4 - Memutuskan

1172 Words
Hari menjelang malam, Yudha masih belum pulang. Dia masih berbincang dengan keluarga Fira. Dika dan Arini, adik Fira pun datang. Surya kakaknya Fira juga tampak hadir. Hanya ayah Fira yang tidak ada karena memang belum pulang. "Apa kubilang, Si Mia itu mencurigakan. Masih ngeyel nggak percaya juga kamu Kak," ujar Arini. Antara kasihan, dan kesal sama kakaknya itu. Fira diam tak bersuara, dia sadar betul dengan kesalahannya. Dia yang dulu memaksa untuk terus bersama Leo. Memilih menentang keluarganya, demi mempertahankan rumah tangganya dengan Leo. Terlebih, dia tak mempercayai Arini, tentang kecurigaannya kepada Mia. Ah, sungguh dia merasa sangat bersalah sekali. "Sudahlah, jangan tambah beban kak Fira dengan memojokannya," ujar Dika, suami Arini. Diperingati suaminya, Arini mencebik. Tapi, dia langsung diam. "Kakak tak rela, jika kamu kembali memaafkan Leo lagi seperti dulu!" terdengar suara Surya, kakaknya. "Iya, ibu juga tak mau, kalau kamu masih saja mempertahankan suamimu yang jelas-jelas penghianat itu!" ketus ibunya. Fira merasa semakin ciut saja. Dia hanya bisa menundukkan kepala menatap lantai, dengan air mata yang turun membasahi pipinya, bahkan hingga menetes ke lantai. Yudha merasa iba melihat Fira. "Fira sedang terpukul, ada baiknya kita tidak terus memojokannya," ujar Yudha. Semu mendesah, memang benar kata Yudha. Brem brem Terdengar suara deru mesin motor dari luar, ya itu adalah ayahnya Fira yang baru pulang dari pekerjaannya. Bergegas, ibunya Fira menuju pintu utama untuk menyambut kepulangan sang suami. "Wah ramainya," ujar sang ayah dengan ceria. Begitu senang, apalagi saat melihat cucunya, Tiara dan Rayyan. Mereka itu, memang jarang datang. Karena rumah Fira yang memang beda kota. Dikarenakan, Fira dan Leo saat itu memutuskan mengembangkan bisnis ke kota B. Sekalian, mereka membeli rumah di sana. Sedangkan usaha yang di kota ini di urus oleh Arini adiknya. Di kota ini pun, Fira memiliki rumah yang dulu dibelikan oleh Leo. Berhubung ditinggalkan, rumahnya di kontrakan dulu. Dan masih ada masa setahun, sebelum masa kontraknya habis. "Kakek!" pekik Tiara, Rayyan dan Ayu, anaknya Arini. "Cucu kakek!" Ayah Fira memeluk ketiga cucunya. "Tiara, Ayu, kalian ajak Rayyan ke kamar dulu ya, menonton Tv dulu, atau menggambar," ujar ibunya Fira. Tiara yang paham maksud neneknya, bergegas membujuk adiknya itu ke kamar. "Ada apa?" tanya Ayah Fira, sambil duduk dengan raut keheranan di wajah lelahnya itu. "Minumlah dulu teh hangatnya Pak," ujar ibunya Fira, sambil menyodorkan teh hangat. Glekk, Ayah Fira meneguknya perlahan. "Eh, ada Yudha rupanya. Maaf baru ngeh," ujar Ayah Fira , diiringi senyuman senang. Yudha tersenyum, mendekat dan mencium punggung lengan Ayah Fira. "Senang melihatmu." Ayah Fira, memang sangat menyukai Yudha, mantan calon menantunya itu dulu. Fira berdiri, kemudian menghamburkan tubuhnya memeluk sang ayah. "Maafin aku yah, ayah benar dan aku salah," ujar Fira dengan lirih. Dia terisak di pelukan ayahnya. Ayahnya mengerutkan dahi, dia bingung. "Ada apa ini Ra?" tanyanya, mengusap puncak kepala anaknya dengan penuh kasih sayang. Fira tak mampu berkata-kata. Dia malah semakin terisak saja. "Apa ini ada hubungannya dengan Leo?" rasanya hatinya tidak kuat membayangkan, Leo kembali menyakiti hati anaknya lagi. Semoga saja dugaannya itu tidaklah benar, itu yang bergelayut di hati Ayah Fira. Fira mengangkat wajah, menyeka air matanya, lalu mulai angkat bicara. "Mas Leo menghamili Mia," ujarnya, lirih dan penuh kesakitan. "Apa!" semua yang ada di dalam terperanjat kaget, kecuali Yudha dan ibunya Fira yang memang sudah tau sebelumnya dari Fira. "Astagfirullah!" rasanya bagai disambar petir. Ayah Fira sampai memekik kaget. Kepalanya sampai pusing berdenyut. Tak menyangka, kalau Leo sampai sejauh itu, raut wajahnya menunjukan rasa sakit hati yang dalam. Fira anaknya sudah dua kali dikhianati oleh menantunya itu. "Huuh, sabarlah. Mungkin, Alloh sedang mengujimu. Tawakal dan berserah dirilah hanya kepada-Nya." Ayah Fira mengelus lembut puncak kepalanya. Fira hanya bisa terisak di pelukan sang ayah. "Ayah harap kamu tinggalkan saja lelaki itu, ayah sudah muak dengan semua kelakuannya itu!" meski pelan, tapi ayah Fira berkata dengan penuh penekanan. "Aku udah mengambil keputusan untuk berpisah dengan Mas Leo, Yah," sahut Fira lirih. Meski tak dipungkiri, dia sangat mencintai Leo dan bucin kepadanya. Tetapi, hatinya terlalu sakit saat ini. Sehingga, rasanya sudah mati rasa saja. Mereka pun berbincang kembali setelah makan malam. Yudha yang akan membantu mengurus perpisahan Fira dengan Leo. Yudha merupakn pengacara handal. Yudha pulang sekitar jam sepuluh malam, sebenarnya dia bukan pulang tetapi menginap di hotel. Karena rumahnya berada di kota b, sama dengan rumah Leo dan Fira. Rumah Leo Leo menatap langit-langit kamarnya dengan sejuta penyesalan. Tapi, semuanya sudah terjadi dan tak bisa lagi kembali seperti semula. "Ra, aku mencintaimu. Ini semua hanya aku yang khilaf saja," gumamnya. Leo masih punya harapan besar, Fira akan kembali memaafkannya seperti dulu, saat dia berkhianat dengan Salma. Sementara itu, Mia duduk di kamarnya dengan mata sembab. Dimarahi, orang tuanya dan juga kakaknya sedari tadi. Membuat kepalanya berdenyut nyeri, apalagi dia tengah hamil muda saat ini. Saat ini, Bi Ijah ibunya Mia sedang duduk di sampingnya sambil terisak. Wajah tua yang sudah mulai berkerut itu, semakin terlihat lelah. Karena menangis sejak tadi. Sedangkan, Rizki dan ayahnya duduk di teras depan dan membicarakan bagaimana baiknya menyikapi hal ini. "Bapak bingung Riz, kita harus bagaimana ini?" ujar Pak Parman lesu. "Ya, bagaimana lagi Pak, Mia harus menikah dengan Tuan Leo," sahut Rizki. "Bapak benar-benar malu sama Nyonya Fira," ujar Pak Parman kembali. Rasa sedih, dan malu kepada Fira bercampur menjadi satu. "Aku juga sama Pak, apa tuan dan Nyonya akan berpisah?" Rizki mendesah. "Sepertinya begitu. Nyonya Fira, terlihat sangat kecewa dan marah sekali. Mungkin saja tak akan bisa memaafkan Tuan Leo lagi," jawabnya dengan sedih. Anaknya, Mia menjadi penyebab kehancuran rumah tangga majikannya. Pak Parman sungguh tak menyangka. Mereka pun diam dalam kekecewaan yang dalam, atas perbuatan Mia. Paginya. Tok tok tok Mia mengetuk pintu kamar Leo. Leo yang baru tidur menjelang pagi, karena banyak pikiran pun tak mau membuka pintunya. Dia lebih memilih masuk ke dalam selimut tebal saja. Mia mengulang mengetuk pintu kamar beberapa kali, tapi Leo tetap saja tak mau membuka pintunya. "Tuan, tuan sebaiknya makan dulu. Nanti, Tuan bisa sakit!" Mia setengah berteriak, memanggil Leo. Leo mendesah, akhirnya memutuskan bangun. Karena, dia teringat Fira. Dia ingin mencari istrinya itu, dia yakin Fira pulang ke rumah orang tuanya. "Iya, aku akan segera turun! Aku mau mandi dulu!" pekik Leo dengan nada kesal. Merasa kesal kepada Mia, karena bisa sampai kebablasan! Setelah mendengar jawaban dari Leo, Mia pun pergi ke kamarnya. Semua pekerjaan sudah beres saat ini, jadi dia tak ada kerjaan. Leo segera menuju ruang makan, sarapan meski terasa tak nikmat. Karena, banyaknya beban pikiran. Leo bergegas menuju garasi, memanaskan mobil sebentar lalu segera melajukan mobilnya. "Tuan!" pekik Mia menghadang mobil Leo, saat baru sampai gerbang rumahnya. Leo membuka jendela mobil, lalu nongol sedikit. "Ada apa Mia?" tanyanya malas. "Tuan mau kemana?" Mia sangat takut Leo pergi, dan tidak bertanggung jawab. "Aku mau mencari istriku, mungkin beberapa hari aku tak akan pulang!" jawab Leo tegas. "Tuan harus pulang," ujar Mia, dia mengelus perutnya dengan mata menatap Leo lekat dipenuhi kecemasan. Leo mendesah gusar, " Tenang saja, aku adalah pria bertanggung jawab!" Leo menutup kembali jendela mobilnya, lalu pergi. Mia berdiri mematung menatap Leo dan mobilnya yang pergi, dengan hati dipenuhi kecemasan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD