PEMANDANGAN SEBAGAI HUKUMAN

1062 Words
Shafa duduk di bangku taman belakang mansion. Gadis itu mengusap kasar air mata yang tiba tiba memaksa untuk keluar. Shafa merasa dirinya begitu bodoh. Kenapa dirinya menangis? Bukankah Shafa tahu ,ada tembok menjulang atara dirinya dan Adrian. shafa sadar, dirinya terlalu naif untuk bisa meluluhkan hati Adrian. sekali lagi Shafa menguatkan hati untuk tidak menyerah akan hati Adrian. shafa akan terus berusaha. Dengan memantapkan niat, Shafa menuju meja makan guna melayani Adrian. Di meja makan, Shafa di suguhi pemandangan tak senonoh. Shafa melihat Chatrine duduk di pangkuan Adrian. dengan posisi Chat menghadap Adrian. mereka b******u begitu mesra dan panas. Adrian memangut bibir Chat, tangan kirinya menahan tengkuk Chat agar ciumannya semakin dalam. Dan tangan kanan Adrian membelai lembut paha Chat. Chat mengalungkan kedua tangannya ke leher Adrian. chatrine melenguh, kala tangan nakal Adrian membelai paha mulusnya. Adrian tersenyum dalam ciumannya saat tatapannya dan tatapan Shafa bertemu. Shafa seketika menundukkan kepala. Shafa tidak ingin mengganggu aktifitas sepasang kekasih itu dan berlalu pergi meninggalkan ruang makan. Adrian tersenyum, merasa menang melihat Shafa pucat pasi. Adrian melepas ciuman panasnya bersama Chatrine. Adrian mengajak Chat untuk makan malam terlebih dulu sebelum menyantap menu utama. Seperti biasa, Adrian sangat menyukai makanan yang di masak oleh Shafa. malam inipun Adrian mampu makan dua piring. Shafa kini sedang makan bersama pelayan yang lain di dapur. Baru saja Shafa menyelesaikan makannya, Shafa di panggil Adrian untuk ke kamar. Shafa mengira kalau dirinya akan melakukan tugas seperti biasanya. Tapi ternyata dugaanya itu salah besar. “tok,,,tok,,tok,,” Shafa masuk kedalam kamar setelah terdengar suara jawaban dari Adrian. Saat Shafa memasuki kamar, Shafa lagi lagi di suguhi hal yang tak senonoh. Shafa melihat Adrian dan Chatrine sedang b******u. Adrian mencumbui leher jenjang Chat. Shafa menunduk lebih dalam, dan hanya dapat melihat kedua kakinya saja. Tak ingin melihat adegan itu lebih jauh lagi. “T,,tuan memanggil saya?” dengan suara bergetar Shafa memberanikan diri bertanya.namun tak merubah posisinya yang menunduk. Adrian berjalan ke arah Shafa. “Iya,,aku akan memberimu satu pelajaran. Malam ini kamu tetap berada di sini,di kamar ini. Kamu akan belajar bagaimana cara melayaniku dengan benar.” Adrian tersenyum miring sambil menarik dagu Shafa agar mau menatapnya. Di tatapnya manik cokelat gadis mungil itu. Terlihat dengan sangat jelas, Shafa memandangnya dengan takut. “Tapi tuan,,bukankah hal ini adalah privasi anda. Kenapa saya harus di sini?” Shafa mencoba menolak secara halus,Shafa tahu kemana arah Adrian bicara. Shafa yang melihat Chatrine hanya mengenakan bra berwarna hitam yang hanya mampu menutupi bagian p****g wanita itu, serta celana dalam transparan dengan warna senada. Bukan celana dalam, lebih tepatnya g-string, karena tak ada bagian yang mampu di tutupi oleh tali berbentuk celana dalam tersebut. “Aku sudah memberimu izin untuk melihat, jadi kamu tidak boleh menolak. Jika kamu tidak mau, maka orang terdekatmu akan menerima hukumannya.” Ucap Adrian, seolah tahu Shafa mencoba menghindar. Shafa membulatkan bola matanya. Terkejut dengan apa yang di kaakan Adrian. “Ap,,pa maksud tuan?” “Kalau kamu menolak, maka gaji mbok Darmi dan kedua pengawalmu akan aku potong 70%.” Ucap Adrian enteng dengan senyum smirknya. Shafa tak habis fikir, bagaimana bisa orang sekejam ini. Menghukum orang yang tidak bersalah.ah,,,Shafa baru ingat, bukankah pria di hadapannya itu adalah iblis. Bukan,, lebih tepatnya raja iblis. Dengan terpaksa Shafa tinggal di kamar Adrian. Shafa tidak ingin mengorbankan orang yang tidak bersalah. “Baiklah tuan” Shafa menjawab dengan menunduk. “Kamu cukup duduk di depan meja riasmu. Dan perhatikan setiap pergerakan Chatrine.” perintah Adrian. “Sayang,,,bisakah kita mulai sekarang?” Chatrine mulai melakukan gerakan sensual. Shafa melakukan apa yang perintahkan oleh Adrian. Alih alih duduk di depan meja rias, Shafa lebih memilih duduk di pojok kamar dengan melipat kaki ke dadanya. Sakit,, sungguh sakit . apa lagi kesalahan yang Shafa perbuat?. Hingga Adrian menghukumnya dengan cara seperti ini. Wanita mana yang mampu melihat sang suami bercinta dengan wanita lain di depan mata? bahkan dengan terang terangan Adrian mempertontonkan secara live. “ Mari kita lakukan menu utama kita!!” ucap Adrian dengan memperlihatkan senyumnya. Tidak pernah sekalipun Shafa melihat senyum Adrian. Ini kali pertama Shafa melihat senyum Adrian. Tapi sayang,,senyum itu bukanlah di tujukan untuknya.Shafa merasa hancur, ia tidak di anggap manusia oleh Adrian. Begitu jijik kah Adrian padanya? Shafa hanya mampu menangis dalam diam. Shafa memejamkan mata, tak sanggup melihat apa yang di lakukan Adrian. Shafa berusaha menutup telinga, tak ingin mendengar desahan pasangan tersebut. Namun tetap saja ,suara suara itu menggema di setiap sudut kamar. Desahan yang tedengar begitu menjijikan bagi Shafa. Desahan yang mampu membuat luka dalam hati Shafa. Ingin sekali Shafa menenggelamkan diri dilautan. Shafa berharap, malam cepat berlalu. Dan pagi segera menjelang. Shafa ingin siksaan bathin ini segera usai. Air mata yang begitu deras mengalir di pipi mulusnya tak kunjung reda. Shafa merasa lelah dan muak berada di sana. Hingga Shafa tertidur dengan posisi sama. Duduk di pojok kamar dengan kaki terlipat di d**a. Hingga lututnya mampu menyembunyikan wajah cantik gadis mungil itu. Dua jam sudah Adrian melakukan aktifitas yang menguras tenaga. Namun pria bermanik hitam itu tak kunjung lelah. Adrian menoleh kearah Chatrine yang tetidur pulas di sampingnya. Chatrine sudah kelelahan, namun gairah Adrian masih membara. Entah kenapa ,Adrian melihat sosok Shafa membuat libido dalam tubuhnya meningkat berkali kali lipat.Kemudian menoleh ke arah Shafa yang tertidur di pojok kamar. Perlahan Adrian melangkah ke arah Shafa. Dilihatnya wajah cantik gadis di hadapannya. Nampak mata yang sembab, juga jejak air mata yang belum sepenuhnya mengering. Dalam lubuk hati Adrian merasa tercubit karena memperlakukan Shafa sedemikian rupa. Namun perasaan itu di tepisnya jauh jauh. Entah kenapa melihat Shafa tersiksa membuat kesenangan tersendiri buat Adrian. Namun tak di pungkiri, hatinya merasa sakit melihat Shafa menangis.Adrian bangkit dari hadapan Shafa, dan berlalu ke kamar mandi. Adrian akan menuntaskan gairahnya sendiri di kamar mandi. Adrian mengenakan bathrobe saat keluar dari kamar mandi. Adrian mencoba membangunkan Chatrine yang masih terlelap. Adrian mengguncang tubuh Chatrine dengan kasar. “Ada apa sayang? Apa kamu ingin lagi?” Adrian seketika menatap tajam Chatrine “Bayaranmu sudah ku tranfer. Cepat bangun dan segera pergi dari sini.” Usir Adrian Chatrine bergegas bangun dan memakai seluruh pakaiannya. Chatrine segera pergi dari sana. Chatrine tidak ingin terjadi sesuatu pada dirinya. Chatrine tahu betul siapa Adrian. seorang pengusaha yang kejam seperti psikopat.Sebenarnya Chatrine bukanlah kekasih Adrian. Chatrine hanyalah wanita yang di bayar untuk menuntaskan gairan Adrian, serta pura pura menjadi kekasih Adrian di depan Shafa untuk menyiksa gadis itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD