Suasana mendadak sangat canggung setelah Dimas datang. Saat ini rasanya seperti aku habis kepergok mau aneh-aneh. Padahal memang iya! Duh! “Enggak penting aku datangnya sejak kapan, yang penting aku datang di waktu yang tepat,” ucap Dimas sambil menarik kursi lalu duduk. “Ajak Mbak Della nikah aja, Mas, enggak bakal aku aduin kalau kalian mau begituan.” “DIMAS!” Reflek tanganku langsung menjewer telinganya kuat. “Argh! Ya ampun, sakit banget Mbak Dell!” Dimas mengaduh sambil menyingkirkan tanganku dari telinganya. Salah siapa kalau ngomong sudah macam kendaraan tanpa rem. Asal nyeplos! “Jangan dengerin Dimas, ya, Pak. Biasa, dia mah kalau ngomong suka ngelantur.” Aku mendelik ke arah Dimas sementara Dima malah mencibir ke arahku. “Apa sih, Mbak, bilang aja mau. Ya kan, y