Chapter 4

1427 Words
Jam pelajaran pun telah berakhir, kini Sabrina tengah menuju halte bus dekat kampusnya, karena Aleta pamit pulang lebih dulu, dia harus menjemput adiknya di bandara yang baru saja pulang dari liburannya. "Naik!!." Perintah seseorang yang kini menghentikan mobilnya didepan halte Bis lebih tepatnya di hadapan Sabrina berdiri. "Ta-Tapi kak, apa gak ngerepotin ?," Tanya Sabrina yang melihat siapa pria yang kini memerintahkannya memasuki mobilnya. "Masuk sendiri atau gue yang memaksamu masuk!!," Perintah Pria itu yg tak lain adalah Angga. "Ba-Baik Kak aku masuk sendiri, ta-tapi apa Kak Angga kerepotan?," Tanya Sabrina lagi yang kini masih berdiri didepan pintu mobil Angga. "Kalau ngerepotin gue gak bakalan nyamperin loe, banyak tanya loe, udah ayo masuk Sabrina sebelum gue marah," Ucap Angga dengan menekan setiap kata-katanya membuat Sabrina langsung masuk karena melihat Aura Angga yang tidak bersahabat, setelah Sabrina masuk Angga pun langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. "Kak jangan ngebut-ngebut, a-Aku takut," Cicit Sabrina terlihat ketakutan. Melihat Sabrina yang gemetar karena ketakutan, membuat Angga menyunggingkan senyumnya merasa senang karena itu lah yang Angga inginkan, menyiksa Sabrina agar perempuan itu jengah dengannya. "Ki-Kita ma-mau kemana Kak ?," Tanya Sabrina yang menyadari kalau Angga bukan membawa kearah rumahnya padahal Sabrina sudah memberi tahu jalan arah kerumahnya, Namun Angga tidak menghiraukan pertanyaan Sabrina dia terlihat lebih fokus pada jalanan. Sementara itu Sarah sedang khawatir dengan putrinya yang tak kunjung pulang, dia juga sudah bertanya pada sahabat putrinya yaitu Aleta namun dia tidak tahu keberadaan Sabrina karena tadi dia pulang terlebih dahulu, sudah beberapa kali Sarah menghubungi nomor ponsel Putrinya namun tidak ada tanggapan dari Sabrina membuat Sarah semakin khawatir saja dengan putrinya itu. "Ya Tuhan kemana kamu Nak, sudah jam 9 malam kok belum pulang juga, membuat Bunda khawatir saja," Ucap Sarah, Sarah pun tidak berhenti mondar mandir diruang tamu sambil sesekali duduk dan melihat ponselnya namun tidak ada satupun balasan pesan dari Sabrina, membuat Sarah semakin khawatir pada putri semata wayangnya itu. ********** Sedangkan di tempat lain, tepatnya di sebuah Villa di bogor, Angga memarkirkan mobilnya diarea halaman Villa, kini Angga pun membuka pintu mobilnya dan melirik kearah Sabrina. "Turun .. !!," Perintah Angga yang kini sudah berdiri disamping pintu mobil menatap Sabrina yg tak kunjung turun. "Gue bilang turun Sabrina Queensa, apa loe tuli hah !!," Bentak Angga yang membuat Sabrina ketakutan lalu dengan cepat dia turun dari mobil Angga. "Ki-kita dimana Kak Angga ?," Tanya Sabrina yg ketakutan kini sekitar Villa yang sebenarnya terlihat indah karena banyak tanaman hias seperti bunga dan beberapa pohon mangga juga rambutan yang terawat di sekitaran Taman vila itu, tapi karena yang memberikan aura yang menakutkan membuat Sabrina ketakutan ditambah hari sudah berganti malam. "Ya Tuhan kalau aku tahu akan dibawa pulang seperti ini oleh Kak Angga tadi mendingan, aku pulang naik taxsi aja, angkot atau bus kalau ada, ini bunda pasti khawatir karena udah malem aku belum pulang