebeja*ttan Abian yang sebenarnya. "Sini! Malah senyam-senyum," ucap Ratu lagi memerintahkan Rhea. Rhea lantas duduk di sebelah Ratu. Ia jadi punya ide untuk membalas perbuatan Abian. “Jadi … calon suami Kak Ratu adalah Pak Abian?” Dengan santainya Rhea berucap sambil mengambil piring yang langsung diisinya dengan nasi dan lauk pauk. “Padahal hampir saja aku jadi karyawannya tadi pagi.” Kedua orang tua Rhea dan juga Ratu langsung menoleh tajam ke arah Rhea. “Hampi jadi karyawan?” tanya Ratu yang tidak bisa menahan rasa penasarannya. “Kamu ngelamar kerja di tempatnya Mas Abian?” Rhea mengangguk, menyuapkan satu sendok penuh ke mulutnya tanpa merasa bersalah. Ya, kali ini ia ingin membalik keadaan. Ia tidak mau terlihat lemah di depan Abian setelah pria itu terang-terangan melemparkan senyuman licik kepadanya. “Bener itu, Sayang?” Ratu ganti beralih ke Abian, menuntut jawaban dari pria yang dicintainya itu. “Iya … tadi pagi dia memang interview. Aku juga baru tahu sekarang kalau dia itu adik kamu, Sayang.” “Lalu Rhea gak diterima kerja di kantor kamu, Sayang?” Tentu saja Ratu mempertanyakan maksud ucapan Rhea yang mengatakan hampir menjadi karyawan Abian. “Ah, kalau malasah itu … “ Abian bingung harus menjawab apa dan memikirkan jawaban yang tepat. Namun, tiba-tiba Rhea menyela, “Keterima, dong! Nilai tesku yang terbaik, malah. Tapi … aku yang gak mau kerja di sana.” “Kenapa Rhea? Bukannya bagus bisa kerja di tempat calon kakak ipar kamu?” Kali ini suara itu berasal dari Diana-mamanya. Rhea tahu, pikiran mamanya hanya uang dan wanita paruh baya itu hanya memikirkan kerugian jika Rhea menolak kesempatan emas ini. Rhea kembali menjawab dengan santai. “Karena aku tahu Pak Abian itu suka memesan ….” Abian langsung tersedak hingga terbatuk saat mendengar ucapan menggantung Rhea. “Kamu kenapa? Kamu enggak apa-apa, Sayang?” Ratu langsung memberi Abian segelas air minum. Sama halnya dengan Ratu, kedua orang tua Rhea juga langsung panik saat Abian tersedak. “Kamu enggak apa-apa, Nak Abian?” Rhea langsung tersenyum puas melihat sikap Abian yang terlihat salah tingkah. Ia masih punya keinginan untuk membalasnya dan akan melanjutkan aksinya. Namun, sebelum itu terlaksana, Haris-papanya Rhea lebih dulu mempertanyakan, “Kenapa kamu menolak tawaran sebagus itu, Rhea?" Ya, benar. Kenapa Rhea bisa menolak tawaran kerja meski tahu Pratama Group adalah sebuah perusahaan besar? Tentu saja jawabanya karena ia tidak mau bertemu setiap hari dengan Abian. Apalagi malam itu seolah masih terus menghantuinya. “Iya … Rhea juga pengen banget kerja di sana. Tapi-“ “Kamu sungkan kalau aku jadi atasan kamu?” potong Abian tiba-tiba yang membuat Rhea tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Pria itu rupanya menyadari maksud Rhea dan berusaha membalik keadaan. “Apa kamu kurang suka dengan gaji yang aku tawarkan sebelumnya? Apa gaji 10 juta masih kurang?” “Apa?! 10 juta?” Diana langsung melotot terkejut. Tatapannya beralih ke Rhea dengan mata yang berbinar. “Jangan sia-siakan kesempatan ini, Rhea. Calon kakak ipar kamu sudah sangat baik.” Bukan hanya mamanya Rhea, kakak dan juga papanya turut memberi wejangan yang membuat Rhea hanya menaikkan sudut bibirnya. Ia sempat melirik ke arah Abian yang ternyata telah tersenyum penuh kemenangan. Ya, usaha Rhea untuk membalas Abian ternyata gagal. Semua keluarganya hanya terfokus pada gaji besar yang disebutkan Abian tanpa menghiraukan ucapan Rhea perihal Abian suka memesan sesuatu. Tak ada yang bisa Rhea lakukan selain tersenyum getir. Nafsu makannya mendadak hilang karena semua keluarganya terus mendesak Rhea agar bekerja di kantor Abian. Bahkan sepanjang makan malam, kedua orang tua Rhea terus membahas hal itu. Kini, semua orang telah berpindah ke ruang tamu, untuk membicarakan hal yang lebih santai. Menyisakan Rhea sendiri di meja makan yang harus membereskan semua bekas perlengkapan makan. Dia mendengkus kesal sambil mengambil piring kotor di atas meja. “Merasa jadi pembantu kalau lama-lama kayak gini,” gerutu Rhea kesal. Meski kesal, tidak ada pilihan baginya. Jika ia protes, mamanya pasti akan berdalih, “Kamu kan lagi enggak ngapa-ngapain? Bantu mama cuci piring.” Rhea menggosok kuat piring dengan spon pencuci piring di bak cuci. Ia melampiaskan kekesalannya lewat spon itu meski tahu jika tidak akan mengurangi rasa kesalnya. Sebenarnya ia tidak mempermasalahkan masalah siapa yang mencuci piring. Namun, ia kesal karena satu hal. “Kenapa harus dia, sih, yang jadi CEO Pratama Group? Aku jadi kehilangan kesempatan yang sudah aku tunggu-tunggu sejak lama.” Rhea terus menggerutu, memaki Abian di sela-sela aktifitasnya. Lalu, saat ia menyelesaikan mencuci piring dan berbalik, pria yang dari tadi menjadi bahan pembicaraannya ternyata sudah berada di hadapannya sambil bersedekap menatapnya. “Oh … jadi semua ini sudah menjadi rencana kamu?” Abian menatap Rhea dengan tatapan penuh curiga. “Kamu sudah lama ingin bekerja di kantorku dan sengaja menjebakku malam itu, kan?” Kali ini Rhea tidak takut. Ia merasa punya kuasa karena sedang berada di rumahnya sendiri. Ia ganti menantang Abian dan mengatakan, “Gini, yah, calon suami kakakku yang terhormat …. Semua tuduhan Anda itu tidak benar. Seharusnya aku yang tanya ke Anda kenapa membiarkan aku masuk ke kamarmu meski tahu aku bukan wanita yang kamu pesan?” “Hei! Jelas-jelas kamu yang menggodaku lebih dulu. Kamu terang-terangan melepaskan bajumu di depan mataku-” Mendengar pengakuan Abian, pipi Rhea langsung memerah. Ia langsung membekap mulut Abian agar laki-laki itu berhenti berbicara. Abian memang langsung berhenti berbicara. Hanya saja, sentuhan tangan Rhea seperti memberinya sebuah aliran listrik yang membuatnya merasakan getaran dalam dirinya. Rasanya seperti dejavu. Ingatannya tentang tubuh Rhea malam itu tiba-tiba terlintas begitu saja. Rhea buru-buru melepas tangannya dari mulut Abian. “Jangan berbicara tentang malam itu lagi atau aku akan bilang ke kak Ratu bagaimana bej*dnya kamu. Mengerti?” Rhea lantas pergi menjauhi Abian. Baru saja Rhea berjalan beberapa langkah menjauhi Abian di sana. Namun, ucapan Abian setelahnya berhasil menghentikan langkahnya. “Kamu yakin mereka percaya dengan ucapanmu? Dari interaksi yang terjadi antara kamu dan keluargamu, sepertinya mereka lebih percaya ucapanku dari pada ucapanmu?” Ya, Abian ternyata sudah tahu kelemahan Rhea tentang keluarganya yang tidak pernah menganggapnya, melalui informasi yang disampaikan asisten pribadinya. Ia berniat menggunakan kelemahan Rhea untuk mengancamnya. Melihat reaksi Rhea yang berhenti, membuat senyum Abian seketika mengembang karena menyadari Rhea mulai terprovokasi ucapannya. “Aku bisa bilang ke mereka kalau kamu yang lebih dulu menggodaku dan sengaja masuk ke kamarku. Aku bahkan sudah punya rekaman CCTV pihak hotel saat kamu menggedor-gedor pintu kamarku. Bukankah mereka akan lebih percaya kepadaku?” Mendengar hal itu, amarah Rhea langsung naik ke ubun-ubun. Dia berbalik dan berjalan cepat ke arah Abian dan hendak menampar pria itu. “Kurang ajar!” Namun, pergelangan tangan Rhea lebih dulu ditangkap Abian hingga tamparannya tak tepat sasaran. Abian malah menarik pergelangan tangan Rhea ke arahnya hingga jarak Rhea dan Abian hanya sejengkal. “Dengerin! Wanita sok jual mahal! Aku tahu kamu diremehkan oleh keluargamu. Aku juga tahu kamu memimpikan bekerja di kantorku untuk pembuktian kepada keluargamu. Maka dari itu, datanglah ke kantorku besok untuk menghiburku. Atau … aku akan membuat hidupmu lebih sengsara.” “Dasar breng--“ Abian langsung menutup mulut Rhea dengan tangan satunya sebelum Rhea menyelesaikan ucapannya. “Sstt … aku rindu dengan desahanmu, Rhea,” bisik Abian kepada Rhea yang membuat Rhea semakin marah dan spontan menggigit tangan Abian yang membuat pria itu langsung melepaskan Rhea. “Laki-laki brengs*k! Sana, pergi!” Rhea memukuli Abian tanpa ampun sambil terus mengumpatinya. Lalu, kedatangan Ratu yang tiba-tiba di sana, membuat Rhea seketika menghentikan aksinya. “Rhea! Apa-apan sih, kamu? Kenapa kamu mukulin Mas Abian kayak gitu?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD