“Kak Juni, dicariin sama Bang Saka.” Baru saja aku memasuki tenda medis, celetukan Ayudia membuatku harus mengernyitkan alisku keheranan. Mau ngapain Saka pagi-pagi mencariku? Setelah obrolan panjang beberapa waktu yang lalu, suasana hatiku semakin memburuk meskipun aku berusaha keras untuk bersikap baik di hadapannya, seolah dia sama seperti orang lain disekelilingku. Tidak peduli wajahnya yang cemberut karena cemburu aku mengabaikannya seolah dia sama seperti Fabian maupun Bang Yoga. Biar tahu rasa dia rasanya diabaikan. “Mau ngapain, sih?” Tanyaku sembari menyisir rambutku yang kini mulai mengering usai aku mandi. Sebisa mungkin aku menghindari waktu bersama dengannya namun saat Saka mencariku sampai menitipkan pesan ke Ayudia, sudah pasti aku tidak bisa mengabaikannya. Dokter Ayudi