kerumah," Batin Sabrina yg masih mematung didekat mobil Angga . "Apa kau masih mau berdiri disitu Sabrina," Teriak Angga yg sudah berada di dekat pintu masuk ke Villa, mendengar teriakan Angga, Sabrina pun berlari kecil untuk menghampiri Angga meski masih Ragu dan takut. Kini Angga dan Sabrina tengah duduk diruang tamu, namun ruangan itu tampak terang, dan Angga nampak sibuk dengan ponselnya, semetara Sabrina memperhatikan Angga yang terlihat cuek padanya. "Iiih ngeselin, ngapain coba bawa aku kesini kalau cuma buat dicuekin" gumam Sabrina yg kini terlihat kesal pada Cowok tampan yang ada dihadapannya itu. "Jangan natap gue kayak gitu, gue gak suka kalau ada yang natap gue kayak gitu," Ucap Angga namun masih fokus pada ponselnya, membuat Sabrina gelagapan karena tercyduk memandang wajah pria yg dicintainya itu. "Eng-enggak kok Kak, Kak Angga, Bina mau tanya boleh?, ”Ucap Sabrina bertanya dengan takut-takut. "Nggak." Jawaban Angga membuat Sabrina mengerucutkan bibirnya karena kesal, tapi Sabrina tidak peduli dia tetap bertanya, meski nantinya Angga tidak merespon sekali pun. "Kak Angga ngajak aku kesini untuk apa ?, aku takut nanti Bunda khawatir dan marah kalau aku pulang malam Kak," Ucap Sabrina dengan menundukkan kepalanya karena takut Angga marah padanya. "Terus apa urusan nya sama gue ?, itu urusan loe lah," Jawab Angga tidak peduli. "Kalau gitu boleh pinjam ponsel Kakak gak?, ponselku lowbat buat kasih kabar ke Bunda Kak, biar Bunda gak khawatir," Ucap Sabrina ragu-ragu. "Hemm .." "Ma-Makasih Kak," Sabrina pun langsung mengambil ponsel Angga dan mengetik nomor ponsel Bundanya. Setelah diangkat Sabrina pun memberi tahu kalau dia baik-baik saja dan mungkin akan pulang telat. "Loe bisa membantu gue gak Bin?" Tanya Angga sambil menatap Sabrina. "Ba-bantuin apa Kak?," Tanya balik Sabrina yang terlihat gugup karena ditatap oleh Angga. "Gue mau loe bantuin gue buat deketin temen loe Aleta Bisakan." "Uhuk .. Uhuk .." Sabrina tersedak oleh ludahnya sendiri saat mendengar ucapan Angga. "Ta-Tapi bu-bukannya Kak Angga dan Bina udah pacaran." Sabrina menjawab dengan hatinya yang mendadak sakit dan dadanya terasa sesak. "Boongan kita pacaran boongan Bin, gue cuma mau deketin sahabat loe, dengan cara dan alesan kita pacaran agar gue bisa deket-deket juga sama dia, loe bisa bantu gue kan?, kalau gak bisa, jangan harap loe bisa deket lagi sama gue, loe dengerkan. " Tanpa rasa bersalah Angga duduk santai dan mengambil ponselnya yang masih dipegang oleh Sabrina. Dan ucapan Angga sukses membuat hati Sabrina seakan hancur berantakan, karena dengan teganya Pria yang dia cintai mengatakkan kalau dia meminta bantuannya untuk mendekati wanita lain, dan itu Aleta sahabatnya sendiri. "Gimana?, oe mau kan bantuin gue, gue tau loe suka sama gue?, dan gue akan memberikan waktu gue seminggu untuk buat loe seneng tapi setelah itu, loe harus bantuin gue deketin Aleta, gimana? " Ka-kak Angga serius dengn ucapan Kakak? " "Banget, dia tuh tipe gue banget, orangnya ceria, pemberani cewek, jutek dan otaknya juga lumayan dan satu lagi dia gak centil dan pecicilan, Aleta .." Tiba-tiba Angga tersenyum, setelah menyebutkan nama Aleta. "Ya Tuhan, kenapa harus seperti ini, haruskah aku membantu dia, pria yang aku cintai, Tapi aku ingin dekat dengannya, baiklah demi kebahagiaannya aku akan membantunya, mungkin memang takdirnya bersama Aleta bukan aku hiks..hiks ..," Ucap Batin Sabrina menangis . "Ba-Baiklah ka aku akan membantu kakak untuk menghidupkan Aleta, tapi setelah Kakak mendapatkan Aleta bahagiain dia Kak, jangan pernah sakiti dia, dan kakak juga harus menepati janji Kakak untuk bersamaku selama satu minggu, dan aku mohon antarkan aku pulang Kak, Bunda tadi sangat khawatir dan menanyakan aku dimana, "Ucap Sabrina dengan susah payah sambil menahan air matanya yang seakan ingin tumpah. "Gue janji bakalan bahagiain dia, jadi loe jangan khawatir." Setelah mengucapkan itu Angga pun mengangguk dan mengajak Sabrina untuk diantarkan pulang malam itu juga. ********** "Loe serius kan mau bantuin gue Bin ?, loe gak bohongkan". Sabrina pun mengangguk dengan menahan air matanya, dan setelah itu Sabrina keluar dari mobil Angga karena memang sudah sampai dihalaman rumah Sabrina, tanpa menawarkan untuk mampir Sabrina pun langsung masuk kerumahnya karena tidak tahan ingin menangis. Setelah Sabrina masuk kerumahnya, Angga pun pergi meninggalkan rumah Sabrina, sementara itu Sabrina kini langsung masuk ke kamar dan menangis sejadi-jadinya, dia pun melempar tasnya ke sofa dan buka sepatunya di sembarang tempat, setelah itu dia langsung menjatuhkan diri nya diranjang yang empuk dengan Isak tangisnya, dia pun menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. "Kenapa Kak?, kenapa harus Aleta sahabatku yang Kak Angga inginkan, kenapa bukan aku saja hiks .. hiks, haruskah aku mengalah dan membantu sahabatku sendiri kenapa kau sangat tega padaku, kau tega mempermainkan perasaanku, empat tahun aku menunggu Kak, menanti kau menrima ku, tapi apa yang kudapatkan hanya kekecewaan dan selalu kecewaan yang kudapatkan, aku benci diriku sendiri Arrrggghhh aku benci hiks..hiks .. "Teriak Sabrina dalam isak tangisnya. “Astaga Bina sayang ada apa Nak?” Seru Sarah yg lari tergopoh-gopoh kekamar Sabrina, setelah mendengar teriakan dari kamar putrinya "Bunda Bina gak sanggup Bunda Hiks .. Hiks .." Sabrina langsung bangun dan menjalankan sang Bunda setelah menyadari kehadiran Bundanya yg kini tengah duduk di tepi ranjang. "Tidak sanggup apa Nak? ,, Bunda gak ngerti, kamu ini udah pulang malem, terus pulang-pulang langsung teriak sambil nangis kayak gini ada apa Bina ?, cerita sama Bunda sayang kalau ada masalah jangan seperti ini, bikin bunda khawatir," Ucap Sarah yang merasa khawatir pada putri semata-mata wayangnya. "Gak ada apa-apa Bunda, Bina pasti bisa melewati semuanya, nanti kalau Bina udah gak kuat melawati semua ini, pasti Bina cerita sama Bunda kok, tapi untuk saat ini Bina belum bisa cerita sama Bunda, do'akan Bina ya Bun agar putri bunda ini kuat mengahadapi semuanya, "Ucap Sabrina sambil menghapus air matanya dengan kasar, membuat Sarah bingung dengan tingkah putrinya, yg tiba-tiba menangis histeris. "Sebenarnya ada apa dengan putriku ini, apa yang sebenarnya terjadi padanya," Batin Sarah, yg Benar-benar kebingungan dengan sikap putrinya itu, yang khawatir dan penasaran dengan masalah yang dihadapi utrinnya saat ini. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD