Sulit menyenangkan Dante ketika sedang merajuk. Dia menangis, menangis, dan menangis. Ben yang awalnya tidur pulas pun bangun; kening mengerut, bibir mencebik, dan melontarkan komentar (yang aku duga) berisi pembalasan dendam: “Siapa yang cengeng sekarang, Adik Manis?” Ben, dari mana kau mewarisi bakat sarkas? “Dante sayangku, Ibu tidak akan mendongengkan kisah apa pun kepada Ben,” ucapku sembari menggendong Dante, mencoba menenangkan, dan ternyata tidak berhasil. “Kirim dia ke rumah Sammy,” Dante merengek. Air mata bercucuran jatuh dari kedua matanya. Ingus pun mulai menengok keluar dari lubang hidung, seolah ingin mengecek betapa perlu menambahkan sentuhan pilek ketika anak kecil menangis. “Dia pasti cocok bersama Sammy.” “Dante, Ibu telanjur menyerahkan alamat rumah kita kepada pe