Setelah kejadian itu, ikhtiar untuk sembuh selalu dilakukan dengan bantuan pak kyai dengan melakukan hal yang sama. Bukan hanya itu saja, setelah Dinar sudah terlihat membaik, mereka seeluarga melakukan ada diri mereka sendiri juga dan terutama untuk Dinar.
"Alhamdulillah, Dinar sekarang insyaallah sudah terlepas dari gangguan jin yang membawa ilmu pelet itu. Bukan hanya Dinar tugasnya untuk saat ini, tetapi semua yang ada di dalam rumah ini. Ruqyah diri kalian dan itu semua akan menjadi benteng untuk jin tidak masuk dalam diri kalian lagi. Perkuat benteng itu, semua itu datang dari diri kalian sendiri. Saya hanya perantara saja, sesungguhnya usaha kalian dan ijabah dari Allah yang mengizinkan kalian untuk melakukan ini," ujar Pak kyai.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan, Pak?" tanya ibunya Dinar.
"Setiap Muslim sebaiknya mengetahui cara meruqyah diri sendiri dan orang lain sesuai sunnah, agar tidak menyimpang dari syariah. Berikut cara meruqyah diri sendiri dan orang lain dari gangguan jin sesuai Islam, yang pertama mengawali dengan sholat taubat atau sholat hajat, masing-masing dua rakaat. Kedua baca ayat Alquran dengan niat meruqyah diri sendiri dan orang lain dari gangguan jin. Ada beberapa ayat suci Alquran yang sering dibaca saat meruqyah diri sendiri dan orang lain dari gangguan jin. Di antaranya adalah Surat alFatihah, Ayat Kursi (Surat al-Baqarah 255), Surat alIkhlas, Surat alFalaq dan Surat anNaas." Pak Kyai mencoba menjelaskan dengan detail. Sedangkan Dinar memilih untuk mencatatnya agar tak melupakannya.
"Saat melakukan itu, lebih baik juga kalian siapkan air mineral atau untuk perantara masuk ke dalam tubuh. Caranya seperti ini, baca ayat-ayat suci Alquran yang sudah saya sebutkan tadi lalu usapkan tangan ke seluruh tubuh setelah ditiupkan ketelapak tangan kalian dengan ayat Alquran di tadi. Jikq air mineral yang saya maksud tetap baca ayat-ayah itu terlebih dahulu, lalu tiupkan ke air yang sudah disipakan, kemudian minum atau meminumkan air yang sudah ditiupkan menggunakan ayat suci Alwuran itu." Pak kyai mengatakan itu secara perlahan dan bahkan mengulangi dengan perkataan yang tegas agar yang berada di rumah ini paham akan hal itu.
"Bukan hal itu saja, yang terpenting menanamkan sikap tawakkal dengan menjauhi larangan Allah dan menjalankan perintahNya dengan sungguh-sungguh. Ruqyah tujuannya bukan untuk orang yang terkena gangguan jin saja tetapi untuk orang yang sakit juga bisa. Untuk meruqyah anggota tubuh yang sakit, letakkan tangan di atas anggota tubuh yang sakit. Baca Bismillah sebanyak tiga kali. Lanjutkan dengan membaca doa yang diajarkan Rasulullah SAW berikut sebanyak tujuh kali:
AUUDZU BI IZZATILLAHI WA QUDRATIHI MIN SYARRI MAA AJIDU WA UHAADZIRU
Artinya: "Aku berlindung dengan keperkasaan Allah dan kekuasaan-Nya, dari kejelekan yang aku rasakan dan yang aku khawatirkan.”
Cara meruqyah diri sendiri ini terdapat dalam hadis Muslim dan Ibnu Hibban yang berbunyi:
Dari Utsman bin Abil Ash radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau mengadukan rasa sakit di badannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhnya, “ Letakkanlah tanganmu di atas tempat yang sakit dari tubuhmu,” lalu beliau ajarkan doa di atas. (HR. Muslim 5867 dan Ibnu Hibban 2964)."
Pak kyai menjelaskan panjang lebar demi kebaikan keluarga Dinar. Apalagi mengingat Dita yang sedang hamil tua dan rentan diganggu hal gaib dan sebagainya. Rasa iba dan kepedulian Pak kyai juga yang mengantarkan rasa ingin membantu menjauhkan diri mereka dari godaan setan dan jin.
"Saya ajarkan semua ruqyah, ya. Mengingat Ada Keyra yang masih kecilah hitungannya sebab belum baligh dan Dita yang sedang mengandung. Ruqyah ada banyak macam kegunaannya, antaranya ruqyah sebelum tidur caranya gabungkan dua telapak tangan, lalu dibacakan surat alIkhlas, alfalaq dan anNaas, lalu tiupkan ke kedua telapak tangan. Usapkan juga kedua telapak tangan itu ke seluruh tubuh yang bisa dijangkau. Dimulai dari kepala, wajah dan tubuh bagian depan, diulang sampai tiga kali. Cara meruqyah diri sendiri dari gangguan jin ini berdasarkan Aisyah radhiyallahu anha, yang menceritakan kebiasaan Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebelum tidur. (HR. Bukhari 5017 dan Muslim 2192).
Ruqyah ketika terluk ambil ludah di ujung jari, kemudian letakkan di tanah, selanjutnya letakkan campuran ludah dan tanah ini di bagian yang luka, sambil membaca doa berikut:
BISMILLAH, TURBATU ARDHINAA BI RIIQATI BA’DHINAA, YUSYFAA SAQIMUNA BI IDZNI RABBINAA
Artinya: " Dengan nama Allah, debu tanah kami dengan ludah setengah dari kami, semoga disembuhkan orang sakit ini dengan izin Allah.” (HR. Bukhari 5745 & Muslim 5848)." Pak Kyai berhenti sejenak.
"Semua yang saya katakan diusahakan dilakukan, lagi-lagi kembali dalam diri kalian. Berniatlah untuk menjauhkan diri dari gangguan jin dan setan, yang pastinya pasrahkan semua yang Maha Kuasa. Kita minta ijabahnya, kita minta dikabulkan niatan kita berlindung kepadanya. Jaga diri kalian, ucapan dan perbuatan kalian juga termasuk menjauhkan diri dari perbuatan tercela. Kita nggak pernah tahu isi hati orang, ada yang cuek akan sedikit perkataan kita yang kurang mengenakkan dan mungkinada juga yang dangkal sehingga memilih menggunakan ilmu magic atau sihir untuk membalas rasa sakitnya," ujar pak kyai lagi.
"Dinar tuh, kalau bicara mulai dari sekarang dikendalikan. Jangan asal ceplas-ceplos, pikir orang lain bakal sakit hati afau enggak. Kamu sudah dewasa, Dek. Pasti bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Jika kamu merasa tak suka terhadap seseora g, bilang yang baik jangan langsung menolak siapa phn itu secara mentah-mentah," nasihat Dita.
"Iya, Kak. Maaf, aku janji akan berubah, kok," jawab Dinar.
"Janji jangan pada orang lain, sebab mulut bisa saja menghianati. Berjanjilah pada diri sendiri dan munculkan janjimu itu dalam lubuk hati terdalam. Lakukanlah, tanpa orang lain tahu atas perjanjian dalam diri kamu sendiri. Tunjukan dan buktikan jika dirimu lebih baik dari pada sebelumnya," sahut Ibu Dinar.
Dinar sontak merengkuh tubuh ibunya dengan erat. Dia tahu, selama ini dia yang paling susah kala dinasehati. Dia yang paling acuh dengan perkataan orang lain. Dinar merasa bersalah saat itu.
"Mama, Ayah dan Kak Andre, Kak Dita. Maafkan aku, jika aku selama ini sering buat kalian marah, buat kalian kesal sebab aku paling susah dinasehati." Dinar menitikkan air matanya.
"Iya, Nak. Kita berusaha bareng-bareng, ya. Perlahan untuk berubah pasti tak akan terasa berat, tetapi jika kamu menginginkan semua saat ini terlakukan olehmu, itu malah jatuhnya menjadi beban dalam hatimu," jawab ayahnya
"Iya, Yah," jawab Dinar.
"kalau begitu, saya pamit pulang dulu, ya. Terima kasih sudah mempercayakan saya untuk membantu. Semoga usaha kalian tak pernah sia-sia, ya,"ujar Pak kyai sembari berpamitan.
"Iya, Pak. Mari saya antarkan," ujar Andre.
Pak Kyai pun beranjak dari tempat duduknya, begitu juga dengn mereka yang berada di sini. Mereka mengantarkan hingga teras rumah, sedangkan Andre mengantarkan pak kyai hingga rumahnya.
Setelah Pak kyai dan Andre meninggalkan rumah, mereka bergegas masuk ke dalam rumah. Keyra duduk bersebelahan dengan Dinar, sedangkan Dita satu sofa dengan ibunya.
"Gimana cara menghindar dari si Alva? Walaupun sudah ku blokir semua sosial media dan nomornya, masih ada kemungkinan dia ngintai aku nggak sih?" tanya Dinar.
"kemungkinan masih ada, tapi kembali lagi kita hanya bisa berusaha menghindar dan selalu meminta perlindungan," jawab ibunya.
"kembali ke kamu, Din. Perkuat imanmu, jangan lupakan sholatmu otomatis dirimu sendiri akan munculkan benteng itu. Kita ini nggak bisa apa-apa. Kasarannya bilang gini, jaga sendiri aja nggak bisa kok mikir jaga orang lain. Paham kan, Dek?" tanya Dita.
"Iya, Kak. Makasih atas kesabaran kalian berdua yang beberapa hari mau bantu aku," ujar Dinar.
"Aneh, kamu. Kami keluargamu, mau nggak mau ya harus kami yang suport kamu. Makanya kalau diberitahu jangan bebal tuh," cerca.
Keyra yang sebelumnya asik menggambar, tiba-tiba menatap ke arah langit-langit rumahnya. Tetapi tindakan dia tak ada orang lain yang menyadarinya. Mereka yang asik bicara, tiba-tiba diberhentikan oleh Keyra.
"Stop!" teriak Keyra.
Sontak mama dan neneknya menatap ke arahnya.
"Kenapa, Ra?" tanya Dita.
"Ma, nggak usah nunggu besok-besok. Om Alva bakal buat ulah lagi, deh. Bentar, aku lihat dia mau lakuin sesuatu," jawab Keyra.
"Maksudnya gimana sih, Ra?" sahut Dinar
Keyra tampak masih menatap ke arah langit-langit rumahnya. Sekelebat dalam otaknya terlihat Alva sedang membawa foto keluarga mereka dan ada beberapa bunga serta peralatan yang lain, diantaranya adalah kain kafan.
"Ada kain kafan dan foto kita, Tante," jawab Keyra yang tentu saja membuat keluarganya tak paham.
"sumpah, Ra. Mama nggak paham dengan maksud kamu," sahut mamanya.
Sedangkan Nenek Keyra hanya dia seperti memikirkan sesuatu. "Kain kafan sama foto kita? Maksudnya apa, ya?"
"Jangan-jangan dia ganti masu santet kita sekeluarga," ujar Dinar dengan wajah yang gerlihat panik.
"Nah, itu yang aku maksud, Tante. Pinter juga Tante ternyata, tumben," ejek Dinar di tengah kepanikan yang lain.
"Gila, memang si Alva itu. Maunya apa, sih? Telepon Papamu suruh dia cepat pulang." Dita meminta Keyra mengambil ponselnya agar dia menelepon papanya.
Keyra beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamar orang tuanya. Lagi-lagi dalam otaknya sekelebat bayangan Alva kembali hadir. Saat ini, terlihat Alva melihat foto Dinar dan dia tertawa terbahak-bahak.
"Eh, baru kali ini aku takut sama penglihatanku sendiri. Pasien rumah sakit jiwa apa, ta?" gumam Keyra kala membawa ponsel mamanya.
"Heh, Rara. Malah ngomong sendiri, buruan sini," tegur Dinar.
"Emely, Sisca!" teriak Keyra saat dia berjalan menghampiri keluarganya.
"Rara, apa-apaan, sih?" tegur mamanya.
Bayangan Alva semakin terlihat jelas apa yang dilakukannya.
"Emely, Sisca!" Keyra tetep kekeh memanggilnya. Saat itu juga mereka datang menghampiri.
"Kalian tahu yang aku pikirkan? Buang foto kami dari sana. Gagalkan rencana jahat dia, bisa?" pinta Keyra.
"Maaf, Keyra. Bukannya kami tidak mau. Tapi tubuh kita yang terikat di sini, tak bisa jauh ke sana tanpa bantuan kamu. Kami gunakan tubuhmu untuk perantara. Kalau kami sendiri, kekuatan kita nggak bisa seperti itu," jawab Sisca yang tentu saja hanya Keyra dan dua makhluk itu yang mampu mendengarnya.
"Tante, Boleh minta bantuan." Keyra bergegas menghampiri Dinar. Dia duduk di dekat tantenta hi gga lupa memberikan ponsel itu untuk mamanya.
"Ponsel Mama ke sinikan dulu. Bilang baik-baik, apa yang terjadi. Kamu bilang apa sama dua hantu kamu itu, kami juga nggak bakal paham," sahut mamanya.
Keyra menyerahkan ponselnya mamanya terlebih dahulu. Lalu dia menjelaskan apa yang terlintas dalam pikirannya. Terlihat Alva yang tertawa sendiri sembari menatap foto Dinar dan dia bahkan memasang foto keluarga mereka ke dart board game yang ada di dinding kamarnya. Dia juga mengatakan jika setiap kali melempar jarum yang digunakan untuk melempar pasti mengatakan dengan kata mati dan membeci keluarga ini.
"Gila, maksud dia apa coba. Bentar, aku telepon Andre dulu, Ma. Kita ke sana bareng-bareng." Dita memencet nomor Andre untuk segera memberitahukan apa yang kembaki terjadi.
"Tante, telepon Om Dandi, dong. Sore-sore gini pasti udah selezai kerjakan? Papa dan Kakek aja daei siang sudah pulang," ujar Keyra.
"Kakek dan Papamu memang pulang awal, Rara. Kalau Om Dandi ya mana Tante tahu, lah," jawab Dinar. Sebenarnya dia malu hendak menghubungi Dandi kembali. Dia merasa tak enak hati setelah hampir setahun putus hubungan dengannya. Apalagi kata-kata kasar yang pernah ia lontarkan dengan jelas.
"Buruan telepon aja, Tante. Mama dan Nenek biar di rumah. Kasihan itu Dedek bayiku, diajak mama berpetualang terus." Keyra mengernyitkan dahi sembari menatap ke arah mamanya.
Dinar dengan raut wajah malu, dia memutuskan untuk menghubunginya. Sedangkan Keyra masih kekeh menegur mamanya.
"Bener itu, Dit. Kehamilanmu sudah tua, mending kamu di rumah saja ditemani, Ibu. Hari perkiraan lahir sudah dekatkan, jangan terlalu banyak kecapekan," tegur mamanya.
Dita mau tidak mau harus menuruti kemauan mamanya. Dia tahu, jika semua itu demi kebaikannya dia dan janin yang ia kandung.
Sedangkan Dinar yang menghubungi Dandi, mengatakan yang disampaikan oleh Keyra tadi. Dandi oun mengiyakan untuk berkunjung kembali ke rumah mereka.
"Gimana Tante?" tanya Keyra.
"Iya, dia bentar lagi ke sini," ujar Dinar.
Tiab-tiba di hidung Keyra tercium bau anyir di hidungnya. "Bentar, apa lagi ini?"
"Apa sih, Ra? Suka nggak jelas banget itu anak," gumam Dinar terlihat kesal.
Keyra cekingukkan mencari bau yang sangat menyengat di hidungnya itu.
"Cari apa, Nak?" tanya neneknya.
"Ini hidungku kenapa bau anyir banget? Nenek cium juga nggak sih?" tanya Keyra balik.
Dinar menghembuskan nafasnya dengan cepat.
"Kak Dita, kenapa dia lebih parah dari Keyla dulu, sih? Nyidam apa sih, Kakak ini?" ujar Dinar.
"Nyidam film horor, tuh. Makanya pas lahir jadi pawang perhantuan. Puas, kamu!" ujar Dita dengan asal.
Sudah dijelaskan dari awal, Keyla adalah anak indigo yang mana dia teman sedari kecil oleh Dinar. Dita menamai Keyra menggunakan nama itu ya karena teringat Keyla yang selalu datang dalam mimpinya saat hamil Keyra dulu. Dinar sebenarnya sudah tidak asih dengan kejadian mistis yang terjadi ada keluarganya. Yanga membedakan Keyra dan Keyla adalah tingkah lakunya.
Keyla yang dominan pendiam dan suka memendam sesuatu membuat temannya tak begitu takut dan was-was. Sedangkan Keyra, setiap kali melihat apapun selalu diberitahukan ke orang yang berada di dekatnya. Keyra dari kecil lebih peka dan lebih paham jika yang dihadapannya bukan manusia layaknya dia sendiri. Sedangkan Keyla, malah venderung bodoh karena dia tak pernah menyadari dan memahaminya.
Sifat mereka berdua sama-sama baik, sebab apa yang mereka lihat dan berniat membahayakan selalu mereka katakan. Lagi-lagi di sini perbedaannya, jika Keyla saat memberitahu tak di dengarkan pasti dia memilih untuk dia. Sedangkan Keyra malah marah-marah sebab merasa niat baiknya tak dihargai.
"Tapi lebih ngeselin ini anak dari pada Keyla dulu. Keyla malah takut dan cenderung mengakhiri pertemannya sama setan. Lah ini bocah, malah diajak mainan apa lagi di tambah digambar pula. Tuh setan, mau aja dibuat model gambarnya," gumam Dinar.
"Ku rekurt jadi model majalah hantu. Kupakaikan sepatu hight heels di kaki kuntilanak, kece nggak tuh," ejek Keyra.
Suara tawa menggelegar dari mereka seolah-olah lupa dengan bahaya yang mengintainya.
"Yang bau anyir tadi apa? Sudah ketemu belum?" sahut mamanya.
"Eh iya-ya. Kok hilang sih, baunya?" Keyra bertanya-tanya.
"Ogaj dia kegemu kamu. Kamu resek, nyebeli. Bisa'bisa kau pakaiakan minyak wangi biar harum tuh setan," jawab Dinar.
Tak berselang lama, terdengar suara deru mobil berhenti tepat di depan rumah mereka.
"Papa tuh pulang," ujar Dita memberitahukannya ke Keyra.
"Biarkan," jawab Keyra kembali melanjutkan gambarnya.
Seseorang dari suara deru mobil yang pertama belum masuk rumah, saat itu juga terdengar mobil lain berhenti juga.
"Nah, siapa lagi itu?" gumam Keyra masih dengan buku di hadapannya.
☆☆☆
Hai...
Ini karya orisinal aku yang hanya exclusive ada di Innovel/Dreame/aplikasi sejenis di bawah naungan STARY PTE.
Kalau kalian membaca dalam bentuk PDF/foto atau di platform lain, maka bisa dipastikan cerita ini sudah DISEBARLUASKAN secara TIDAK BERTANGGUNGJAWAB.
Dengan kata lain, kalian membaca cerita hasil curian. Perlu kalian ketahui, cara tersebut tidak PERNAH SAYA IKHLASKAN baik di dunia atau akhirat. Karena dari cerita ini, ada penghasilan saya yang kalian curi. Kalau kalian membaca cerita dari hasil curian, bukan kah sama saja mencuri penghasilan saya?
Dan bagi yang menyebarluaskan cerita ini, uang yang kalian peroleh TIDAK AKAN BERKAH. Tidak akan pernah aku ikhlaskan.
Lina Agustin