Bela Lugosi. Anna bilang nama yang kupilih lebih menggambarkan seorang lelaki daripada wanita, dan, dia TIDAK SALAH. Bela Lugosi merupakan aktor yang berperan sebagai Count Dracula. Barangkali pembaca akan membayangkanku sebagai pria tampan berkacamata, atau perempuan berambut merah yang senang mengenakan gaun hitam, bisa jadi mereka menganggapku peri dari seberang pulau terpencil tempat monster bertanduk menjaga telur mereka dari elang-elang sebesar sapi.
Tidak masalah yang mana pun dari terkaan mereka terkait identitas Bela Lugosi. Aku hanya ingin memperoleh pendapatan tambahan untuk biaya hidup. Lagi pula, aku sudah memperingatkan Mr. Brooks agar merahasiakan identitasku kepada siapa pun.
“Mayoritas penulis yang bernanung di bawah penerbitan kami memang tidak suka memublikasikan identitas mereka,” Mr. Brooks berkata kepadaku, menjelaskan permintaanku tidak sulit dan amat normal.
Dari hasil royalti, aku membelanjakannya untuk beberapa keperluan bayi dan rak buku. Camila jelas tidak setengah-tengah dalam merencanakan pelarian diri. Selain mempersiapkan seperangkat alat pendukung indentitas palsu, dia juga membeli rumah yang sekarang aku tempati. Betapa senang dan bersyukurnya aku atas kemudahan yang diberikan Camila. Aku tidak perlu memikirkan biaya sewa dan hanya perlu fokus membayar pajak tanah dan bangunan. Itu jauh lebih baik bagiku.
Terkait rak buku. Aku menempatkan rak di ruang tamu dan kamar. Mrs. Mary dan Henry, entah mengapa, gemar menghadiahi aku bacaan. Buku memasak, merajut, cara merawat bayi, bahkan n****+. Alhasil buku-buku tersebut berjasa besar menolongku dari kebosanan.
Lupakan rak buku dan caraku membunuh rasa bosan, sekarang aku perlu memberi tahu kalian mengenai buku yang aku terbitkan. Tepat dua bulan seusai penandatanganan kontrak, itu berarti usia kandunganku telah mencapai delapan bulan, Mr. Brooks mendatangi toko buku dan mengabariku bahwa buku-buku itu laris manis. Pihak penerbit bahkan berencana menerbitkan edisi khusus cerita bergambar. Tentu saja aku tidak bertanggung jawab dalam pembuatan buku tersebut. Menggambar seluruh cerita secara utuh akan membutuhkan banyak daya dan energi, aku tidak mau mengambil risiko kelelahan ketika dalam kondisi berbadan dua. Mr. Brooks memahami dan tidak memaksa.
“Mrs. Verlaine,” suatu hari Mr. Brooks bertanya kepadaku, “uang yang Anda peroleh dari penjualan buku cukup untuk membeli satu rumah baru di perumahan elite Kota Nefrau. Mengapa Anda masih bekerja di toko buku?”
Pertanyaan Mr. Brooks dijawab Mrs. Mary: “Karena lebih aman bersama kami.”
Jangan tanya kepadaku penjelasan aman yang dimaksud Mrs. Mary. Aku tidak mengerti. Sama sekali!
Sama tidak mengertinya dengan semangat Anna melakukan pendekatan kepada Mr. Brooks. Setiap kali tahu jadwal kehadiran Mr. Brooks, maka Anna akan mempersiapkan diri sebaik mungkin; memakai gaun terbaik yang ia miliki, mengenakan perona pipi, dan mengepang rambut membentuk sanggul elegan. Menurut Henry Mr. Brooks pasti telah memiliki kekasih, tetapi Anna tidak mau menyerah dan berkata, “Tidak ada salahnya mencoba.”
Aku harap Anna segera mendapatkan jodoh idaman. Dengan begitu dia akan berhenti mencurigai Henry sebagai salah satu pengagumku.
Haha. Jelas itu tidak mungkin!
Camila tidak secantik Isabela. Bahkan bila dibandingkan dengan Anna, karakter sampingan, wajah Anna jauh lebih manis daripada Camila. Kalaupun ada perasaan cinta, atau bibit asmara dalam diri Henry, itu sudah pasti rasa sayang terhadap Anna.
“Kau, kan, tidak mengerti perasaan seseorang, Mila.”
Meski enggan, aku harus mengakui bahwa perkataan Anna amatlah benar. Aku memang tidak mengerti perasaan siapa pun apalagi cinta. Hidup di era yang konon menjunjung tinggi demokrasi, tapi di lapangan justru terjerat oleh serangan kapitalis; aku mengubur segala romansa manga shojo dan n****+ romantis. Tidak ada pangeran berkuda putih baik hati yang akan menyelamatkanku. Satu-satunya orang yang harus bertanggung jawab dan menjadi pahlawan adalah diriku sendiri. Aku yang harus berjuang untuk mempertahankan hidup. Walau tidak ada hal bagus yang pantas dikenang olehku, setidaknya aku masih bisa mencoba menjadi baik untuk si bayi.
Aku tidak akan membiarkan bayi ini mengalami hal-hal tidak mengenakkan. Dia tidak boleh merasa berkecil hati dan menjadi ekspektasi, seperti diriku, dari orangtuanya. Biarkan dia memilih menjadi apa pun dan tidak perlu berusaha jadi hebat hanya demi membanggakan diriku. Dengan begitu, aku bisa merasa lega menjauhkan dia dari Elijah, si Duke Axton.
“Jangan sampai aku bertemu Duke Axton,” kataku kepada diri sendiri.
***
Terima kasih kepada Anna. Aku tidak tahu cara bersyukur atas segala kemudahan serta pertolongan yang ia berikan. Pada dini hari aku merasa mulas bukan main. Sakitnya tidak tergambarkan. Benar-benar tidak sesuai dengan penjelasan ibuku terkait proses melahirkan. “Rasanya seperti orang mulas,” begitu kata ibuku.
Bohong! Rasanya tidak sama! Sakitnya seolah tulangku remuk! Bahkan nyeri datang bulan pun tidak sehebat ini. Sambil terisak dan memohon ampun kepada langit dan bintang, aku meremas tangan Anna. Tidak ada kereta kuda yang bisa kami sewa dan aku tidak sanggup ke klinik berjalan kaki!
Anna berhasil mendapatkan angkong. Seorang pria menarik angkong dan berkata, “Aku akan berusaha sampai secepatnya!” Seolah dia juga ikut merasakan kesakitanku.
Sampai di klinik baik Anna maupun penarik angkong membantuku masuk. Perawat bergegas mengurusku.
Sekali lagi, ibuku dan omongannya mengenai persalinan tidak semenyakitkan gambaran sinetron ternyata tidak terbukti. Aku kesakitan! Sangat sakit! Aku ingin menyumpahi Camila dan Duke Axton! Bila ternyata alasanku merasuki raga Camila hanya untuk menggantikannya melahirkan saja, maka aku pastikan akan mencari cara menemui Camila dan mencekiknya! Amat tidak sopan memanggil orang dari dimensi lain sekadar menjadi pengganti sementara. Aku tidak terima!
Setelah berjibaku dengan nyeri, sakit, dan pemikiran mengenai ingin pingsan saja; akhirnya perjuangan pun berhasil. Ketika bayi lahir, mengoek, aku merasa lega.
Duke Axton tidak akan mendapatkan bayi ini! Aku tidak rela! Sekali lagi, AKU TIDAK RELA! Setengah mati menahan sakit dan sekian bulan tidak bisa berbaring sesuka hati ketika tidur, mana mungkin aku serta-merta menyerahkan darah dagingku!
Kami berdua, aku dan bayiku, akan hidup bahagia bersama!
***
Henry dan Mrs. Mary datang menjenguk. Siang itu Mrs. Mary terus memuji bayi. “Betapa tampannya peri mungil ini.”
Anna duduk di samping kanan ranjangku, sibuk mengupas apel, sementara Henry dan Mrs. Mary berdiri di dekat ranjang bayi.
“Siapa namanya?”
“Dante,” kataku menjawab Henry. “Namanya Dante.”
Dante terbungkus kain. Sekarang dia tengah terlelap. Sama sekali tidak terusik dengan kehadiran orang dewasa yang langsung jatuh hati dengan dirinya.
“Dante,” kataku dalam hati. “Aku akan berusaha menjadi ibu yang baik.”
Aku hendak meraih garpu, tetapi Henry mendahuluiku. “Biarkan aku merawatmu,” katanya. Anna menyeringai, seolah mengolok-ngolok diriku. Namun, aku terlalu lelah untuk meladeni Anna.
Henry telaten menyuapiku. Sesekali dia menawariku sup jagung, yang dibawakan Mrs. Mary, dan membantuku minum.
“Mila,” kata Mrs. Mary, genit. “Bagaimana kalau kaubiarkan Henry menikahimu? Kalian membuat mataku pedih.”
“Mrs. Mary!” Anna berseru, riang. “Kau setuju denganku?”
Mrs. Mary menepuk bahu Anna. “Kau ini, pelankan suaramu. Bisa-bisa Dante menangis karena kaget.”
Buru-buru Anna menutup mulut, menempelkan tangan ke bibir. “Aku lupa,” katanya sembari berbisik. Dia memainkan alis, naik dan turun, kemudian meneruskan niatan terselubungnya. “Ayolah, kalian seperti ilustrasi keluarga bahagia dalam dongeng anak-anak.”
Untung saja aku tidak tersedak. Setelah menelan air, aku meminta tolong Henry mengupas jeruk dan membiarkan dia menyuapiku.
“Lihat, lihat,” Anna menunjuk kami. “Mereka sama sekali tidak peduli.”
“Anna, aku kasihan denganmu.”
“Kenapa? Apa Mrs. Mary akan membantuku mendekati Mr. Brooks?”
“Lupakan dia.” Mrs. Mary kembali menepuk bahu Anna. “Lebih baik kau mempertimbangkan tawaranku mengikuti les menjahit.”
Barangkali Henry benar-benar memiliki kesaktian bernama “aku tidak peduli dengan omongan orang”. Sebab dia hanya fokus melayaniku dengan keahlian yang akan membuat Sebastian si iblis dari neraka terkagum-kagum.
Istri Henry di masa depan sangat beruntung.