Bram terlihat tertawa dan dia mengeluarkan pistol dari dalam bajunya. Yoselin panik, begitu juga keempat anak yang melihat kilas balik kejadian ini. Bram mengacungkan pistol itu ke arah ibu dari Yoselin. “Bram, aku mohon. Jangan giila kamu, ingat dia sampai saat masih menjadi ibu mertua kamu. Jika kamu menyayangiku, pastinya kamu mau menerima keputusanku. Jangan ambil tindakan boodoh, Bram.” Yoselin mengisyratkan dengan tangannya untuk menghentikan Bram yang sudah kehilangan akal sehhatnya. “Kenapa? Masih kekeh dengan pendirianmu untuk meninggalkanku. Aku atau kamu yang egois, hah? Mau mengorbankan nyawa ibumu demi kebahagiaan diri sendiri, demi keinginanan dirinya sendiri.” Bram hanya menyeringai. Yoselin saat ini di hadapkan dengan pilihan yang sulit. Jika dia kekeh dengan keinginannya