11. Simbiosis Mutualisme

2407 Words

Aku menarik selimut karena udara sekitar terasa dingin. Selain menarik selimut, aku juga balik badan ganti posisi. Rasanya nyaman sekali. “Sudah jam delapan malam. Sampai kapan kamu mau tidur di situ?” Mendengar suara itu, mataku seketika terbuka. Kesadaranku pun mendadak jadi seratus persen. Aku mencium selimut yang kukenakan, ini bukan selimutku. “Kamu yang menolong saya, Vin?” “Hah?” Detik itu juga aku langsung bangun. Begitu melihat Mas Alan duduk di kursi tinggi dekat pantri, aku refleks beringsut mundur. “Kelihatannya tidurmu nyenyak sekali. Berapa hari tidak tidur?” Aku tak menyahut. Aku segera merapikan rambutku, lalu mengedarkan pandangan. Benar, aku masih di apartemen Mas Alan. “Kamu punya telinga atau tidak? Kenapa diam saja?” tanya Mas Alan sembari turun dari kursinya.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD