PESTA

1292 Words
                Adrian dan Shafa kini tengah berada di dalam mobil yang sama. Sedari tadi Adrian tidak mengalihkan pandangannya kepada Shafa. Shafa mengalihkan pandangan keluar jendela. Shafa merasa malu diperhatikan oleh Adrian. “Sayang,,,kenapa kamu melihat keluar? Apa kamu tidak suka jika aku menatapmu?”Adrian merasa Shafa menghindari kontak mata denganya. “Ti,,tidak apa.” Shafa menjawab dengan sedikit gugup. “Apa kamu mau menghindariku?”  “tidak, kenapa aku menghindarimu?” Shafa bertanya balik “Entahlah, aku hanya merasa kalau kamu sedikit menghindar. Atau kamu malu?” Adrian kembali bertanya “,,,” Shafa terdiam “ Aku anggap diammu itu adalah sebuah jawaban kalau apa yang ku katakan benar.” Adrian tersenyum melihat wajah Shafa yang memerah. “Sayang ,,,jangan kamu tunjukkan wajah  seperti ini pada orang lain. Kamu mengerti?” Adrian sedikit menekan setiap kata dalam ucapannya, tanda bahwa Adrian tidak ingin dibantah. Kalau sudah seperti ini, Shafa hanya mampu mengangguk. Shafa seakan terhipnotis oleh setiap kata yang diucapkan Adrian. wanita mana yang tidak terhipnotis oleh setiap kata yang menunjukkan perhatian dan kepemilkan sekaligus. Apalagi di ucapkan oleh seorang Adrian Sandi Hutama, seorang pengusaha tampan nan kaya raya.                 Mobil yang di tumpangi sepasang suami istri tersebut, telah memasuki pelataran sebuah hotel berbintang. Adrian serta Shafa memasuki loby hotel yang di ikuti Rico di belakang mereka.  Selain menjabat sebagai sekretaris dan asisten pribadi, Rico juga merangkap sebagai pengawal khusus Adrian. Rico harus selalu siap kapanpun dan di manapun.                 Adrian menggandeng lengan Shafa selayaknya pasangan pada umumnya. Keduanya mulai memasuki ballroom hotel. Semua mata tertuju pada pasangan suami istri yang melangkah menuju tuan Wiliam selaku pemilik pesta. Banyak para wanita yang menatap iri serta benci kepada Shafa, ada juga yang menatap kagum pada pasangan yang baru melaksanakan pernikahan beberapa bulan yang lalu itu. Shafa yang cantik bertubuh mungil dengan kulit kuning langsat. Serta Adrian yang bertubuh tegap nan gagah, dengan d**a bidang yang membuat para wanita ingin bersandar padanya, serta paras yang rupawan. Telihat sangat cocok sebagai pasangan.                  Banyak juga lelaki yang menatap kagum akan kecantikan Shafa, termasuk willy. Anak tertua keluarga Wiliam. Pemilik Wiliam Corp serta tuan rumah pesta tersebut. Willy menatap Shafa tanpa berkedip, raut wajahnya menunjukkan kekaguman serta memuja akan diri Shafa.                 Adrian tahu betul tatapan willy kepada istrinya. Seketika itu Adrian melepas lengan Shafa dan beralih melingkarkan lengan pada pinggang Shafa posesif. Seolah tidak ingin Shafa disentuh siapapun. Serta menunjukkan pada semua orang, bahwa Shafa hanya miliknya seorang. Willy tersenyum melihat tingkah Adrian yang posesif tehadap pasangannya. “Selamat malam tuan Wiliam, selamat ulang tahun perusahaan anda” Adrian menyapa pemilik Wiliam Corp. “Terima kasih atas kesediaan tuan muda Hutama datang ke pesta kecil kami.” Tuan Wiliam menjawab ramah. “ Ini adalah putra sulung kami Willy sekaligus pewaris utama Wiliam corp.” Tuan Wiliam memperkenalkan putra sulungnya. “Senang bertemu dengan anda” jawab Adrian basa basi dengan menyambut uluran tangan Willy “Apakah ini istri anda?” pertanyaan Willy dengan menunjuk ke arah Shafa “Benar tuan, kenalkan dia Shafa istriku.” Adrian menekan setiap nada bicaranya kepada Willy. “Hallo nona Shafa,,senang berkenalan dengan anda” Shafa menjabat tangan Willy yang sudah menggantung di udara. Dengan senang hati Willy menggenggam telapak tangan Shafa lama. Shafa berusaha melepas genggaman tangan Willy yang erat. Shafa merasa risih dengan perlakuan serta tatapan Willy yang tidak biasa. Shafa juga merasa tidak enak hati kepada Adrian. bagaimanapun Adrian adalah Suaminya. Tidak sepatutnya ia berjabat tangan dengan orang lain begitu lama. Apalagi di depan suaminya. Shafa harus bisa menjaga perasaan Adrian, meskipun Shafa ragu Adrian masih belum menerimanya sebagai istri.  “ehem,,,maaf tuan Willy, tangan anda telah menyakiti istri saya.” Adrian melepas paksa tangan Willy yang menggenggam tangan Shafa. Adrian menatap tajam Willy tak suka Willy menyentuh Shafa. Shafa merasa sedikit lega karena sudah terlepas dari genggaman Willy. Tapi Shafa juga merasa takut. Shafa takut kalau Adrian akan murka. “Maafkan saya nona jika saya melukai anda, itu karena anda sangat cantik.” Puji Willy secara terang terangan di depan Adrian. seolah Willy ingin memancing amarah Adrian. Adrian sontak membulatkan mata mendengar pujian Willy kepada istrinya. Adrian mengepalkan tangan menahan amarah. “Tidak apa tuan,,” Shafa semakin takut Adrian murka di saat itu juga. Shafa berusaha menekan rasa takutnya yang datang karena perkataan Willy. Shafa melihat wajah Adrian sudah memerah. Bukan karena merona malu, melainkan karena amarah yang sudah nampak dengan jelas. “Silahkan menikmati pesta kecil kami. Saya mohon diri masih ada banyak tamu yang harus di sapa.” Willy berlalu pergimeninggalkan pasangan yang sebentar lagi akan bertengkar. Dikejauhan Willy merasa senang sudah membuat Adrian menahan amarah.                 Adrian menarik kasar tangan Shafa dan membawanya menjauh dari keramaian pesta. Shafa sangat takut melihat perangai Adrian yang seperti ini. Sahafa hanya berharap kejadian sebulan yang lalu tidak akan terjadi lagi. “Ad,,,sakit Ad,,” Shafa merintih karena pergelangan tangannya di cekal kuat oleh Adrian. “Ad tolong lepas, tanganku sakit,,” Shafa memohon sekali lagi.Adrian tidak menggubris permohonan Shafa. kini amarah mulai menyelimutinya. Rico yang mengawasi dari kejauhan, mengikuti kemana perginya Adrian beserta Shafa. Rico tidak ingin terjadi sesuatu di pesta tersebut.                 Adrian menyeret Shafa keluar ballroom hotel menuju tangga darurat. Karena disana terlihat lebih sepi, tidak ada orang yang berlalu lalang disana. Adrian melepas pegangan tangannya dengan kasar. Shafa terhuyung namaun tidak terjatuh, Shafa masih bisa menjaga keseimbangan tubuhnya saat Adrian melepas tangannya. Pergelangan tangan Shafa memerah karena pegangan tangan Adrian yang terlalu kuat. “ Kamu suka dengan pujian Willy pria bren***k itu?” Shafa menggelengkan kepala menunjukka perkataan Adrian tidak benar. “Aku sudah pernah bilang, aku tidak suka milikku disentuh oleh siapapun,” Adrian menekan di setiap kata, seolah mengingatkan Shafa dengan apa yang telah terjadi satu bulan yang lalu. “Ak,,,” sebuah tamparan mendarat di pipi Shafa saat Shafa hendak menyangkal perkataan Adrian. “Aku juga pernah bilang kalu aku tidak suka dibantah” Air mata Shafa terjatuh begitu saja. Pipi Shafa memerah membentuk gambar tangan Adrian. Shafa memegang pipi yang terasa panas dengan tangan kirinya. Shafa tidak mengerti dengan pikiran pria di depannya. Shafa merasa dirinya tidak bersalah, bahkan Shafa sama sekali tidak menampakkan senyum sejak memasuki lobby hotel. Shafa memang menjabat tangan Willy. Tapi itu hanya sebatas formalitas semata. Itupun karena Adrian yang memperkanalkan Shafa terlebih dahulu. “Tuan tenangkan diri anda tuan,,” terdengar suara Rico yang mencoba meredakan amarah Adrian. Adrian menatap tajam Rico seolah mengatakan, Apa kamu membela Shafa? “ Maaf tuan. Saya tidak bermaksud ikut campur dengan masalah anda. Coba tuan pikirkan baik baik. Ini adalah pesta kolega bisnis anda tuan. Jangan sampai amarah anda membuat reputasi Hutama Group tercoreng. Dan juga akan mencoreng nama baik keluarga Hutama. Disini banyak sekali media massa yang turut serta dalam pesta.” Adrian membenarkan perkataan Rico. Adrianpun mencoba menahan amarah yang sempat menguasai dirinya. Adrian memilih untuk pulang lebih awal, ia tidak ingin emosinya kembali tersulut jika tetap melanjutkan pesta tersebut.                 Memang sudah menjadi rahasia umum bagi para kolega bisnis Adrian. Adrian terkenal dengan kekejamannya. Adrian tidak akan mentolerir setiap orang yang menyalahi. Baik itu kolega bisnisnya ataupun karyawannya. Tapi tentunya dilakukan secara profesional. Tidak ada ampun bagi orang yang berani mengusik hidupnya ataupun keluarganya. Bagi Adrian, mereka adalah hama tikus yang wajib dilenyapkan. Berbeda halnya dengan Adam sang kakek. Adam merupakan orang yang berwibawa serta bijaksana dalam memimpin perusahaan. Hal ini menjadikan Adam sebagai orang yang amat di segani oleh banyak orang.                 Selama di perjalanan pulang, sama sekali tidak ada percakapan di antara Shafa dan Adrian. keduanya terdiam membisu. Tidak ada yang berniat untuk memecah keheningan. Mereka terlarut dengan pikiran masing masing. Terletak dimanakah kesalahan Shafa kali ini? Shafa benar benar tidak mengerti. Dalam hati Shafa sungguh takut, ia takut kalau Adrian akan kembali menjadi sosok Iblis yang kejam. Bahkan Shafa baru beberapa hari merasakan sikap lembut seorang Adrian Sandi Hutama.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD