10. Antara Kesal dan Kasihan

2309 Words

Aku menangis tak henti-hentinya. Aku merasa kalah dan tak berdaya di hadapan Mas Alan. Aku benar-benar sangat membencinya! Mas Alan itu luar biasa licik. Dia memanfaatkanku demi menyelamatkan dirinya sendiri! Dan tadi ... apa yang sudah dia lakukan padaku? Dia menciumku! Baiklah, memang dia tidak benar-benar mencium. Yang lebih tepat, dia hanya membuat angle agar kelihatannya kami berciuman, padahal sebenarnya tidak sama sekali. Ibu jarinya menutupi bibirku dan aku bahkan tak yakin bibirnya mencium ibu jarinya. Yang jelas, hidung kami sempat bergesekan se-per sekian detik. Aku bangun, lalu meraih ponsel yang sejak tadi tergeletak di atas nakas. Aku ingin menelepon Mas Danish. Aku harap dia belum tidur. “Hallo, Vin? Kenapa jam segini telepon?” sapa Mas Danish begitu panggilan kami terh

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD